GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh: Wiwiningsih

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

Ardian Deta Dewanti¹, Suharni², Warsiti³ INTISARI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2009 INTISARI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

STUDI TENTANG DIARE DAN FAKTOR RESIKONYA PADA BALITA UMUR 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALASAN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

Transkripsi:

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh: Umi Lestari NIM: 080105058 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 'AISYIYAH YOGYAKARTA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL TAHUN 2010 1 Umi Lestari 2, Asri Hidayat 3 Intisari : Dari hasil penelitian yang didapatkan faktor penyebab pneumonia terdapat prosentase terbesar penderita pneumonia berumur 1-2 tahun sebanyak 22 balita (40,7%), prosentase terbesar penderita pneumonia mempunyai status gizi baik sebanyak 54 balita (100%), prosentase terbesar penderita pneumonia mempunyai status gizi lengkap sebanyak 51 balita (94,5%), prosentase terbesar penderita pneumonia mendapat pemberian vitamin A sebanyak 49 balita (90,7%), prosentase terbesar penderita pneumonia tinggal di lingkungan yang berpolusi sebanyak 33 balita (61,1%) dan prosentase terbesar penderita pneumonia terpapar oleh asap rokok sebanyak 51 balita (94,4%). Kata Kunci : Kejadian Pneumonia, Faktor penyebab Pneumonia Balita PENDAHULUAN Pneumonia disebut juga sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut pada saluran pernapasan bawah, biasanya oleh karena bakteri yang ditandai dengan gambaran klinis batuk dan disertai adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam atau pernapasan cepat.(depkes RI, 2002) Pneumonia dipengaruhi oleh faktor umur, status imunisai, status gizi, pemberian vitamin A, lingkungan dan keterpaparan balita terhadap asap rokok. Penyakit ini masih menjadi penyakit terbesar pada anak di negara berkembang. Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survey kesehatan nasional (SKN,2001) 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori terutama pneumonia. Profil Kesehatan Propoinsi DIY tahun 2008 menyebutkan bahwa Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Persentase penyakit saluran pernapasan di setiap Kabupaten/ Kota berkisar antara 31% 39% dari seluruh penyakit.. Untuk wilayah Kabupaten Bantul, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul selama ini telah menggalakkan penyuluhan kepada para tenaga kesehatan di tingkat puskesmas tentang penyakit ISPA dan penanggulangannya yang melibatkan Petugas Kesehatan Masyarakat (PKM) Dinas Kesehatan Bantul. Sedangkan dari pihak Puskesmas Piyungan sendiri telah

memberikan penyuluhan tentang Pneumonia pada masyarakat yang berada di wilayah kerjanya. Menurut catatan Dinas Kesehatan Bantul tahun 2010, jumlah penderita Pneumonia di kabupaten Bantul dari Januari sampai dengan Juni sebanyak 242. Dari jumlah tersebut, sebanyak 131 diderita oleh balita di wilayah kerja Puskesmas Piyungan. Kemudian disusul Puskesmas Banguntapan I sebanyak 20 balita dan Puskesmas Kasihan II sebanyak 17 balita. ¹Judul Karya Tulis Ilmiah ²Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta ³Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta Tingginya angka pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Piyungan Bantul diatas, menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor Penyebab Pneumonia pada Balita di Puskesmas Piyungan Bantul tahun 2010. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab Pneumonia pada balita di Puskesmas Piyungan Bantul Tahun 2010, sedangkan tujuna khususnya diketahui persentase angka kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Piyungan Bantul tahun 2010, dan diketahui gambaran faktor-faktor penyebab pneumonia pada balita di puskesmas piyungan bantul tahun 2010. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan secara obyektif tentang gambaran faktor-foktor penyebab kejadian Pneumonia pada balita di Puskesmas Piyungan.(Notoatmojo, 2002) Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu metode pengambilan data yang dilakukan pada waktu yang sama dengan subyek yang berbeda.( Arikunto, 2002)

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab kejadian Pneumonia pada balita di Puskesmas Piyungan Batul yaitu meliputi umur balita, status imunisasi, status gizi, pemberian vitamin A, lingkungan dan keterpaparan terhadap asap rokok Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Piyungan.Jumlah balita yang menderita Pneumonia di Puskesmas Piyungan sebanyak 131 anak. Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi. Jumlah sampel yang layak dalam peelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2007). Alat pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melihat KMS dan juga observasi, untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan factor-faktor yang menyebabkan kejadian Pneumonia pada balita. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel sebanyak 54 balita. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini secara simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.(sugiyono, 2007)Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan KMS dan peneliti sebagai pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan peneliti dibantu oleh orang lain yang sebelumnya telah diberikan informasi tentang teknik pengumpulan data yang akan digunakan.pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2011 dengan cara datang ke rumah responden dan melihat KMS.. HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Piyungan Bantul terletak di Dusun Payak Kelurahan Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. Wilayah kerja Puskesmas Piyungan meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Sitimulyo, Srimartani dan Srimulyo.

Secara administratif Kecamatan Piyungan terdiri atas 3 Desa, yang terdiri dari dusun dan RT. Pusat tata pemerintahan terletak diantara Desa Srimartani dengan Desa Srimulyo, sedangkan Desa yang paling jauh dari pusat kecamatan adalah Desa Sitimulyo dengan jarak sekitar 10 Km dari Ibukota Kecamatan, wilayahnya merupakan perbukitan yang berbatasan dengan Kecamatan Banguntapatan dan Kecamatan Pleret. Responden dalam penelitian ini berjumlah 54 orang balita yang mulai tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 30 Juni 2010. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur balita, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A, lingkungan, keterpaparan terhadap asap rokok. UMUR BALITA No Umur Frekuensi Persentase 1 <1th 12 22,2 % 2 1-2th 22 40,7% 3 2-3th 10 18,6% 4 3-4 th 7 12,9% 5 4-5th 3 5,6% Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar balita yang menderita pneumonia berumur 1-2 tahun sebanyak 22 balita (40,7 %). Balita yang menderita pneumonia berumur 4-5 tahun sebanyak 3 balita (5,6%). N o STATUS IMUNISASI Status Frekuensi Persentase imunisasi 1 lengkap 51 94,5% 2 tidak 3 5,5% lengkap Tabel diatas menunjukan bahwa yang mendapat imunisasi lengkap sebanyak 51 balita (94,5%) dan balita yang N o STATUS GIZI Status Frekuensi Gizi Persentase 1 baik 54 100% 2 buruk 0 0% Tabel diatas menunjukan bahwa yang mempunyai status gizi baik sebanyak 54 balita (100%). N o PEMBERIAN VIT A Frekuensi Pemberian Vit A 1 diberikan 49 90,7% 2 Tidak 5 9,3% diberikan Tabel diatas menunjukan bahwa yang mendapat tambahan vitamin A sebanyak 49 balita (90,7%) dan yang tidak mendapat tambahan vitamin A sebanyak 5 balita (9,3%) N o Persentase LINGKUNGAN Lingkungan Frekuensi Persentase 1 Polusi 33 61,6% 2 tidak 21 38,9% polusi Total 54 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa balita yang menderita pneumonia yang berada dilingkungan yang berpolusi sebanyak 33 balita (61,1%) dan yang tidak berada pada lingkungan berpolusi sebanyak 21 balita (38,9%). KETERPAPARAN TERHADAP ASAP ROKOK No Keterpaparan Frekuensi Persentase Terhadap asap rokok 1 Terpapar 51 94,4% 2 Tidak 3 5,6% Terpapar Tabel diatas menunjukan bahwa balita yang menderita pneumonia yang terpapar oleh asap rokok sebanyak 51 balita (94,4%) dan yang tidak terpapar oleh asap rokok sebanyak 3 balita (5,6%). bahwa sebagian besar balita yang 2010, berumur antara 1-2 tahun sebanyak 22 balita(40,7 %). bahwa terdapat 54 balita yang 2010, mempunyai status gizi baik. bahwa sebagian balita yang 2010, mempunyai status imunisasi lengkap sebanyak 51 balita(94,5 %). Balita yang mempunyai status imunisasi tidak lengkap sebanyak 3 balita (5,5%) bahwa sebagian balita yang 2010, diberikan vitamin A sebanyak 49 balita ( 90,7 %).. Balita yang tidak diberikan vitamin A sebanyak 5 balita (9,3 %). bahwa sebagian balita yang 2010, bertempat tinggal di lingkungan tercemar oleh asap-asap pembakaran batu bata, kendaraan bermotor ataupun tempat pembuangan sampah sebanyak 33 balita ( 61,1%). Balita yang bertempat tinggal jauh oleh asapasap pembakaran batu bata, kendaraan bermotor ataupun tempat pembuangan sampah sebanyak 21 balita (38,9 %). bahwa sebagian balita yang 2010, terpapar oleh asap rokok sebanyak 51 balita (94,4 %). Balita yang tidak terpapar oleh asap rokok sebanyak 3 balita ( 5,6%).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa balita yang kerja Puskesmas Piyungan Bantul yang berstatus gizi baik yaitu 54 balita (100 %), balita yang yang mempunyai status imunisasi lengkap yaitu 51 balita (94,5 %), balita yang yang mendapat pemberian vitamin A yaitu 49 balita (90,7 %), balita yang menderita pneumonia di wilayah sebagian besar tinggal lingkungan polusi yaitu 33 balita (61,1 %), di wilayah sebagian besar terpapar oleh asap rokok yaitu 51balita ( 94,4%) Saran 1. Bagi Pengguna Sebaiknya Ibu-ibu yang mempunyai balita diwilayah kerja Puskesmas Piyungan Bantul mencari informasi tentang penyakit pneumonia yang dapat terjadi pada balitanya terutama tentang cara meminimalisasi balita terpapar oleh asap rokok dan lingkungan yang tercemar oleh polusi asap pembakaran batu bata serta tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang merupakan faktor penyebab tertinggi terjadinya pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Piyungan Bantul sehingga mereka dapat megupayakan agar balita mereka tetap sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit terutama pneumonia. terutama faktor dominan yang menjadi penyebab pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Piyungan yaitu keterpaparan balita terhadap asap rokok dan polusi lingkungan. Bidan dapat menggunakan leaflet dan juga poster sebagai media informasi yang digunakan sebagai penyuluhan pada para ibu diwilayah kerjanya yaitu di Puskesmas Piyungan. 3.Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lainya yang tidak diteliti yang menyebabkan pneumonia pada balita diantaranya faktor pemberian ASI Eksklusif dan kepadatan hunian yang menpenyebabkan pneumonia 2. Bagi Profesi Hendaknya bidan di Puskesmas Piyungan Bantul dapat meningkatkan penyuluhan tentang faktor-faktor penyebab pneumonia pada balita, t

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur an dan Hadist Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian.RinekaCipta:Jakarta Brough. H, dkk.2008. Rujukan Cepat Pediatric dan Kesehatan Anak, BUKUKedokteran,EGC: Jakarta. Depkes RI.2001.Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA. Jakarta Depkes RI.2002.Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.http://www.ppmpl p.depkes.go.id/informasi@ppm plp.depkes.go.id ( di akses 16 desember 2010) Dinkes Kabupaten Bantul.2009. Profil Dinas Kesehatan Bantul tahun 2009. Dinkes Kabupaten Bantul Yogyakarta Dinkes Provinsi DIY,2008. Profil Dinas Kesehatan DIY tahun 2008. Dinkes Provinsi DIY.Jogjakarta Gibney, M. dkk.2009.gizi Kesehatan Masyarakat.Buku Kedokteran EGC: Jakarta Kepmenkes Nomor 900 tahun 2002 Mardjanis, Said.2007.Pneumonia Penyebab Utama Morbiditas Anak Balita di Indonesia.http://www.idai.or.id, (diakses 16 desember 2010) Muscari, M.2005. Paduan Belajar, Keperawatan Pediatrik, Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Nina.2006. Mengenal Sistem Pernapasan.Kiblat Buku Utama.Jakarta Notoatmodjo, S.2002.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta:Jakarta. Rasmalia.2007.Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA.Jurnal Bogor.(http://www.medika.ed. asu.edu, di akses 15 Desember 2010) Ritma, Eka.2007.Hubungan Faktor Gizi Dan Status Imunisasi Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita di Puskesmas Kendal I Kabupaten Kendal Tahun 2007. Stikes Aisyiyah.Yogyakarta Sri, Nengah.Pengaruh Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Terhadap Kesembuhan Peumonia di Puskesmas Alian I Kabupaten Kebumen Tahun 2004. Stikes Aisyiyah.Yogyakarta Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak.Nuha Medika:Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta:Jakarta. Supriyatno.B, dkk.2008.buku Ajar Respiratologi Anak. IDAI:Jakarta. Supariasa, dkk. 2002. Status Gizi.Buku Kedokteran EGC.Jakarta

Trianita, Desi.2007.Hubungan Perilaku Bapak Merokok Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita di Dusun Mrisi Kelurahan Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Tahun 2007.Stikes Aisyiyah.Yogyakarta Wong, Dona.2004.Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Buku Kedokteran EGC.Jakarta Yuwono.2008.Faktor- factor Lingkungan Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak BalitaDi Wilayah Kerja Puskesmas Kawungaten Kabupaten Cilacap.