BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 BAKI, SUKOHARJO) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran kelas.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

STANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN. Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mampu dalam mengikuti perkembangan dan perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum KTSP. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) saat ini menganut pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Suasana atau iklim belajar mengajar harus diciptakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini. Itulah alasan pendidikan nasional memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, pembaruan pendidikan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kemajuan suatu bangsa dapat dicapai, salah satunya melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hidayat (2013:16), bahwa pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan relevansi pendidikan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis kompetensi SDA Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dapat dilaksanakan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah atau madrasah dan pembaruan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah serta berkesinambungan. Semua mata pelajaran mempunyai peranan dalam pendidikan nasional, yaitu untuk memajukan bangsa Indonesia, tidak terkecuali mata pelajaran bahasa Jawa. Dalam mata pelajaran bahasa Jawa, banyak terkandung unsur-unsur budaya Jawa yang tidak boleh dihilangkan dan harus dilestarikan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Karkono dalam Sutardjo (2010: 14 15), kebudayaan Jawa merupakan pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, citacita, ide, maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan lahir, dan batin. 1

2 Pada zaman sekarang ini, siswa tidak terlalu tertarik dengan mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Dalam hal ini, guru bahasa Jawa sebenarnya mempunyai tanggung jawab dan berperan dalam pelestarian bahasa dan kebudayaan Jawa. Siswa menganggap mata pelajaran bahasa Jawa adalah pelajaran yang membosankan. Maka dari itu, tidak heran jika banyak siswa yang menganggap remeh bahasa Jawa. Selama ini guru bahasa Jawa dalam menyampaikan materi menggunakan metode ceramah. Hal ini ditemukan peneliti ketika melakukan observasi. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sedangkan guru tidak menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Penggunaan metode ceramah memang membuat suasana kelas yang tenang karena hanya terpusat pada guru. Kegiatan pembelajaran yang terpusat pada guru akan membuat siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan dalam kegiatan pembelajaran seperti ini sering ditemui siswa yang ramai, tidak memperhatikan guru, dan ada juga yang sibuk mencoret-coret buku. Siswa yang tidak memperhatikan lebih banyak dari siswa yang memperhatikan. Jika hal ini berlangsung terus menerus siswa tidak dapat memahami materi dengan baik, sehingga hasil belajar mereka kurang memuaskan. Ketika masuk pada materi unggah-ungguh, guru hanya menggunakan metode ceramah. Siswa disuruh mencatat dan ditugaskan untuk melengkapi atau membenarkan dialog. Inilah yang membuat siswa malas mengikuti pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif. Jika siswa pasif tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, hasil belajar mereka juga kurang. Pembelajaran yang monoton mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan. Bahasa Jawa di SMP kelas VII kriteria ketuntasan minimum (KKM) adalah 75. Pada materi unggah-ungguh basa nilai siswa di bawah KKM lebih dari 70%. Ada 29 anak mendapat nilai di bawah KKM, artinya hanya 3 siswa yang nilainya di atas KKM. Hal tersebut sama seperti apa yang diperoleh dari observasi peneliti di kelas VII E SMP N 1 Kebakkramat. Ketika masuk materi unggah-ungguh siswa tidak terlalu

3 aktif. Selain itu, siswa juga masih bingung dengan materi unggah-ungguh. Hal inilah yang membuat siswa kelas VII E kurang begitu mampu menggunakan unggah-ungguh yang benar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Padahal telah kita ketahui betapa pentingnya unggah-ungguh basa dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mencerminkan budaya suatu masyarakat. Sebagaimana yang telah dikatakan Asim Gunawan dalam Marmanto (2012: 5), bahwa sikap bahasa yang berubah berpengaruh pada menurunnya kualitas berbahasa serta kuantitas penggunaan bahasa Jawa. Menurunnya kualitas berbahasa tersebut dapat dilihat dengan adanya penerapan unggah-ungguh basa yang kurang tertib dan juga adanya pengaruh bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Tingkat tutur bahasa Jawa menunjukkan tingkat kesopanan, keformalan, dan keakraban yang berbeda. Seseorang yang memilih salah satu tingkat tutur dalam berkomunikasi dengan orang lain harus memperhatikan tingkat kesopanan, keformalan, dan keakraban juga harus dinyatakan dengan sikap tubuh. Apabila generasi muda tidak lagi mengetahui tindak tutur atau unggah-ungguh basa, bagaimana mereka bisa menggunakannya dengan baik. Masyarakat khususnya generasi muda banyak yang menilai bahwa tatanan kehidupan dalam budaya Jawa dinilai sudah kuna tidak modern. Nilai-nilai luhur dalam budaya Jawa banyak yang sudah tidak dipahami atau tidak dimiliki lagi oleh para generasi muda, contohnya saja pada penggunaan unggah-ungguh basa oleh generasi muda. Generasi muda saat ini lebih senang menggunakan bahasa Indonesia, bahkan tidak sedikit yang lebih nyaman menggunakan bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Jawa yang sesuai dengan unggah-ungguh basa. Hal ini salah satu pengaruh dari adanya perkembangan jaman atau sering disebut globalisasi. Budaya Jawa pada masa sekarang juga sudah banyak mengalami pergeseran akibat arus globalisasi tersebut.

4 Sebagaimana telah dikatakan oleh Umar Kayam dalam Sutardjo (2010: 63), kesenian merupakan salah satu penyangga kebudayaan, dan berkembang menurut kondisi dari kebudayaan itu. Budaya suatu bangsa mencerminkan peradaban kehidupan masyarakatnya. Budaya Jawa sebagai salah satu kekayaan budaya daerah di Indonesia mencerminkan peradaban kehidupan masyarakat Jawa. Budaya Jawa memiliki berbagai karya yang mencerminkan pemikiran, perilaku, aturan, dan tuntunan dalam menjalani kehidupan baik secara individu maupun sosial. Tatanan kehidupan dalam budaya Jawa tersebut mengandung nilai-nilai luhur, sehingga budaya Jawa merupakan budaya yang adi luhung. Budaya Jawa harus dilestarikan, agar budaya Jawa tidak lapuk oleh perkembangan jaman. Dalam dunia pendidikan guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya tersebut, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dua arah, karena siswa hanya pasif. Seorang guru hendaknya dapat membangkitkan semangat belajar siswa, misal dengan mengatur strategi dalam mengajar. Membuat kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa adalah salah satu hal yang dapat mendorong siswa untuk mempelajari bahasa Jawa terutama materi unggah-ungguh basa. Pengembangan kurikulum merupakan salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian dalam pembelajaran, karena kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP berpedoman pada standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan dari BSNP. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anitah. Anitah (2009: 32), menyebutkan landasan KTSP di antaranya: 1. Undang-undang Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 tahun 2003

5 2. Peraturan Pemerintah R.I. No 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan 3. Standar isi, dan 4. Standar kompetensi lulusan Muatan lokal dalam KTSP merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah. Keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran juga termasuk. Bahasa jawa termasuk muatan lokal. KTSP memiliki tujuan pendidikan yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengembangan kepribadian, dan akhlak mulia. Dengan adanya kurikulum tersebut, guru dituntut untuk menyajikan pelajaran dengan tepat, jelas, menarik, dan efisien. Keberhasilan suatu pembelajaran selalu berkaitan dengan pemilihan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, untuk itu guru harus tepat dalam memilih metode pembelajaran. Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, setiap metode pembelajaran yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Guru harus pintar-pintar memilih metode yang sesuai dengan materi ajar. Para guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan metode yang bervariasi. Hal ini dilakukan agar siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar bahasa Jawa. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran, salah satunya adalah menerapkan metode sosiodrama pada pengajaran unggah-ungguh basa. Menurut Anitah (2009: 112), sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada peserta didik tentang masalah-masalah hubungan sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Metode ini merupakan sarana bagi siswa untuk dapat bersuara dengan pelafalan atau pengucapan kata-kata yang jelas dan intonasi yang tepat sesuai dengan kalimat yang dibaca. Dengan metode ini siswa bermain peran sesuai dengan percakapan yang telah dibuat. Percakapan

6 tersebut dibuat sesuai dengan tema dan unggah-ungguh basa yang benar. Siswa dibentuk menjadi enam kelompok. Setelah terbentuk kelompok, siswa berdiskusi mengenai tema yang telah dibagi. Kemudian tokoh dibagi, baru setelahnya masing-masing tokoh membentuk dialog sesuai dengan tema. Setelah dialog terbentuk, anggota kelompok mendiskusikan dialog yang telah dibuat oleh masing-masing anggota, dan berlatih memainkan peran tersebut sebaik mungkin. Pada kesempatan memerankan adegan itulah anak-anak memiliki kesempatan untuk berlatih berbicara. Mereka juga dapat memperlihatkan dan mempelajari keterampilan berakting dari teman-temannya. Dalam kegiatan tersebut memiliki kekuatan sebagai suatu teknik pembelajaran bahasa karena melibatkan siswa dalam kegiatan berpikir logis dan kreatif, memberikan pengalaman belajar secara aktif, dan memadukan empat keterampilan berbahasa khususnya jika siswa diminta mengarang sendiri naskah drama yang akan diperankan. Sebagaimana yang dikatakan Slamet (2012: 92), bahwa salah satu bentuk peningkatan berbicara adalah percakapan. Dalam pembelajaran percakapan ini sebenarnya dapat menggunakan teknik percakapan terbimbing dan bebas. Percakapan terbimbing di sini bukan berarti siswa diarahkan untuk menghafal teks, melainkan dibimbing dengan sebuah kerangka petunjuk dan kerangka pola bahasa. Melalui teknik ini siswa dapat menciptakan bahasanya sendiri. Dalam kegiatan dramatisasi anak akan merasa nyaman dalam keleluasaan gerak sesuai dengan skenario drama tersebut sehingga semua anak tanpa terkecuali berani tampil di muka umum. Anak-anak melalui kegiatan drama juga dapat menghasilkan reaksi-reaksi ekspresi spontan. Dengan demikian, penggunaan metode sosiodrama diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan unggah-ungguh basa yang benar. Penggunaan metode ini siswa mendapatkan pengalaman secara langsung menggunakan unggah-ungguh basa yang benar. Jika siswa telah mengetahui tentang unggah-ungguh basa, maka diharapkan

7 siswa dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, dapat mengembangkan kemampuan dalam berbicara di depan umum maupun kemampuan siswa dalam apresiasi sastra. Berdasarkan semua yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menyusun rumusan judul yaitu Peningkatan Keterampilan Berbicara Sesuai Unggah-Ungguh Basa Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kebakkramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah metode pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan proses kegiatan pembelajaran berbicara sesuai unggah-ungguh basa pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat? 2. Apakah metode pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil kegiatan pembelajaran berbicara sesuai unggah-ungguh basa pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan dari penelitian sebagai berikut: 1. Meningkatkan proses kegiatan pembelajaran berbicara sesuai unggahungguh basa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat melalui metode sosiodrama. 2. Meningkatkan hasil kegiatan pembelajaran berbicara sesuai unggahungguh basa siswa kelas VII SMP Negeri 1 Kebakkramat melalui metode sosiodrama.

8 D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan memberi dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan praktis: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pembelajaran bahasa Jawa, utamanya pada pembelajaran berbicara unggah-ungguh basa. Pada pembelajaran ini dapat menggunakan metode sosiodrama. Dengan metode sosiodrama ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara sesuai unggah-ungguh basa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, yang menjadi subjek penelitian diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar dan hasil pembelajaran KD berbicara unggah-ungguh basa. b. Bagi guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Jawa, bahwa metode pembelajaran sosiodrama dapat digunakan dalam proses pembelajaran unggah-ungguh basa. c. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam penerapan pembelajaran bahasa Jawa menggunakan metode pembelajaran sosiodrama.