STUDI KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG TARIK PELAT BAJA DENGAN ALAT SAMBUNG BAUT

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

32 Media Bina Ilmiah ISSN No

Studi Analisis Tinggi Lubang Baja Kastilasi dengan Pengaku.Ni Kadek Astariani 25

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

Bab II STUDI PUSTAKA

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. gabungan dengan variasi jarak sambungan las sebesar 3h, 4h, dan 5h yang

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

Analisis Profil Baja Kastilasi. Ni Kadek Astariani

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 3h, 4h, dan 5h masing-masing sebesar 8507,2383 kg f ; 7798,2002 kg f ; dan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL PERILAKU TEKUK KOLOM TUNGGAL KAYU PANGGOH Putri Nurul Hardhanti 1, Sanci Barus 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB 3 METODE ANALISIS

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

Materi Pembelajaran : 10. WORKSHOP/PELATIHAN II PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan perkuatan tulangan transversal dan cover plate yang dibebani arah aksial,

PERILAKU BALOK KOMPOSIT KAYU PANGGOH BETON DENGAN DIISI KAYU PANGGOH DI DALAM BALOK BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Komponen Struktur Tarik

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

PENELITIAN EKSPERIMENTAL KUAT LELEH LENTUR (F yb ) BAUT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENARIKAN KAWAT UNTUK PRAKTIKUM FENOMENA DASAR

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

KUAT LEKAT TULANGAN PADA BERBAGAI VARIASI MUTU BETON NORMAL

TEGANGAN DAN REGANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Jenis-Jenis Material Baja Yang Ada di Pasaran. Jenis material baja yang ada di pasaran saat ini terdiri dari Hot Rolled Steel

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN BAUT MUTU TINGGI (HTB) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISIS PENGARUH DIMENSI DAN JARAK PELAT KOPEL PADA KOLOM DENGAN PROFIL BAJA TERSUSUN

ELEMEN STRUKTUR TARIK

EFEKTIVITAS SAMBUNGAN KAYU PADA MOMEN MAKSIMUM DENGAN BAUT BERVARIASI PADA BALOK SENDI ROL Muhammad Sadikin 1, Besman Surbakti 2 ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Mekanika Rekayasa

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

P ndahuluan alat sambung

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

Sambungan diperlukan jika

SKRIPSI EVALUASI PENAMPANG WHITMORE PADA SAMBUNGAN BAUT DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN MENGGUNAKAN PROGRAM ADINA

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

Tension, Compression and Shear

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

ANALISIS DIMENSI PELAT DASAR (BASE PLATE) PADA KOLOM STRUKTUR BAJA YANG MAMPU TAHAN TERHADAP EFEK PRAY

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

UJI EKSPERIMENTAL KUAT CABUT PAKU PADA KAYU

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya.

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

BAB III BAHAN DAN METODE

DEFLEKSI BALOK MELINTANG DAN TEGANGAN BATANG DIAGONAL TEPI JEMBATAN BOOMERANG BRIDGE AKIBAT VARIASI POSISI PEMBEBANAN

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTAN

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

Transkripsi:

STUDI KEKUATAN SAMBUNGAN BATANG TARIK PELAT BAJA DENGAN ALAT SAMBUNG BAUT Abstract Mery Silviana Program Studi Teknik Sipil, Universitas Almuslim Email: Merysilviana85@gmail.com Steel as one of construction materials has several advantages compared to other construction materials. One of the advantages is it can withstand large tensile loads compared to wood and concrete. This research was conducted to find out the strength of the connection of two-faced steel plate tension member with bolts connection through experiment and compare it with theoretical calculations by using Allowable Stress Design (ASD) method. The focused structure is a two-faced connection tension member that is connected using bolts. Steel plated that used in this research are 8 mm and 10 mm thickness with bolt sizes Ø ¼ ", Ø 3/8" and Ø ½ ", each connection using three bolts as connector. The testing of the tension member connections in the laboratory is carried out by gradually loading the tensile load until the tensile member reaches the ultimate load. The results of experimental and theoretical research found that theoretical calculation of tensile strength smaller than tensile strength done experimentally. Keywords: Tension member, steel plate, bolt connection 1. Pendahuluan Baja adalah salah satu bahan kontruksi yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bahan konstruksi lain. Ditinjau dari kekuatannya baja mempunyai ketahanan yang cukup baik dalam menahan beban tarik bila dibandingkan dengan bahan konstruksi lain seperti kayu dan beton. Secara umum baja yang mengalami gaya tarik akan tertarik hingga hancur sampai batas beban tertentu. Kehancuran dapat terjadi pada pada pelat/profil atau pada alat sambung, tergantung dari mutu bahan dan dimensi yang digunakan. bertampang dua yang disambung menggunakan alat sambung yang memiliki mutu dan ukuran yang lebih kecil dari mutu dan dimensi fisis pelat, dapat diperkirakan akan terjadi kehancuran pada alat sambungnya. Mutu baja yang dipergunakan pada penelitian diperoleh melalui pengujian benda uji tarik standar baja pelat dan baut. Benda uji tarik standar pelat dibuat dengan memotong sebagian pelat baja yang akan dibuat benda uji batang tariknya, sedangkan benda uji kuat tarik standar baut yang dipakai adalah baut yang berasal dari produksi yang sama dengan baut yang akan digunakan untuk benda uji batang tarik. Bentuk dan ukuran benda uji standar sesuai dengan American Society for Testing of Material Standard (ASTM) Part 10, E -8 Tahun 1981. Pemeriksaan kuat tarik bahan baja dilakukan dengan memberikan beban tarik pada benda uji hingga putus. Pengujian kuat tarik sambungan batang tarik pelat baja dilakukan dengan memberikan beban tarik pada benda uji secara aksial sampai sambungan benda uji terlepas. Pada benda uji sambungan batang tarik pelat baja dipasang displacement transducer pada baut dan pelat untuk mengetahui geser baut dan regangan pelat pada saat beban ultimit. Hasil penelitian uji tarik sambungan pelat baja bertampang dua menunjukkan bahwa sambungan batang tarik menggunakan ketebalan pelat yang berbeda tetapi menggunakan ukuran alat sambung yang sama menghasilkan kekuatan tarik yang hampir sama. Hal ini timbul karena kekuatan tarik alat sambung dengan kekuatan tarik pelat tidak sebanding, oleh karena itu kegagalan sambungan terjadi akibat kehancuran alat sambung. Benda uji sambungan penelitian yang menggunakan tebal pelat 8 mm dengan baut Ø ¼ menghasilkan kekuatan tarik 3500 kg, pelat tebal 10 mm dengan diameter baut yang sama menghasilkan beban ultimit 3300 kg, pelat tebal 8 mm menggunakan baut Ø 3/8 beban tarik ultimit yang dihasilkan adalah 10400 kg, sedangkan pelat tebal 10 mm menghasilkan 10000 kg. Selanjutkan pelat tebal 8 mm disambung menggunakan baut Ø ½ menghasilkan kuat tarik 15800 kg, sedangkan batang tarik yang menggunakan pelat tebal 10 mm menghasilkan kekuatan tarik 15700 kg. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Kuat Standar Baja ASTM Part 10, E-8 (Anonim, 1981) menyatakan bahwa pengujian kuat tarik dapat memberikan informasi tentang kekuatan dan 26

kekenyalan material di bawah tegangan tarik aksial. Hasil pengujian dari kuat tarik dapat dilihat dalam kurva tegangan regangan. Menurut Schodek (1999), gaya tarik mempunyai kecendrungan untuk menarik eleman hingga putus. Tegangan tarik yang terjadi, terdistribusi merata pada penampang elemen sehingga dapat diidentifikasikan dalam persamaan = (1) σ = Tegangan yang timbul (kg/cm 2 ) P = Beban aksial (maksimum) yang bekerja (kg) A = Luas Penampang (cm 2 ) Selanjutnya regangan didefinisikan sebagai rasio (perbandingan) antara perubhan panjang satuan elemen terhadap panjang semula sesuai dengan persamaan = Δ (2) σ = Regangan yang timbul (kg/cm 2 ) ΔL = Perubahan bentuk/panjang (cm) L = Panjang mula-mula (cm) Hubungan umum antara tegangan dan regangan untuk material elastis dikenal dengan Hukum Hooke. Hukum Hooke ini menyatakan bahwa enda elastis, dimana perbandingan antara tegangan yang ada pada elemen terhadap regangan yang dihasillkan adalah konstan untuk suatu material. Besar konstanta ini merupakan salah satu sifat material yang disebut dengan modulus elastisitas (E), dengan persamaan sebagai berikut: E = (3) E = modulus elastisitas (kg/cm 2 ) σ = Tegangan (kg/cm 2 ) ɛ = Regangan (cm/cm) Nilai-nilai tersebut mencerminkan dari kekuatan bahan baja sebenarnya Bentuk dan ukuran kuat tarik standar pelat baja dan baut didasarkan pada ASTM Part 10, E-8 (Anonim, 1981). 2.2 Kekuatan Sambungan Batang Baja Perencanaan kekuatan sambungan batang tarik pelat baja dengan metode ASD merujuk pada PPBBI 1983. 2.2.1 Kuat tarik pelat pada penampang netto kritis Kekuatan batang tarik dipengaruhi oleh luas netto penampang sambungan Salmon dan Johnson (1997) menyatakan, bila batang tarik disambung dengan baut, lubang-lubang harus disediakan pada sambungan. Akibatnya luas penampang lintang batang di sambungan mengecil dan beban tarik yang diizinkan pada batang juga bias berkurang sesuai dengan ukuran dan letak lubang. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI). 1983, menyatakan bahwa, ukuran maksimum dari diameter lubang baut sama dengan diameter baut ditambah 1 mm atau 1/16. Untuk baut mutu tinggi, diameter baut ditambah 2 mm. Luas netto penampang sambungan dan perletakkan baut dapat memperngaruhi garis keruntuhan yang akan terjadi akibat beban tarik. Salmon dan Johnson (1997) menyatakan bila pada suatu batang terdapat lebih dari satu lubang dan lubang-lubang tersebut tidak terletak pada satu garis yang tegak lurus arah pembebanan (berseling), maka banyaknya garis keruntuhan yang potensial akan lebih dari satu. Garis keruntuhan yang menentukan adalah garis netto terkecil. 2.2.2 Kekutan geser alat sambung Sambungan antara elemen tarik sangat penting untuk menghindari keruntuhan, Spiegel dan Limbrunner (1991) menyatakan, sambungan berfungsi terutama untuk meneruskan beban dari suatu elemen ke elemen bertemu. Jenis paling umum dari sambungan baja struktural yang digunakan saat ini adalah sambungan yang menggunakan baut dan las. Kekuatan pikul beban sebuah baut yang mengalami geser sama dengan hasil kali antara luas penampang melintang baut, tegangan geser izin dan jumlah bidang geser. geser = n A baut (4) geser = kekuatan geser izin untuk satu baut (kg) A baut = luas penampang melintang satu baut (cm 2 ) = tegangan geser izin baut (kg/cm 2 ) n = jumlah bidang geser 2.2.3 Kekuatan tumpu pelat Salmon dan Johnson (1997) menyatakan, disamping kekuatan tarik pelat pada penampang netto kritis dan kekuatan geser alat sambung harus memadai, kekuatan tumpu pelat juga harus memadai untuk mencegah kehancuran. Untuk mencegah terkoyaknya ujung pelat akibat desakan baut, PPBBI (1983) mengatur jarak antara sumbu baut ke ujung pelat sesuai dengan tegangan tumpu yang diizinkan. 27

tu = 1,5 tu = 1,2 untuk s 1 2d untuk 1,5d s 1 < 2d S 1 = jarak dari sumbu baut ke ujung pelat (cm) d = diameter baut (cm) = tegangan dasar pelat (kg/cm 2 ) Pada bidang kontak antara baut dan pelat terjadi tegangan yang disebut kekuatan tumpu tumpu = d s tu = d s 1,5 tumpu = kekuatan tumpu pelat (kg) = diameter lubang pada pelat (m) = = terkecil antara pelat yang disambung dengan pelat penyambung (cm) tu = Tegangan tumpu izin (kg/cm 2 ) Dari besarnya kekuatan geser alat sambung, kekuatan tumpu pelat, dapat ditentukan besarnya beban yang dapat dipikul oleh batang tarik yaitu dengan mengalikan beban minimum antara kekuatan tumpu pelat dan kekuatan geser dengan jumlah baut yang digunakan sebagai alat sambung. G (panjang ukur awal) W (Lebar batang uji) = 60 mm = 12,5 mm T (Tebal profil) =Tebal masing-masing profil (mm) R (Jari-jari) = 13 mm L (Panjang benda uji) = 200 mm A (Panjang reduksi) = 50 mm B (Panjang bagian grip) = 50 mm C (Lebar bagian grip) = 20 mm Benda uji tarik standar baut juga dibuat berjumlah enam benda uji masing-masing 3 benda uji untuk baut Ø 3/8 dan Ø 1/2, baut dengan Ø ¼ tidak dibuat benda uji nya karena panjang baut yang tersedia di pasaran tidak memadai persyaratan pembuatan benda uji. Bentuk dan ukuran benda uji dapat dilihat pada gambar berikut P = n min P = Beban yang dapat ditahan batang tarik (kg) n = Jumlah baut min = Beban minimum antara kekuatan geser baut dan kekuatan tumpu pelat (kg) 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui pengujian kekuatan pelat baja bertampang dua yang disambung dengan alat sambung baut dengan menggunakan mesin pembebanan tarik ( Universal Testing Machine). Beban yang dapat ditahan batang tarik pelat baja secara eksperimen akan dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis sesuai dengan peraturan pembebanan. 3.1 Pembuatan Benda Uji Benda uji yang dibuat terdiri atas empat macam yaitu benda uji tarik standar pelat, benda uji tarik standar baut, benda uji sambungan pull out dan benda uji sambungan penelitian. Benda uji tarik standar pelat dibuat berjumlah enam benda uji yaitu tiga benda uji untuk pelat 8 mm dan tiga benda uji untuk pelat 10 mm. Bentuk dan ukuran benda uji sesuai dengan ASTM Part 10, E-8 (Anonim, 1981). G (panjang ukur awal) D (Diameter) R (Jari-jari) A (Panjang reduksi) = 96 mm = diameter masing-masing baut (mm) = 10 mm = 62,5 mm Pembuatan benda uji pull out yang dibuat berjumlah total 6 buah benda uji dimana pelat 8 dan 10 mm disambung dengan pelat berukuran yang sama kemudian dibaut dengan masing-masing ukuran baut Ø 3/8,Ø 1/2, dan Ø ¼ yang berjumlah satu baut (tiap sambungan berjumlah satu benda uji). Sedangkan untuk benda uji penelitian berjumlah total 9 benda uji dengan jumlah masing-masing untuk tiap sambungan berjumlah 3 benda uji dan menggunakan tiga buah baut. Pemasangan baut dibuat berseling, perletakkan baut sesuai dengan ketentuan PPBBI (Anonim, 1983) 28

3.2 Pengujian Benda Uji Pengujian benda uji sambungan batang tarik terdiri dari pengujian benda uji sambungan pull out dan pengujian benda uji penelitian. Prinsip kedua pengujian sama yaitu dengan memberikan beban tarik secara perlahan-lahan dengan menggunakan mesin pembebanan tarik hingga benda uji putus. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Kuat Benda Uji Sambungan Pull Out Beban ultimit dari pengujian benda uji sambungan pull out, sebagai berikut. No Sambungan Pull Out Beban Tebal Ø Jumlah Ultimit 1 8 ¼ 1 1300 2 8 3/8 1 3600 3 8 ½ 1 5500 4 10 ¼ 1 1000 5 10 3/8 1 3400 6 10 ½ 1 5400 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa beban tarik sambungan batang tarik tampang dua yang menggunakan pelat 8 mm tidak terlalu berbeda jauh dengan sambungan yang menggunakan pelat dengan tebal 10 mm meskipun menggunakan ukuran baut yang sama. Hal ini terjadi karena keruntuhan terdapat pada baut bukan pada pelat. Dari tabel di atas juga didapat bahwa sambungan yang menggunakan pelat 8 mm lebih kuat dalam menerima beban ultimit tarik daripada sambungan yang menggunakan pelat tebal 10 mm. Hal ini dikarenakan tidak proposionalnya ukuran baut dan ukuran pelat sehingga ukuran pelat yang lebih tebal lebih cepat membuat baut mengalami keruntuhan. 4.2 Pengujian Kuat Benda Uji Sambungan Penelitian Beban ultimit dari pengujian benda uji sambungan penelitian sebagai berikut.. No Sambungan Penelitian Beban Tebal Ø Jumlah Ultimit 1 8 ¼ 3 3500 2 8 3/8 3 10400 3 8 ½ 3 15800 4 10 ¼ 3 3300 5 10 3/8 3 10000 6 10 ½ 3 15700 Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kekuatan tarik benda uji sambungan penelitian yang menggunakan pelat tebal 8 mm juga lebih besar daripada sambungan yang menggunakan pelat 10 mm, dikarenakan pelat yang lebih tebal lebih cepat memutuskan baut. Hal ini terjadi karena ukuran baut dan pelat yang tidak sebanding sehingga keruntuhan sambungan terjadi pada baut. 4.3 Perbandingan Kekuatan tarik Benda Uji Sambungan Pull Out dan Sambungan Penelitian Kekuatan tarik yang dihasilkan dari penelitian batang tarik benda uji sambungan penelitian hampir tiga kali kekuatan tarik benda uji sambungan pull out. Hal ini disebabkan karena sambungan sangat bergantung pada kekuatan baut. Rasio hubungan kekuatan tarik benda uji sambungan pull out dengan kekuatan tarik benda uji penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. No Benda Uji Beban mm Ø Pull Out Beban Samb. Penelit ian Rasio 1 8 ¼ 1300 3500 2,692 2 8 3/8 3600 10400 2,889 3 8 ½ 5500 15800 2,873 4 10 ¼ 1000 3300 3,3 5 10 3/8 3400 10000 2,941 6 10 ½ 5400 15700 2,907 4.4 Perhitungan Kekuatan Benda Uji Sambungan Pull Out dan benda uji sambungan penelitian secara teoritis dengan metode ASD Kekuatan benda uji sambungan pull out dan benda uji sambungan penelitian dengan metode ASD dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No Benda Uji Beban Pull Out Beban Samb. Penelitian Mm Ø 1 8 ¼ 479,426 1438,278 2 8 3/8 1394,776 4184,328 3 8 ½ 2086,628 6259,884 4 10 ¼ 479,426 1438,278 5 10 3/8 1394,776 4184,328 29

6 10 ½ 2086,628 6259,884 Kekuatan sambungan adalah kekuatan tarik minimum bagian-bagian dalam sambungan. Dalam perhitungan secara teoritis, didapat bahwa kekuatan geser baut adalah kekuatan tarik minimum yang dihasilkan sambungan, sehingga kuat tarik ini yang menentukan kekuatan sambungan batang tarik. Pada perhitungan kekuatan sambungan batang tarik benda uji penelitian, hasilnya adalah tiga kali kekuatan benda uji sambungan pull out. Ini terjadi karena sambungan disambung dengan tiga buah baut sedangkan pull out dengan satu buah baut. lebih tebal dapat memutuskan baut lebih cepat dibandingkan pelat yang lebih tipis. Kemudian, berdasarkan hasil eksperimen dan perhitungan secara teoritis didapat bahwa kekuatan batang tarik secara teoritis lebih kecil daripada hasil secara eskperimen. Ini dikarenakan secara teoritis menggunakan metode ASD dimana dalam perhitungan digunakan tegangan izin, sedangkan secara eksperimen faktor beban yang sangat mempengaruhi kekuatan batang tarik. Jadi dapat disimpulkan bahwa perhitungan perencanaan batang tarik dengan metode ASD mengakibatkan tidak efisiennya pemakaian ukuran pelat dan baut 4.6 Perbandingan Kekuatan Sambungan Secara Eksperimen dan Teoritis Perhitungan kekuatan tarik sambungan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara eksperimental dan teoritis. Cara eksperimental dilakukan dengan pengujian tarik sambungan di laboratorium, sedangkan perhitungan teoritis berdasarkan metode ASD. Perbandingan kekuatan secara eksperimen dan teoritis dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Benda Uji mm Ø Beban Eksper imen Beban Teoritis Rasio 1 8 ¼ 3500 1438,278 2,433 2 8 3/8 10400 4184,328 2,485 3 8 ½ 15800 6259,884 2,524 4 10 ¼ 3300 1438,278 2,294 5 10 3/8 10000 4184,328 2,389 6 10 ½ 15700 6259,884 2,508 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa beban tarik yang dihitung secara teoritis lebih kecil dari beban tarik yang didapat secara eksperimen. Perbandingannya berkisar 2,5 kali. Hal ini dikarenakan perhitungan secara teoritis menggunakan metode ASD dimana tegangan yang digunakan adalah tegangan izin. Sedangkan secara eksperimen sambungan batang tarik runtuh berdasarkan faktor beban. 5. KESIMPULAN Secara eksperimen didapat bahwa sambungan yang menggunakan pelat tebal 8 mm sedikit lebih kuat dibandingkan dengan pelat 10 mm. Ini dikarenakan keruntuhan yang terjadi pada baut bukan pada pelat dan juga ukuran pelat dan baut yang digunakan tidak imbang sehingga pelat yang Daftar Pustaka [1] Anonim, 1980, American Institure of Steel Construction (AISC), Eight Edition, 400 North Michigan Avenue Chicago, Illinois [2] Anonim, 1981, Annual Book of ASTM Standard, Part 10, E-8, Standard Methods of Tension Testing og Metalic Materials, 1916 Race St., Philadelphia [3] Anonim, 1983, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung [4] Burhan, H., 1976, Konstruksi Baja I, Institut Teknologi Bandung, Bandung [5] Buustraan, 1980, Daftar-Daftar untuk Konstruksi Baja. Cetakan kedelapan, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta [6] Gere dan Timoschenko, 1996, Mekanika Bahan Jilid I, Edisi kedua versi SI, Terjemahan Hans. J. Wospakrik, Penerbit Erlangga, Jakarta [7] Gunawan, R., 2000 Tabel Profil Kontruksi Baja. Edisi Revisi, Cet. 14, Penerbit Kanisius, Yogyakarta [8] Gunawan T dan Margaret S, 2002, Teori Soal dan Penyelesaian Konstruksi Baja I, Seri B Jilid I, Cetakan kedua, Penerbit Delta Teknik Group, Jakarta [9] Marcus, S.H., 1981, Basic of Structural Steel Design, Reston Publishing Company, Virginia 30

[10] Salmon, C.G., dan John E. Johnson, 1997, Struktur Baja Jilid I, Desain dan Perilaku, Terjemahan Mc. Prihminto Widodo, Edisi kedua, Cet. IV Penerbit Erlangga, Jakarta [11] Schodek, D.L., 1999 Struktur, Terjemahan Bambang Suryoatmono, Edisi kedua, Cet. I, Penerbit Erlangga Jakarta [12] Spiegel L., dan George F. Limbrunner, 1991, Desain Baja Struktural Terapan, Terjemahan Bambang Suryoatmono, Penerbit PT. Eresco, Bandung. 31