Tugas dan Wewenang BPK dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Implementasinya Diajukan sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Hukum Tentang Lembaga Negara Dosen: Dr. Hernadi Affandi, SH., LL. M. Disusun Oleh: Intan Farhana NPM. 110110130302 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Identifikasi Masalah... 2 BAB II. PEMBAHASAN... 3 A. Tugas dan Wewenang BPK menurut Peraturan Perundang-Undangan... 3 B. Implementasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPK... 7 BAB III. PENUTUP... 9 A. Kesimpulan... 9 B. Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 10 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah negara berdaulat tentu memiliki pemerintahan yang di dalamnya terdapat berbagai lembaga negara untuk menjalankan pemerintahan tersebut. Lembaga negara menurut Bagir Manan adalah kumpulan lingkungan jabatan sebagai unsur penyelenggara organisasi negara; merupakan alat-alat kelengkapan yang menjalankan negara (stateorgans); organ-organ negara baku (di bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif) atau badan konstitusional. Indonesia pun memiliki lembaga negaranya sendiri yang diatur dalam konstitusi yakni Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Salah satu lembaga negara yang dicantumkan dalam UUD 1945 adalah Badan Pengawas Keuangan (BPK). 1 Kehadiran BPK memiliki peran penting untuk mengawasi alur keuangan dari badan-badan negara agar tidak terdapat kerugiankerugian yang dialami oleh negara. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam dunia nyata (das sein) seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan peraturan yang tercantumkan dalam perundang-undangan (das sollen). B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui Implementasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPK. 2. Menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Hukum tentang Lembaga Negara. C. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana tugas dan wewenang BPK menurut peraturan perundangundangan? 2. Bagaimana pengimplementasian pelaksanaan tugas dan wewenang BPK? 1 Pasal 23E Ayat (2) UUD 1945 2
BAB II PEMBAHASAN A. Tugas dan Wewenang BPK menurut Peraturan Perundang-Undangan Mengacu pada Pasal 23E UUD 1945 yang berbunyi untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Pembentuk undang-undang kemudian membuat suatu peraturan khusus mengenai BPK dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (UU BPK). 1. Tugas BPK Dalam Pasal 6 ayat (1) UU BPK dicantumkan bahwa tugas BPK ialah memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintan pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Lembaga atau badan lain yang dimaksud dalam pasal tersebut berarti badan hukum milik negara, yayasan yang mendapat fasilitas negara, komisi-komisi yang dibentuk dengan undang-undang, dan badan swasta yang menerima dan/atau mengelola uang negara. Adapun frasa keuangan negara di atas mengacu pada Pasal 2 Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU KN) yaitu: a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga; c. Penerimaan negara; d. Pengeluaran negara; e. Penerimaan daerah; f. Pengeluaran daerah; g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah; 3
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum; i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah. Dalam Pasal 6 ayat (3) UU BPK diatur bahwa pemeriksaan yang dilakukan BPK tercakup menjadi tiga, yaitu: 1. Pemeriksaan keuangan Pemeriksaan keuangan meliputi pemeriksaan laporan keuangan lembaga dan badan negara dalam rangka pengelola keuangan negara dalam rangka untuk memberikan pernyataan atau pendapat mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. 2. Pemeriksaan Kinerja Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efesiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawas intern pemerintah. 3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan khusus seperti pemeriksaan investigatif. Jika pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilaksanakan oleh akuntan publik, maka laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK. Dalam pasal 6 ayat (5) UU BPK dicantumkan sebagai berikut Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara. Setelah dilakukan pemeriksaan, maka BPK membuat laporan hasil pemeriksaan dan melakukan pembahasan atas fakta-fakta yang ditemukan selama pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara. Jika terdapat unsur-unsur pidana dalam pemeriksaan, maka BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang paling lambat satu bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut. 2 2 Pasal 8 Ayat (3) UU BPK 4
Sebaliknya hasil pemeriksaan bersih dari unsur-unsur tindak pidana maka dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (UU PPTJKN) BPK bertugas untuk menyerahkan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan atas laporan keuangan pemerintah daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk ditindaklanjuti. BPK pun harus menyerahkan laporan pemeriksaan tersebut secara tertulis pada Gubernur, Bupati/Walikota. Pejabat tersebut wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK terkait dengan tindak lanjut dari rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan selambatlambatnya enam puluh hari sejak laporan diterima 3. 2. Wewenang BPK Terdapat beberapa wewenang yang dimiliki oleh BPK dalam rangka melaksanakan tugasnya. Pasal 9 UU mencantumkan wewenang BPK sebagai berikut: a. menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan; b. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara; c. melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara; d. menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK; 3 Pasal 20 UU PPTJKN 5
e. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; f. menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; g. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK; h. membina jabatan fungsional Pemeriksa; i. memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan j. memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah. BPK pun berwenang untuk menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh bendahara. Selain itu, demi menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian, BPK berwenang untuk memantau 4 : a. Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain; b. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan c. Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam Pasal 11 UU BPK pun dicantumkan bahwa BPK beberapa kewenangan lain yang dimilki oleh BPK dimana BPK dapat memberikan: a. Pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, lembaga negara lain, Bank Indonesia, BUMN, BUMD, Badan Layanan Umum, Yayasan dan lembaga atau badan lain yang diperlukan karena sifat perkerjaannya; b. Pertimbangan atas penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah; dan/atau 4 Pasal 10 UU BPK 6
c. Keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara atau daerah. B. Implementasi Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPK Kehadiran peraturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum BPK, tentu sangat penting bagi BPK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sebagai lembaga pengawas keuangan negara, BPK memiliki peranan yang sangat penting dalam pengendalian dan monitoring keuangan negara. Tiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) dimana pada bagian akhir laporan tersebut akan dicantumkan opini atau rekomendasi dari BPK terkait dengan hasil temuan dalam pemeriksaan. Melalui LHP, pejabat dan pemerintah dapat mengetahui hal-hal mana saja yang perlu menjadi perhatian sebagai langkah untuk mengoreksi atau menyeseaikan hal-hal yang diperlukan terkait dengan pengelolaan keuangan negara. Hal tersebut dapat membantu pejabat dan pemerintah untuk menghindari atau menutupi kerugiankerugian yang dialami negara. Dalam kurun waktu lima tahun (2009-2013) tingkat penindaklanjutan rekomendasi BPK dalam LHP oleh pejabat dan pemerintah ialah 53,74% dari total 208.334 kasus, sedangkan 46,26% dari kasus-kasus tersebut belum ditindaklanjuti oleh pejabat atau pemerintah. 5 Tak hanya itu, pelaksanaan tugas BPK untuk melaporkan temuan pemeriksaan yang terindikasi pidana terhadap instansi yang berwenang (Kepolisian dan KPK) terlihat pada jumlah temuan yang ditindaklanjuti oleh instansi tersebut yakni 72,79% atau 313 dari 430 kasus yang ditemukan dengan nilai kerugian keseluruhan Rp 32.463,90 miliar dan $840.991.291. 6 Pada data tersebut, dalam kurun waktu 4 tahun jumlah rekomendasi yang belum ditindaklanjuti oleh pejabat atau pemerintah masih tergolong cukup tinggi yakni 46,29%. Ironisnya, peraturan yang ada menyatakan bahwa pejabat memiliki kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan oleh BPK di dalam LHP selambat-lambatnya 60 hari setelah laporan diterima oleh pejabat tersebut 7. Ketidaksesuaian di atas tentu berakibat pada terabaikannya permasalahan kerugian keuangan negara. Lebih lanjut, hal ini tentu berdampak pada 5 Laporan Akuntabilitas Kerja Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2013 diakses dari www.bpk.go.id. Hlm. 43 6 Ibid. Hlm. 46 7 Pasal 20 UU PPTJKN 7
keterhambatan pelaksanaan pembangunan negara. Dalam hal ini BPK sebagai lembaga pengawas hendaknya mengoptimalkan wewenangnya untuk memantau penindaklanjutan dari rekomendasi yang dibuatnya dalam LHP oleh pihak-pihak terkait 8. Dengan menindaklanjuti kerugian tersebut, diharapkan arus keuangan negara dapat berjalan lancar dan bebas penyalahgunaan oleh pihak yang tak bertanggungjawab sehingga kemajuan pembangunan negara dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. 8 Pasal 10 UU BPK 8
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan BPK merupakan lembaga negara yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara. Berdasarkan amanat dari Pasal 23E UUD 1945, pembuat menjabarkan pengaturan mengenai BPK dalam UU BPK dan undang-undang terkait (UU KN dan UU PPTJKN). Penjabaran mengenai tugas BPK terdapat dalam Pasal 6 UU BPK, sedangkan kewenangannya terdapat dalam Pasal 9-11 UU BPK. Pengimplementasian tugas dan wewenang BPK dapat terlihat dalam penindaklanjutan rekomendasi BPK dalam LHP yang diberikan kepada pejabat dan pemerintah dan pengajuan laporan dengan indikasi pidana kepada pihak berwenang. Berdasarkan data yang ada jumlah rekomendasi LHP yang diajukan BPK kepada pejabat masih tergolong tinggi yakni 49,29% dari jumlah keseluruhan 208.334 kasus. B. Saran 1. BPK hendaknya melaksanakan tiap tugas yang menjadi tanggungjawabannya dengan cermat dan optimal mengingat kewenangan yang diberikan oleh undang-undang sudah cukup mendukung tugas tersebut. 2. BPK hendaknya memperbanyak kesempatan untuk melakukan pembahasan terkait dengan LHP yang belum ditindaklanjuti dengan pihak terkait agar pihak-pihak tersebut menyadari pentingnya pelaksanaan rekomendasi BPK untuk menanggulangi persoalan kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum maupun kelalaian yang terjadi. 9
DAFTAR PUSTAKA 1. Peraturan Perundang-Undangan: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945 b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. 2. Website: a. www.bpk.go.id b. www.hukumonline.com 3. Sumber Lain: Laporan Akuntabilitas Kerja Badan Pemeriksa Keuangan Tahun 2013 10