BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi


BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa awal adalah bekerja dan berkarier. Hal ini berarti bahwa semua

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia. (Maryam, 2008). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit yang serius dalam penangananya. Prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (depkes.go.id). Hal tersebut didukung dengan riset yang telah dilakukan oleh Tim peneliti dari Kelompok Penasehat Ahli Strategis WHO, Strategic Advisory Group of Experts atau SAGE menemukan prevalensi tekanan darah tinggi pada hampir 72 persen orang 1

2 dewasa yang mereka survei di Federasi Rusia. Prevalensi hipertensi yang lebih rendah, tetapi masih tetap tinggi, terdapat di beberapa negara lain, yaitu 58 persen di Meksiko, 57 persen di Ghana, 53 persen di China dan 32 persen di India. (health.kompas.com). Di Indonesia, prevalensi hipertensi cukup tinggi. Menurut National Basic Health Survey 2013, prevalensi hipertensi pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 persen, pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 14,7 persen, 35-44 tahun 24,8 persen, 45-54 tahun 35,6 persen, 55-64 tahun 45,9 persen, 65-74 tahun 57,6 persen, dan lebih dari 75 tahun adalah 63,8 persen. (health.detik.com). Hasil riset yang telah dilakukan tersebut merupakan salah satu bentuk banyaknya presentase hipertensi yang di alami dari berbagai macam daerah. Salah satu daerah yang cukup banyak populasi hipertensinya adalah rumah sakit umum daerah (RSUD) Salatiga. Penyakit hipertensi termasuk dalam database jajaran 10 besar penyakit rawat jalan yang sering ditemukan di RSUD Salatiga. Jumlah pasien yang mengidap penyakit hipertensi di tahun 2015 saja sudah mencapai angka 14.444 jiwa.angka tersebut menempati peringkat 3 dalam jajaran 10 penyakit rawat jalan pada tahun 2015 di RSUD Salatiga.Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai tingginya angka pasien pengidap penyakit hipertensi di RSUD Salatiga. Berbagai macam faktor dapat memicu terjadinya hipertensi. Dikutip dari jurnal ilmiah kesehatan yang di lakukan oleh Anggara F.H.D & Prayitno (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi diantaranya; umur, jenis kelamin dan suku, faktor genetik serta faktor lingkungan

3 yang meliputi: obesitas, stres, konsumsi garam dan alkohol serta merokok (Kaplan,1985). Teori tersebut didukung oleh pernyataan Susalit, dkk (Anggara, F.H.D & Prayitno, 2013) yang menjelaskan bahwa hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor utama yang berperan dalam patofisiologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu ; asupan garam, stres dan obesitas. Sementara teori dari Situmorang P.R (2015) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi yaitu: faktor keturunan, faktor obesitas, faktor stres, faktor pola makan dan faktor merokok. Prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun 2007 adalah 33,9% dan prevalensi hipertensi yang mengalami stres pada penduduk di Indonesia tahun 2007 sebesar 12,1% (Riskesdas, 2007). Stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap yang berarti semakin tinggi stres seseorang akan semakin tinggi tekanan darahnya (Syavardie, 2015). Kondisi psikis seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah, misalnya kondisi psikis seseorang yang mengalami stres atau tekanan. Respon tubuh terhadap stres disebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan ketegangan otot. Selain itu stres juga mengakibatkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan. Stres akan membuat tubuh lebih banyak menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung bekerja lebih kuat dan cepat (Lawson.R, 2007). Dari beberapa teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu penyebab penting terjadinya hipertensi adalah

4 tingkat stres yang dialami seseorang. Apabila seseorang mengalami stres yang berkepanjangan atau terus menerus akan membuat resiko terkena hipertensi karena tekanan darah meningkat. Penyebab stres dikarenakan ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino, 1998). Masalah yang dialami secara terus menerus akan mengakibatkan suatu tekanan bagi seorang individu. Tekanan yang dialami lantas menjadikan suatu ketidakseimbangan antara tujuan dengan tuntutan pribadinya. Ketidakseimbangan tersebut dinilai sebagai sebuah kondisi yang mengancam dan membahayakan keberadaannya. Sejalan dengan teori dari Sarafino, Gillbert, dkk (2002) juga berpendapat bahwa ketidakseimbangan tuntutan situasi dengan persepsi terhadap kemampuan seseorang dan tujuan yang akan dicapai dapat menentukan pengalaman stres seseorang. Seyle ( Taylor, 2006) mendefenisikan stres sebagai kondisi tertekan secara psikis yang disebabkan oleh pengalaman fisik maupun psikis yang tidak menyenangkan. Stres juga merupakan perubahan fisik pada organ dan hormon tubuh, stres tidak hanya merusak tubuh tapi juga berpengaruh terhadap perilaku. Seyle (Taylor, 2006) juga mengembangkan konsep yang dikenal dengan Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang menjelaskan bila seseorang pertama kali mengalami kondisi yang mengancamnya, maka mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) pada tubuh diaktifkan sehingga kelenjar-kelenjar tubuh memproduksi sejumlah hormon serta mengkoordinasi perubahan-perubahan pada

5 sistem saraf pusat. Jika tuntutan-tuntutan tersebut berlangsung terus menerus, mekanisme pertahanan diri akan melemah sehingga akan sangat rentan munculnya suatu penyakit. Penyakit tersebut muncul dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan keluhan psikosomatik lainnya. Seyle (Boenish & Haney, 2004) melakukan penelitian tentang stres untuk membedakan antara stres yang merusak dengan stres yang menguntungkan. Stres yang merusak dapat menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya, frustasi, kecewa, kerusakan fisik maupun psikologis lainnya. Stres yang merusak disebut distres. Sementara stres yang menguntungkan ini memberikan keberhasilan, keseimbangan, kebermaknaan dan kebahagiaan. Stres ini dinamakan eustres. Menurut Whitney (2005) menjelaskan bahwa stres dapat menyebabkan seseorang memainkan perasaan pada orang lain, memaki istri, menyalahkan anakanak atau menolak untuk memberitahu siapa pun alasan ketika sedang marah. Ketika seseorang sedang mengalami stres situasi yang dihadapi menjadi rumit. Perilaku yang muncul pun tampak tidak seperti semestinya. Hal itu berdampak pada pola pemikiran negatif yang mengganggu kehidupannya baik itu lingkunagan sekitar maupun orang terdekat terutama keluarganya Peristiwa stres yang paling umum termasuk perceraian dari pasangan atau orang tua, pemisahan dari orang yang dicintai, relokasi, perubahan tugas pekerjaan, pemeriksaan akademik dan tenggat waktu, kerugian keuangan, masalah dengan hukum, penyakit serius, atau kematian orang lain (James whitney, 2005).

6 Peneliti melakukan wawancara dengan dua orang penderita hipertensi yang berusia 38 tahun (NP) dan 54 tahun (MU). Dari hasil wawancara yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa penderita hipertensi dengan usia 38 tahun mengalami gejala gejala fisik seperti mual, pusing atau sakit kepala, dan nyeri badan hampir setiap kali ia rasakan ketika sedang mengalami suatu tekanan yang berat dan terlalu berlarutlarut. Tekanan seperti deadline tugas dan pengeluaran tiap bulan yang membuat dia selalu memikirkan suatu hal yang negatif akan hasil yang diperoleh sehingga dia kerap mengalami gelaja psikosomatis ketika mendapatkan tekanan tersebut. Sementara penderita hipertensi yang berusia 54 tahun (MU) kurang lebih sama dengan yang dirasakan (NP) yaitu sering mengalami pusing dan nyeri badan di beberapa titik ketika mengalami terkanan yang berlarut-larut. Bedanya, (MU) sering marah-marah ketika sedang bekerja. Hal tersebut bisa terjadi karena (MU) merasa memikirkan suatu hal yang buruk terhadap tugas atau masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya selama melakukan suatu aktivitas di lingkungan pekerjaannya. MU berpendapat bahwa tiap kali dia mengalami banyak tekanan yang didapatkanya baik itu di kantor maupun di rumah, dia jadi sering berfikir negatif pula. Hal tersebut yang mengakibatkan tekanan darah dari MU meningkat. Idealnya individu dapat memusatkan perhatian pada aspek yang positif dari suatu keadaan atau situasi yang sedang dihadapi akan membantu individu untuk menghadapi situasi yang mengancam, menimbulkan stres atau kecemasan sehingga dia mampu mereaksi peristiwa yang terjadi secara positif Crider (1983). Jadi ketika individu dapat memusatkan perhatian pada berbagai hal yang positif maka akan

7 memberikan efek yang positif juga pada hasil yang akan dicapai. Salah satu caranya dengan berpikir positif. Berpikir positif akan melihat setiap kesulitan dengan cara yang mudah dan polos serta tidak mudah terpengaruh, sehingga tidak mudah putus asa oleh berbagai tantangan ataupun hambatan yang dihadapi. Individu yang berpikir positif selalu didasarkan pada fakta bahwa setiap masalah pasti ada pemecahan yang tepat atau efektif melalui proses intelektual yang sehat (peale, 1996). Berpikir positif dapat dideskripsikan sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi. Pelatihan berpikir positif dapat diidentifikasikan sebagai pelatihan yang menekankan suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi (Elfiky, 2008). Berdasarkan gambaran diatas dapat diasumsikan apabila penderita hipertensi dapat mengurangi tingkat stres jika memiliki kemampuan berpikir positif. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengangkat pertanyaan apakah ada hubungan antara berpikir positif dengan stres pada penderita hipertensi. B. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik hubungan antara berpikir positif dengan stres pada penderita hipertensi di RSUD Salatiga.

8 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan sumbangan penelitian ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Klinis.Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khasanah bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian dengan topik mengenai berpikir positif dan stres. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana dan masukan guna menjawab permasalahan yang dialami penderita hipertensi, jadi dengan berpikir positif diharapkan dapat mengurangi tingkat stres yang dialami sehingga penyakit yang dideritanya dapat segera disembuhkan. D. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan yang diakukan oleh peneliti, belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungaan antara berpikir positif dengan stres pada penderita hipertensi di RSUD kota Salatiga. Namun ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas kedua variabel penelitian tersebut baik itu secara bersamaan maupun terpisah meskipun beda subjek penelitiannya. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai penelitian-penelitian yang pernah meneliti tentang berpikir positif dan stres guna mengetahui keaslian atau orisinalitas dari penelitian yang akan dilakukan ini. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu : Penelitian

9 yang telah dilakukan oleh Aji Nur Fahmi (2012) tentang Hubungan antara Berpikir Positif dengan Stres pada Guru SLB. Penelitian tersebut meneliti tentang bagaimana peran dari berpikir positif untuk menurunkan tingkat stres khususnya pada guru SLB. Responden dari penelitian ini berjumlah 80 orang yang bekerja sebagai guru SLB di Yogyakarta. Penelitian Fernaldi Anggada (2012) yang berjudul Hubungan antara Berpikir Positif dengan Stres di Tempat Kerja pada Karyawan. Penelitian ini membahas mengenai faktor berpikir positif yang dapat menurunkan stres kerja pada karyawan. Selanjutnya Penelitian dari Enik dan Asmadi (2012) dengan judul Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres yang menjadikan mahasiswa sebagai subjek penelitian. Penelitian ini mengungkap tentang efektivitas berpikir positif untuk menurunkan stres pada individu terutama mahasiswa. Peneliti menyimpulkan bahwa berpikir positif penting dalam mengatasi permasalahan respondennya, dan elemen-elemen ini harus secara aktif dipertimbangkan dalam penelitian yang melibatkan orang-orang yang memiliki pengalaman masalah kesehatan di masa depan. Dari uraian yang disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai hubungan antara berpikir positif dengan stres dapat dikategorikan sebagai penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya. Adapun keaslian penelitian ini dapat dilihat dari empat hal, yakni :

10 1. Keaslian Topik Penelitian mengenai hubungan berpikir positif dengan stres telah diteliti sebelumnya oleh Aji Nur Fahmi (2012) dengan judul Hubungan Berpikir Positif dengan Stres Pada Guru SLB. Fernaldi Anggadha (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan antara berpikir positif (verbalisasi positif) dengan stres di tempat kerja pada karyawan. Selanjutnya, Enik dkk (2012) melakukan penelitian dengan judul berpikir positif untuk menurunkan stres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efektifitas berpikir positif untuk menurunkan tingkat stres pada penderita hipertensi di RSUD kota Salatiga. 2. Keaslian Teori Penelitian ini menggunakan teori yang sama dengan Aji Nur Fahmi (2012) dengan menggunakan teori berpikir positif dari Albercht (1980) dan teori stres dari Sarafino (1994). Sementara Fernaldi Anggadha menggunakan teori berpikir positif Albercht (1980) dan teori stres dari Crider (1983). Enik, dkk (2012) menggunakan teori dari Peale (1996) dan teori stres dari Sarafino (1998). 3. Keaslian Alat Ukur Penelitian ini menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Aji Nur Fahmi (2012) dengan mengadaptasi dari teori berpikir positif dari Albercht (1980) dan teori stres dari Sarafino (1994) sebagai acuan untuk membuat skala penelitian. Sedangkan Fernaldi Anggalda (2012) menggunakan alat ukur dari Crider (1983) dan Albercht (1980). Sementara enik dkk (2012) menggunakan alat ukur dari Sarafino (1998) dan Caprara dan Stecca (2006).

11 4. Keaslian Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Aji Nur Fahmi menggunakan subjek guru SLB. Fernaldi Anggadha menggunakan subjek karyawan. Sedangkan Enik, dkk menggunakan subjek Mahasiswa. Peneliti memilih penderita hipertensi di RSUD Salatiga.