BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin. sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri.

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. umum dari tujuan nasional, yang diselenggarakan berdasarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita

Chairul Huda Al Husna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA)

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia). World

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia) 1. Pengertian lansia Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan secara perlahan lahan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering terjadi pada kaum lansia (Nugroho, 2012). Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2012). Sedang menurut Buhler yang dikutip Hurlock dalam Jurnal PKS Vol. IV No. 11, Maret 2005 oleh Salamah, lansia adalah periode akhir dari rentang kehidupan (1996:380). Usia lanjut biasanya ditandai dengan adanya perubahan yang nampak seperti gejala penurunan kondisi fisik dan kesehatan serta terjadi perubahan pada psikis yang semakin menurun. Maupun terbatas kemampuannya. Dengan demikian yang disebut lansia adalah seseorang yang telah berumur 60 tahun ke atas yang 9

rnengalami perubahan fisik maupun psikhis yang semakin menurun dan terbatas. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupanya, yaitu anak, dewasa dan orang tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemundura fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2012). Sedangkan menurut stanley (2007) menjadi tua adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh kita semua, namun tidak ada pengaruh antara penilaian ciri menjadi tua itu dengan kesehatan. Gambaran tentang lansia amerika yang lumpuh dan semakin lemah hanya merupakan stereotip karena ada juga lansia yang kuat dan aktif, keduanya tidak akan dapat terlihat pada rentang status kesehatan yang di temukan dalam segmen ini dari populasi negara kita. 2. Batasan Lansia Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkaisar antara 60-65 tahun (Kushariadi, 2010). Bebeapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut: Adapun beberapa pendapat tentang batasan umur lansia yaitu: a) Menurut World Health Organisation (WHO), ada empat tahap lansia meliputi : 1) Usia pertengahan (Middle Age) usia 45 59 tahun. 2) Lanjut usia (Elderly) usia 60 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (Old) usia 75 90 tahun. 4) Lansia sangat tua (Very Old) usia > 90 tahun. b) Klasifikasi pada lansia ada 5 (Maryam, 2008), yakni : 1) Pralansia (Prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 10

2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3) Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 4) Lansia Potensial Lansia yang masih mampu melakukan aktifitas. 5) Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Depkes RI,2003). c) Menurut Birren and Jenner dalam Nugroho (2012) mengusulkan untuk membedakan antara usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial. 1) Usia biologis, yaitu jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati. 2) Usia psikologis, yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian pada situasi yang dihadapinya. 3) Usia sosial, yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Batasan lansia yang ada di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Pernyataan tersebut dipertegas dalam Undang undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 11

B. Konsep Posyandu 1. Pengertian Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. (Erfandi, 2008) 2. Sasaran posyandu lansia a) sasaran langsung 1) kelompok Pra usia lanjut (45 59 tahun) 2) kelompok usia lanjut (60 tahun keatas) 3) kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun keatas) b) sasaran tidak langsung 1) Keluarga dimana usia lanjut berada 2) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut 3) Masyarakat luas (Williyams S, 1996) 3. Tujuan Posyandu Lansia a) Tujuan umum pembentukan posyandu lansia adalah Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan. b) Tujuan khusus 1) Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya. 12

2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut 3) Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan. 4) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Herdini Widyaning Pertiwi.2013) 4. Jenis Pelayanan Kesehatan di posyandu Lansia Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia adalah: a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit. c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT). d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat. f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus) g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 13

h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. i. Penyuluhan Kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. k. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. (Herdini Widyaning Pertiwi.2013) 5. Mekanisme Pelayanan Posyandu Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut dikelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut: a. Tahap pertama: pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum pelaksanaan pelayanan. b. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usia, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. c. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental d. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana) 14

e. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling Untuk lebih jelasnya mekanisme kegiatan sistem 5 tahapan, lihat matriks berikut ini.( Maas, M.L. et al. 2008) 6. Kendala pelaksanaan poyandu lansia a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau c.kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. e. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu lansia (cahyo 2010) 7. KMS (Kartu Menuju Sehat) Lansia Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah sebuah kartu catatan tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan ke Posyandu Lansia atau berkunjung ke Puskesmas yang meliputi pemantauan kesehatan fisik dan emosional serta deteksi dini atas penyakit atau ancaman kesehatan yang dihadapi lansia. Pemeriksaan yang dicatat pada KMS Lansia adalah sebagai berikut : a. Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) tentang berat badan dan tinggi badan (pemeriksaan status gizi) b. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari (kegiatan dasar seperti mandi, makan/minum, tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya). c. Pemeriksaan status mental dan emosional yang dilakukan oleh dokter. d. Pengukuran tekanan darah. e. Pemeriksaan Hemoglobin. f. Reduksi urine untuk kadar gula pada air seni sebagi deteksi penyakit kencing manis (diabetes mellitus). g. Pemeriksaan protein urine guna deteksi penyakit ginjal. 15

h. Catatan keluhan dan tindakan. Sekiranya ada permasalahan kesehatan yang perlu pengobatan saat itu atau perlu untuk rujukan ke Puskesmas. i. Selain pencatatan tersebut terdapat anjuran untuk hidup sehat yang digunakan untuk penyuluhan yang disampaikan setiap selesai pemeriksaan kesehatan. (cahyo, 2010) 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kehadiran Lansia di Posyandu Lansia. Kesehatan individu dan kesehatan masyarakat dipengaruhi dua faktor yaitu faktor perilaku dan diluar perilaku. Faktor perilaku sendiri sangat ditentukan oleh tiga faktor yaitu (Notoadmodjo, 2003) : a. Faktor pemudah, yang mencakup : pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan, nilai. Keyakinan dan demografi (sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, jumlah keluarga). b. Faktor pendukung, yang mencakup : ketersediaan fasilitas kesehatan dan ketersedian sumber daya kesehatan. c. Faktor penguat, yang mencakup : keluarga, sikap petugas kesehatan dan lingkungan masyarakat. d. Faktor kemandirian, yang mencakup : aktivitas sehari-hari, pemanfaatan posyandu C. Aktivitas sehari-hari/adl 1. Pengertian Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal; aktivitas tersebut menyangkut, ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi, dan berbias (Potter & Perry, 2005) Aktivitas didefinisikan sebagai suatu aksi energetika atau keadaan bergerak. Yang dimaksud dengan ADL adalah Kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari (Hardywinoto, 2005). 16

2. Faktor yang Mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL) Menurut Hardywinoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activies Daily Living (ADL) adalah: a) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga b) Kapasitas mental c) Status mental seperti kesedihan dan depresi d) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh e) Dukungan anggota keluarga 3. Aktivitas dan orang dewasa yang lebih tua Menurut (Siti,2000) Kegiatan, seperti yang dibahas dalam bab ini, termasuk kegiatan rutin sehari-hari, aktivitas pengalihan, dan olahraga fisik. perubahan terjadi dalam kegiatan yang diikuti oleh orang dewasa yang lebih tua dengan bertambahnya usia mereka atau pengalaman penyakit akut atau kronis. perubahan lain dalam kegiatan terjadi sebagai respon terhadap perubahan gaya hidup utama seperti pensiun, relokasi, atau kehilangan pasangan. ada juga kasus kegiatan khusus untuk memenuhi kebutuhan orang dewasa yang lebih tua dengan penyakit Alzheimer atau demensia terkait. apakah dirawat di rumah atau di fasilitas perawatan jangka panjang, orang dewasa yang lebih tua dengan manfaat demensia oleh program kegiatan yang meliputi aktivitas pengalihan dan kegiatan untuk mempromosikan kemandirian dalam kegiatan rutin seharihari (ADL). Kegiatan latihan fisik patut mendapat perhatian khusus karena manfaat kesehatan yang mempromosikan mereka untuk semua orang dewasa yang lebih tua. sedangkan kegiatan yang diikuti orang dewasa yang lebih tua tertentu yang dipengaruhi oleh pilihan preferensi individu, situasi, dan kesehatan, ada beberapa pertimbangan umum untuk kegiatan dan orang dewasa yang lebih tua. di beberapa pengaturan perawat berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan, mengadaptasi kegiatan dengan situasi dewasa yang lebih tua saat ini, dan mengevaluasi dampak kegiatan terhadap kesehatan. 17

4. Macam-Macam Activity of Daily Living (ADL) a. aktivitas fisik aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dimana sangat penting bagi kesehatan mental. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan lain-lain b. aktivitas mental Kemudian aktivitas mental, Banyak aktivitas yang dilakukan oleh lansia akan menolong pikiran lansia tetap aktif, mengembangkan hobi, dan menikmati aktivitas di waktu luang yang menyenangkan. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah mengelola keuangan secara baik, aktivitas keagamaan bersama sesama lansia, meluangkan waktu untuk melakukan satu hal yang digemari. c. aktivitas sosial Aktivitas sosial adalah kemampuan lansia untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi atau aktif dalam aktivitas kelompok. 5. Aktivitas sehari-hari Menurut (copyright. 2000) ADL termasuk hal-hal yang kebanyakan orang dewasa lakukan setiap hari, sering tanpa perhatian khusus usaha. Sampai terjadi sesuatu mengganggu rutinitas sehari-hari normal, sedikit pemikiran dapat diberikan untuk mandi, berpakaian, makan, atau menghadiri dengan kebutuhan eliminasi. Namun dengan 18

bertambahnya tahun, dan dengan perubahan kesehatan dan keadaan, kegiatan yang sekali dicapai dengan mudah mungkin memerlukan pendekatan diubah atau bantuan lainnya. Perawat, selain memberikan bantuan langsung dengan ADL, membantu orang dewasa yang lebih tua dalam modifikasi rutinitas dan penggunaan alat bantu yang membantu menjaga independensi. Perawat juga mendukung dan menyarankan anggota keluarga dan teman-teman yang membantu orang dewasa yang lebih tua dengan Kegiatan Instrumental hidup sehari-hari (ADL) meliputi kegiatan seperti mengemudi, berbelanja, memasak, rumah tangga, dan menggunakan telepon. orang dewasa memodifikasi pendekatan mereka untuk IADLs karena perubahan sering dialami dalam penuaan, seperti berkurangnya kekuatan, gangguan penglihatan, atau gangguan pendengaran. alat bantu yang digunakan untuk membuat tugas-tugas memasak atau rumah tangga lebih mudah dan aman. mengemudi dapat dibatasi ke daerah akrab dan siang hari. anggota keluarga, teman, atau pengasuh dibayar dapat membantu dengan belanja dan tugas-tugas lainnya. selama episode akut atau pemulihan dari rumah sakit, bantuan tambahan mungkin diperlukan. Namun, jika bantuan yang memadai dengan IADLs tersedia di rumah, relokasi ke fasilitas perawatan jangka panjang tidak diperlukan. Kegiatan dasar hidup sehari-hari (BADLs) termasuk tugas-tugas perawatan pribadi sehari-hari yang berkaitan dengan kebersihan, nutrisi, dan eliminasi. tetap independen dalam kegiatan ini sangat dihargai oleh orang dewasa yang lebih tua. ketergantungan BADLs meningkatkan risiko relokasi ke fasilitas perawatan jangka panjang atau ke rumah anggota keluarga. untuk tetap independen dalam BADLs, orang dewasa menggunakan alat bantu dan memodifikasi rutinitas perawatan mereka. semprotan genggam mandi, kursi toilet terangkat, bar ambil kokoh di kamar mandi, plateguards, dan menangani built-up di sikat gigi dan peralatan makan adalah contoh alat bantu. pakaian dengan velcro bukan tombol, ikatan yang klip pada bukan dasi, dan sepatu yang terpeleset di 19

rether dari renda adalah contoh modifikasi untuk membantu dengan saus. Namun, untuk beberapa orang dewasa yang lebih tua jumlah bantuan yang dibutuhkan dengan perawatan pribadi melebihi kemampuan mereka untuk memodifikasi rutinitas dan kapasitas anggota keluarga dan teman-teman untuk memberikan bantuan. perawat perawatan di rumah dapat melengkapi perawatan yang diberikan oleh anggota keluarga dan temanteman, atau relokasi ke fasilitas perawatan jangka panjang mungkin diperlukan. 6. Penilaian aktivitas sehari-hari/adl Penelitian ADL dengan menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB/BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan berpakaian. Penilaian dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sebagai berikut: a. Mandi 1) Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya. 2) Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri. b. Berpakaian 1) Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancing / mengikat pakaian. 2) Tergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian. c. ke kamar kecil 1) Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri. 2) Tergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot. 20

d. Berpindah 1) Mandiri : berpindah dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri. 2) Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu atau lebih perpindahan. e. Kontinen 1) Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri. 2) Tergantung : inkontinesia persial atau total, penggunaan kateter, pispot, enema, dan pembalut (pampers) f. Makan 1) Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri. 2) Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT). (Maryam, 2008). 7. Nilai Aktivitas ADL a. Mandiri total = 6 b. Tergantung paling ringan = 5 c. Tergantung ringan = 4 d. Tergantung sedang = 3 e. Tergantung berat = 2 f. Tergantung paling berat = 1 g. Tergantung total = 0 (katz s, 2008) 21

D. Penerapan Keperawatan pada Lansia 1. Konsep Keperawatan Gerontik Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu & kiat/tehnik keperawatan yang berbentuk biopsiososial-spiritual & kultural yang holistic yang di tujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Fenomena yang menjadi bidang harapan keperawatan Gerontik adalah tidak terpenuhi KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. (S.Bandiyah, 2009) Asuhan keperawatan dasar yang di berikan dan di sesuaikan dengan kondisi lanjut usia, apakah lanjut usia itu aktif atau pasif. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan yang di berikan berupa dukungan higiene personal (misal kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palu), kebersihan diri (termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata dan telinga), kebersihan lingkungan (tempat tidur dan ruangan), makanan yang sesuai (misal porsi kecil, bergizi, bervariasi dan mudah di cerna), sehingga kesegaran jasmani tetap terpelihara, Bagi lanjut usia yang pasif dan bergantung pada orang lain, perawat perlu memperhatikan dalam memberi asuhan keperawatan walaupun pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif. Di sini diperlukan sekali dukungan keluarga, khususnya lanjut usia yang mengalami kelumpuhan agar jangan sampai terjadi dekubitus (lecet) (Nugroho, 2012). 22

E. Kerangka Teori FISIK LANSIA ADL MENTAL PELAYANAN POSYANDU SOSIAL (Cahyo 2010, Hardywinoto, 2015) F. Kerangka Konsep Activity of Daily Living (ADL) -Fisik -Mental -Sosial Posyandu G. Hipotesis Hipotesis adalah sebagian jawaban sementara terhadap rumusan masalah peneliti (Sugiyono,2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan Activity of Daily Living lansia dengan keikutsertaan posyandu di wilayah bangetayu wetan RW 01. 23