BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB III MONUMEN GEMPA BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

KEADAAN UMUM DAERAH. dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

ANALISIS RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DENGAN MEMANFAATKAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KABUPATEN BANTUL TAHUN

BAB IV METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2012 BUPATI BANTUL,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2013

BAMBANGLIPU A. DATA PEMILIH NAMA DAN TANDA TANGAN ANGGOTA KPU KABUPATEN/KOTA

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. membuka unit usaha syariah yang pada akhirnya melakukan spin off (pemisahan).

Gbr.1 Jaringan di Ruang Sekpri Bupati

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

dan abstraksi data yang ada dalam field note (catatan di lapangan). memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR

BAB III TINJAUAN TENTANG OBSERVATION TOWER DI BUKIT HARGODUMILAH, PERBATASAN KABUPATEN BANTUL DAN GUNUNGKIDUL, DIY

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Januari Tahun 2017 KATA PENGANTAR

BAB IV GAMBARAN UMUM

Buletin Edisi Juli Tahun 2016 KATA PENGANTAR

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

Buletin Edisi November Tahun 2016 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun

Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ummi Athiyyah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

KATA PENGANTAR. Sleman, Februari 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MLATI. AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011

PEMETAAN POTENSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA. Niken Ernawati

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

KAJIAN PANGAN LOKAL DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha untuk mengoptimalisasi sumber daya alam. Sumber daya alam yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk mencakup sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi manusia karena lahan adalah tempat untuk melakukan segala aktivitas penunjang kehidupan. Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan, termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang menurut FAO (1976) dalam Arsyad (1989:207). Penggunaan lahan akan selalu berubah agar lahan yang dimiliki oleh penduduk lebih produktif dari penggunaan lahan sebelumnya. Lahan yang dimiliki penduduk dirubah dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman berupa kawasan perumahan, perdagangan, industri, perkantoran dan lain sebagainya. Perubahan penggunaan lahan ini dilakukan penduduk untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. 1

2 Perubahan penggunaan lahan saat ini dilakukan oleh penduduk, pemerintah dan perusahaan swasta. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan oleh penduduk, pemerintah dan perusahaan swasta menyesuaikan dengan kepentingan mereka. Proses perubahan penggunaan lahan untuk dijadikan bangunan sebenarnya harus mempunyai ijin mendirikan bangunan (IMB). Pada kenyataannya banyak pendirian bangunan tanpa memiliki IMB sehingga banyak pembangunan yang kurang terkontrol. Pendirian bangunan yang kurang teratur ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Permasalahan perubahan penggunaan lahan saat ini terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DIY terjadi karena banyaknya penduduk yang datang ke DIY yang dikenal karena pariwisata, budaya, pendidikan dan keamanannya, sehingga untuk memberikan kenyamanan bagi penduduk yang datang ke DIY banyak dibangun rumah makan, rumah, perumahan, tempat kos, tempat perbelanjaan dan hotel. Provinsi DIY terdiri dari Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Perubahan penggunaan lahan terjadi di semua wilayah Provinsi DIY. Salah satu kabupaten yang mengalami perubahan terjadi di Kabupaten Bantul yang terletak di bagian Selatan DIY. Kabupaten Bantul dipilih sebagai daerah penelitian karena banyaknya perubahan penggunaan lahan di setiap bentuk lahan baik itu dataran rendah, lereng yang miring atau yang lereng terjal. Perubahan penggunaan lahan yang

3 bervariasi ini yang menyebabkan pemilihan Kabupaten Bantul sebagai daerah penelitian. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan yaitu, Kecamatan Sedayu, Kasihan, Pajangan, Sewon, Banguntapan, Piyungan, Pleret, Imogiri, Jetis, Bantul, Pandak, Srandakan, Bambanglipuro, Pundong, Kretek, Sanden dan Dlingo. Kabupaten Bantul bagian barat berupa perbukitan yang membujur dari utara ke selatan, bagian tengah berupa daerah yang datar dan landai yang membujur dari utara ke selatan, bagian timur merupakan daerah perbukitan landai, miring dan terjal. Di bagian utara Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta yang merupakan pusat ekonomi DIY dengan permukimannya yang padat. Bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo dengan pembatas berupa Sungai Progo yang memanjang dari utara ke selatan, bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia yang berupa garis pantai memanjang dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek, sedangkan bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul yang berupa pegunungan terjal. Kondisi fisiografi Kabupaten Bantul yang sangat bervariasi ini, kemungkinan menyebabkan perbedaan kelas kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin meningkatnya perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bantul. Berdasarkan data dari sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2000 penduduk Kabupaten Bantul sebanyak 781.013 orang dan pada tahun 2010 bertambah menjadi 911.503 orang. Kebutuhan yang paling mendasar yang berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk yaitu

4 meningkatnya perubahan lahan untuk dijadikan tempat tinggal. Kebutuhan lain yang harus dipenuhi dari bertambahnya jumlah penduduk ini yaitu saran dan prasarana penunjang kebutuhan penduduk seperti sekolah, puskesmas atau rumah sakit, kawasan perdagangan, tempat rekreasi dan lain-lain. Selain pertambahan jumlah penduduk perubahan penggunaan lahan terjadi karena kebijakan pemerintah. Informasi perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bantul masih sangat sedikit. Informasi perubahan penggunaan lahan yang ada di BAPPEDA Kabupaten Bantul hanya berasal dari data alih fungsi lahan dari tahun 2009. Data tersebut berupa perubahan penggunaan lahan dari pertanian menjadi permukiman atau menjadi tempat usaha, hal tersebut berdasarkan analisis ijin pengeringan selama tahun 2009. Tabel 1. Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian di Kabupaten Bantul tahun 2009 No. Jenis perubahan penggunaan lahan Luas (m 2 Persentase ) pertanian menjadi non pertanian 1. Rumah tinggal 154.589 26,99 2. Rumah tinggal dan tempat usaha 92.251 16,10 3. Perumahan 179.608 31,35 4. Industri 10.686 1,87 5. Rumah sakit 6.385 1,11 6. Toko 4.836 0,84 7. Gudang 24.727 4,32 8. Pendidikan 14.356 2,51 9. Lain-lain 85.386 14,91 Jumlah 572.824 100,00 Sumber : BPN, 2010 Dari tabel 1 dapat diketahui perubahan lahan pada tahun 2009 seluas 572.824 m 2. Data perubahan penggunaan lahan dari tahun ke tahun tidak ada,

5 begitu juga data perubahan penggunaan lahan dari tahun 1999-2010 belum ada di pemerintahan Kabupaten Bantul. Pemilihan tahun 1999 dan 2010 karena sedikitnya informasi tentang penggunaan lahan sehingga peneliti hanya dapat menemukan penggunaan lahan tahun 1999 dari peta RBI dan peta penggunaan lahan tahun 2010 dari peta penutup lahan Kabupaten Bantul tahun 2010. Topografi Kabupaten Bantul yang bervariasi dari dataran rendah dan perbukitan terjal dapat mempengaruhi perbedaan kelas kemampuan lahan. Dataran rendah berada di bagian tengah Kabupaten Bantul yang membujur dari utara ke selatan, dengan gumuk pasir di bagian selatan Kabupaten Bantul. Bagian barat dan timur berupa perbukitan dengan batuan gamping. Topografi Kabupaten Bantul yang bervariasi ini sangat berpengaruh terhadap variasi kelas kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. Kelas Kemampuan lahan di Kabupaten Bantul belum banyak diinformasikan kepada penduduk sehingga penduduk melakukan perubahan penggunaan lahan berdasarkan kepentingan ekonomi. Perubahan penggunaan lahan yang di Kabupaten Bantul terjadi di dataran rendah dan daerah perbukitan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di setiap lahan ini dilakukan penduduk tanpa memperhatikan kelas kemampuan lahan sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lahan. Perubahan penggunaan lahan berdasarkan kemampuan lahan dapat dianalisis dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras, perangkat lunak, data geografi dari komputer untuk melakukan pengolahan data (Eko

6 Budiyanto, 2004 : 1-2). SIG memberikan dua jenis model informasi, yaitu dalam bentuk spasial dan deskriptif. Penggunaan SIG dalam penelitian ini karena SIG dapat mengolah data perubahan penggunaan lahan dengan mudah, cepat dan murah. Dalam penelitian ini penggunaan lahan dapat diperoleh dengan mendigitasi peta RBI untuk penggunaan lahan tahun 1999 dan peta penutup lahan untuk tahun 2010. Data kemampuan lahan dapat diperoleh dari menganalisis peta kemampuan tanah. Langkah selanjutnya dengan mengoverlay peta penggunaan lahan tahun 1999 dan 2010 untuk mendapatkan data perubahan penggunaan lahan tahun 1999-2010 hasilnya akan dioverlaykan lagi dengan peta kemampuan lahan sehingga akan didapatkan peta kesesuaian perubahan penggunaan lahan tahun berdasarkan kemampuan lahan. Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1999-2010 Berdasarkan Kemampuan Lahan di Kabupaten Bantul. B. Identifikasi Masalah Beberapa hal yang dapat diidentifikasi terkait dengan latar belakang di atas sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk di Kabupaten Bantul yang semakin bertambah akan meningkatkan perubahan penggunaan lahan.

7 2. Lahan-lahan pertanian di Kabupaten Bantul semakin berkurang sehingga dapat mengakibatkan menurunnya hasil pertanian. 3. Masih sedikitnya informasi perubahan penggunaan lahan tahun 1999-2010. 4. Masih sedikitnya informasi kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. 5. Masih sedikit informasi mengenai kesesuaian perubahan penggunaan lahan dengan kemampuan lahannya. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut : 1. Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bantul tahun 1999-2010. 2. Kelas kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. 3. Tingkat kesesuaian perubahan penggunaan lahan dengan kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Berapa luas perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bantul tahun 1999-2010? 2. Bagaimana kelas kemampuan lahan di Kabupaten Bantul?

8 3. Bagaimana tingkat kesesuaian perubahan penggunaan lahan tahun 1999 2010 dengan kemampuan lahan yang ada di Kabupaten Bantul? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perubahan penggunaan lahan tahun 1999-2010 di Kabupaten Bantul. 2. Mengetahui kelas kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. 3. Mengetahui kesesuaian perubahan penggunaan lahan dengan kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat teoritis. a. Sebagai pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk pemetaan penggunaan lahan. b. Menambah referensi pengetahuan mengenai potensi wilayah Kabupaten Bantul khususnya yang berkaitan dengan kondisi sumber daya lahan. c. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian yang relevan dengan tema ini.

9 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat di Kabupaten Bantul dalam melakukan perubahan lahan miliknya agar sesuai dengan kemampuan lahan. b. Sebagai masukan bagi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah untuk memberikan arahan dan tindakan terhadap penggunaan lahan agar disesuaikan dengan kemampuan lahan di Kabupaten Bantul. c. Manfaat pendidikan. Penelitian ini dapat menjadi bahan pengayaan dalam kurikulum mata pelajaran geografi SMA kelas X mengenai kompetensi dasar menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi dan SMA kelas XII pada Kompetensi Dasar mendeksripsikan sistem informasi geografis sebagai media informasi fenomena geosfer.