I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota Dewan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat;

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KAMPANYE PEMILIHAN UMUM OLEH PEJABAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen yang digunakan rakyat untuk

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu juga merupakan sarana berdemokrasi untuk membuat suatu sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, menurut sistem permusyawaratan dan perwakilan. Sebagaimana dalam ketentuan umum Undangundang Nomor 10 Tahun 2008 dijelaskan bahwa pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berdasarkan Pancasila Undangundang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Budiarjo (2008) menyatakan bahwa pemilihan umum dianggap sebagai lambang, dan juga sekaligus tolak ukur dari sistem demokrasi.. Pada pemilu tahun 2004, Indonesia membuat sejarah, karena untuk pertama kalinya diadakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Bila pada tahun-

2 tahun sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), pada tahun 2004, untuk pertama kalinya, rakyat Indonesia memilih secara langsung Presiden dan Wakil Presidennya. Dengan dipilihnya Presiden dan wakil presiden secara langsung ditingkat nasional, pada tingkat daerah kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada ini dilaksanakan untuk memilih gubernur dan wakil gubernur dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat. Adapun di tingkat kota dan kabupaten, Pilkada dilaksanakan untuk memilih walikota dan bupati beserta wakilnya dalam satu paket pasangan. Pemilihan secara demokratis terhadap kepala daerah/wakil kepala daerah ini didasarkan atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 Ayat (4) yang menyatakan bahwa gubernur dan bupati atau walikota sebagai kepala daerah dipilih secara demokratis. Kemudian mengingat bahwa tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah telah menghapus tugas dan wewenang lembaga legislatif daerah untuk memilih kepala daerah/wakil kepala daerah. Maka dengan demikian pemilihan demokratis diartikan sebagai pemilihan langsung. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil kepala daerah dan perangkat daerah (Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004).

3 Peserta Pilkada juga diatur Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini kemudian diatur lebih lanjut dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Adanya perubahan sistem pada pemilu dan pilkada ini mempunyai konsekuensi terhadap perubahan perilaku pemilih juga. Jika sebelumnya, para pemilih hanya memperhatikan parpol saja, dengan adanya perubahan sistem ini, para pemilih juga bisa memperhatikan orang-orang yang dicalonkan oleh parpol tersebut. Pada penyelenggaraan pemilihan langsung, asas-asas atau peraturan yang mendasari pelaksanaan pemilihan harus diperhatikan oleh penyelenggara, para peserta yang menjadi kontestan dalam pemilihan juga harus bisa menaati aturan dengan baik, serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai sehingga dapat menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang pemimpin yang baik jika terpilih kelak, namun aspek penting lainnya juga tidak bisa diabaikan yakni pemilih. Selain kedua unsur tersebut, kualitas hasil proses demokrasi ini juga sangat bergantung pada kecerdasan pemilih dalam menentukan pilihan. Partisipasi begitu penting dalam sebuah sistem politik demokrasi karena demokrasi itu sendiri mengasumsikan bahwa yang paling mengetahui tentang apa yang baik bagi seseorang adalah orang itu sendiri, oleh karena itu dibutuhkan partisipasi secara terus menerus dari masyarakat untuk menunjukkan apa yang dianggap baik bagi dirinya. Upaya masyarakat untuk menunjukkan apa yang dianggap baik (sesuai dengan

4 aspirasi dan kepentingannya) bisa dilakukan dengan melalui berbagai cara, seperti memilih kepala daerah yang mengangkat isu sesuai dengan yang dialami masyarakat, memilih kandidat yang memperjuangkan program sesuai dengan prioritasnya, mempengaruhi proses pembuatan kebijakan yang sedang menjadi agenda publik. Perilaku pemilih pada berlangsungnya pemilihan langsung banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Fenomena perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat dalam pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 terdapat 29% hak pilih yang tidak digunakan dan pada pemilihan langsung kepala daerah gubernur ditahun 2008 terdapat 33% hak pilih yang tidak digunakan, untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat pada tabel-tabeldibawah ini: Tabel 1. Data Pemilu Masyarakat Pekon Way Petai pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Lampung Barat 2007. Jumlah TPS Jumlah Pemilih Dalam Salinan DPT untuk TPS Mata Pilih Menggunakan Tidak Menggunakan Hak Pilih Hak Pilih 8 TPS 3.334 2.340 994 Sumber : Pra Riset ( Kecamatan Sumber Jaya ) Tabel diatas menunjukan dengan jumlah mata pilih 3.334 hak pilih, masyarakat Pekon Way Petai hanya menggunakan 2.340 hak pilih yang berarti angka ketidak hadiran pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada pemilihan langsung kepala

5 daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 yaitu 29% hak pilih yang tidak digunakan atau ketidak hadiran mereka dalam pemilihan umum ada 994 orang. Hal ini menunjukan perilaku pemilih yang dilakukan masyarakat Pekon Way Petai dalam ketidak hadiran pada pemilihan umum tegolong tinggi. Dapat dilihat juga data pemilu masyarakat Pekon Way Petai dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung ditahun 2008 pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008. Jumlah Jumlah Pemilih Dalam Salinan DPT untuk TPS TPS Laki-laki Perempuan Jumlah 01 144 122 266 02 251 247 498 03 202 103 305 04 236 235 471 05 172 166 338 06 236 209 445 07 312 226 538 08 240 202 442 Jumlah 1.793 1.510 3.303 Sumber : Pra Riset ( KPU Kabupaten Lambar ) Pada tabel 2 diatas dapat dilihat hak pilih masyarakat Pekon Way Petai terdapat 3.303 jumlah pemilih yang terdiri dari pemilih laki-laki 1.793 hak pilih dan pemilih

6 perempuan 1.510 hak pilih. Untuk jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 3. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai yang Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008. Jumlah TPS Jumlah Pemilih yang Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Salinan DPT untuk TPS Laki-laki Perempuan Jumlah 01 89 82 171 02 145 159 304 03 116 100 216 04 135 143 278 05 106 112 218 06 136 150 286 07 218 153 371 08 191 165 356 Jumlah 1.136 1.064 2.200 Sumber : Pra Riset ( KPU Kabupaten Lambar ) Tabel 3 diatas memperlihatkan jumlah pemilih masyarakat Pekon Way Petai yang menggunakan hak pilih yaitu 2.200 hak pilih yang terdiri dari pemilih laki-laki yang berjumlah 1.136 hak pilih dan pemilih perempuan berjumlah 1.064 hak pilih. Sedangkan jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dapat kita lihat pada tabel 3 dibawah ini.

7 Tabel 4. Jumlah Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai yang Tidak Menggunakan Hak Pilih dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Dearah Provinsi Lampung 2008. Jumlah TPS Jumlah Pemilih yang Tidak Menggunakan Hak Pilih Berdasarkan Salinan DPT untuk TPS Laki-laki Perempuan Jumlah 01 55 40 95 02 106 88 194 03 86 3 89 04 101 92 193 05 66 54 120 06 100 59 159 07 94 73 167 08 49 37 86 Jumlah 657 446 1.103 Sumber : Pra Riset ( KPU Kabupaten Lambar ) Dari uraian ke empat tabel di atas, menunjukan dengan jumlah mata pilih 3.334 hak pilih ditahun 2007, masyarakat Pekon Way Petai hanya menggunakan 2.340 hak pilih yang berarti angka ketidak hadiran pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada pemilihan langsung kepala daerah dan wakil kepala daerah Lampung Barat di tahun 2007 yaitu 29% hak pilih yang tidak digunakan. Ditahun 2008 terdapat 3.303 jumlah pemilih yang terdiri dari pemilih laki-laki 1.793 hak pilih dan pemilih perempuan 1.510 hak pilih dan yang menggunakan hak pilih yaitu 2.200 hak pilih yang terdiri dari pemilih laki-laki yang berjumlah 1.136 hak pilih pada pemilih perempuan

8 berjumlah 1.064 hak pilih, sedangkan yang tidak menggunakan hak pilih pada pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi lampung di tahun 2008 terdapat 1.103 hak pilih dengan persentase 33% hak pilih yang tidak digunakan, perilaku pemilih dapat dilihat dari perilaku pada saat kampanye sampai pemilihan berlangsung, kehadiran pemilih pada saat pemilu masyarakat Pekon Way Petai diatas merupakan salah satu fenomena perilaku pemilih yang dilakukan pada saat pemilihan langsung, ini menarik peneliti untuk menggali informasi mengenai faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012 yang akan berlangsung ditahun ini dalam menentukan pilihannya dengan melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih Masyarakat Pekon Way Petai Kecamatan Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka dapat dikemukakan perumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat Pekon Way Petai pada Pilkada Lampung Barat 2012 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perilaku pemilih masyarakat pekon Way Petai Kecamatan

9 Sumber Jaya pada Pilkada Lampung Barat 2012 didasarkan pada tiga pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi kajian bidang politik terkait perilaku pemilih dalam pilkada. 2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku pemilih dalam proses pemilihan langsung khususnya pada Pemilihan pilkada lampung barat 2012.