BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA

BAB V SHELL EXPANSION

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 1 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ICHFAN FAUZI L0G

TUGAS AKHIR KM ROCKWELL CONTAINER 6700 BRT BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM) seperti halnya pada perlengkapan kapal lainnya.

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM)

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN VI - 1 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG BAYU AFENDI L0G

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect.

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA. BAHAN PIPA Bahan pipa yang digunakan di kapal adalah : Seamless Drawing Steel Pipe ( pipa baja tanpa sambungan )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA ( PIPING SYSTEM )

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

SISTIM PIPA KAPAL BERDAYA MESIN 2655 HP

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

MOHAMMAD IMRON C INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERI KANAN. Oleh : KARVA IlMIAH

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN KAPAL TANKER MT LINUS 4910 BRT BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM)

BAB III RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT) 1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara : a. Menentukan jumlah ABK dengan rumus menurut H. B.

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford :

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

A. JUMLAH DAN SUSUNAN ANAK BUAH KAPAL A.1. Jumlah ABK dapat dihitung dengan 2 cara a. Dengan Rumus HB Ford :

FORM DATA KOMPONEN KAPAL

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB III PERHITUNGAN RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT)

BAB III PERHITUNGAN RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT)

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN KAPAL PERIKANAN

dimana H = 9,8 m ; T = 7,11 m

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

BAB III PERHITUNGAN RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT)

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN KM. NUSANTARA ( PIPING SYSTEM )

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

KAJIAN DIMENSI DAN MODEL SAMBUNGAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU PRODUKSI GALANGAN RAKYAT DI KABUPATEN BULUKUMBA

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL

Budi Utomo Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Abstract

BAB VI PERHITUNGAN SISTEM PIPA (PIPING SYSTEM)

PERHITUNGAN BEBAN RANCANGAN (DESIGN LOAD) KONSTRUKSI KAPAL BARANG UMUM DWT BERBAHAN BAJA MENURUT REGULASI KELAS

1. Steering Gear (Mesin Kemudi)

PENGARUH UKURAN UTAMA KAPAL TERHADAP DISPLACEMENT KAPAL. Budi Utomo *)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan

SPESIFIKASI TEKNIS KAPAL IKAN 1 GT FRP

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Analisa Kekuatan Konstruksi Corrugated Watertight Bulkhead Dengan Transverse Plane Watertight Bulkhead Pada Pemasangan Pipa di Ruang Muat Kapal Tanker

BAB III PERHITUNGAN RENCANA UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

Spesifikasi Teknis Kapal Ikan <5 GT (Mina Maritim 3 VL - Linggi Depan) (TIPE 2)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

Perancangan Aplikasi Perhitungan dan Optimisasi Konstruksi Profil pada Midship Kapal Berdasar Rule Biro Klasifikasi Indonesia

KISI KISI PROFESIONAL UKG PAKET KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR RANCANG BANGUN KAPAL. Indikator Esensial/ KOMPETENSI INTI GURU PELAJARAN/ KEAHLIAN

Permesinan Geladak (Deck Machineries)

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut :

TEKNIK KONSTRUKSI KAPAL BAJA JILID 2

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

Bangunan dan Stabilitas Kapal Niaga 1

Oleh : Febriani Rohmadhana. Pembimbing : Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. Selasa, 16 Februari

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

TUGAS AKHIR PERENCANAAN KAPAL TANKER MT LINUS 4910 BRT BAB III PERHITUNGA RENCANA UMUM (GENERAL ARRANGEMENT)

KONSTRUKSI KAPAL SOFYAN HANANDIS D ( MIDSHIP SECTION ) OLEH :

BAB IX WRANG (FLOOR) Capt. Habiyudin M Mar./Document/BP3IP

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Umum Dalam merencanakan atau mendesain kapal bangunan baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sebuah kapal, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah sebagai berikut : A.1. Jenis Kapal Jenis kapal yang dimaksudkan adalah fungsi kapal tersebut dalam pengoperasiannya. Termasuk tipe kapal barang (general cargo), kapal penumpang (passenger ship), kapal tangki (tanker), ataupun kapal ikan (fishing vessel). Jenis kapal dalam Tugas Akhir ini adalah Kapal Ikan (Fishing Vessel). A.2. Kecepatan Kapal Dalam hal ini yang menentukan kecepatan kapal adalah tergatung dari permintaan pemesan / owner (dalam hal ini kecepatan dinas yang dikehendaki adalah 10,70 Knots). A.3. Masalah Lain Daya mesin, berat kapal dan radius pelayaran (sea miles). Dari masalah tersebut, maka perlu diperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku sehingga tercipta kapal yang ekonomis dalam eksploitasinya, terjamin keamanannya dan secara langsung dapat memberikan kepuasan tersendiri kepada pemilik dan perencananya. Data-data kapal yang telah disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang, segera dibawa ke perusahaan yang telah ditunjuk untuk direncanakan sehingga tercipta sebuah kapal baru yang sesuai dengan permintaan owner. Tentu saja perencanaannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal 1

ini penulis menggunakan klas dari Indonesia yaitu Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). B. Karakteristik Kapal Ikan Kapal Ikan atau fishing vessel adalah suatu jenis kapal laut yang berfungsi untuk menangkap ikan di laut, sehingga syarat syarat pada kapal laut berlaku pula untuk kapal ikan. Ada beberapa jenis kapal ikan antara lain tuna long line, purseine, dan trawl. Kapal ikan ini merupakan kapal yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis kapal-kapal yang lain. Khususnya untuk kapal ikan ini dirancang untuk bisa menangkap ikan selama beberapa hari diperairan, untuk itu diperlukan persediaan bekal dan penataan ruang akomodasi yang memadai untuk dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan. C. Tahap Perencanaan Tahap-tahap untuk merencanakan kapal Ikan (Fishing Vessel), dapat melalui langkah-langkah dibawah ini : Adapun perencanaan yang kami buat meliputi : a. Lines Plan (Rencana Garis) b. General Arrangemant (Rencana Umum) c. Profil Construction (Rencana Konstruksi) d. Midship Sections (Potongan Melintang Kapal) & Shell Expansion (Bukaan Kulit) e. Piping System (Sistem Pipa) C.1. Perhitungan Rencana Garis Perhitungan Rencana Garis adalah perhitungan yang mengarah pada bentuk kapal yang sebenarnya. Fungsi dari rencana garis (Lines Plan) adalah membentuk badan kapal (bentuk gading) sampai dengan lengkung sheer dan chamber. a. Tahap perhitungan dasar 2

Hal ini meliputi : perhitungan panjang garis air, menentukan koefisienkoefisien bentuk kapal, luas garis air dan luas midship serta volume displacement. b. Menentukan letak LCB terhadap Midship Letak LCB dapat ditentukan menurut diagram NSP : yaitu dengan menghitung koefisien dari perhitungan diatas, kemudian hasil yang diperoleh dicari pada diagram NSP, maka akan didapatkan letak LCB terhadap panjang displacement. c. Menentukan letak LCB menurut perhitungan tabel Van Lamerent Perhitungan dimulai dengan mencari harga koefisien prismatik bagian depan (Qf) dan belakang (Qa) dari kapal tersebut. Dari harga-harga tersebut kemudian kita baca luas station yang merupakan harga prosentase terhadap luas midship, maka selanjutnya didapatlah harga luas masing-masing station. Langkah selanjutnya menghitung volume displacement, menentukan letak LCB. Adapun koreksi perhitungan: 1) Letak LCB adalah 0,1 % 2) Volume displacement adalah 0,5 % d. Perhitungan luas bidang garis air Dengan diketahuinya panjang garis air, lebar kapal serta koefisien prismatik bagian depan kapal, maka dapat dilukiskan bentuk daripada lengkung garis air, dimana ditentukan lebih dulu sudut masuk garis air dihaluan kapal berdasarkan koefisien prismatik depan dari diagram sudut masuk NSP. Kemudian dilakukan percobaan pembuatan lengkung garis air dan dihitung luasnya. Dari luas tersebut dicek kembali dengan luas yang diberikan secara perhitungan khusus pada bagian muka. Apabila hasilnya kurang dari 0,5%, maka hasil percobaan dianggap cukup baik. Merencanakan bentuk garis air Pada awalnya direncanakan suudut masuk garis air dengan bantuan tabel sudut masuk garis air dengan berpedoman pada koefisien 3

prismatik bagian depan (Qf). Setelah itu dibuat lengkungnya serta dihitung luas bidang garis air serta dikoreksi. e. Merencanakan jari-jari bilga Besarnya radius bilga dapat ditentukan berdasarkan luas yang dibentuk dari lebar kapal, sarat air kapal dan kenaikan dasar (Rise of Floor) yang harus sebanding dengan luas midship, yang didapatkan dari hasil perhitungan. f. Merencanakan bentuk Body Plan Rencana bentuk Body Plan dilakukan dengan mennggunakan Planimeter atau menggunakan rumus simpson. Dengan beberapa percobaan yang dilakukan dengan seksama, maka dapat direncanakan luasan-luasan tiap ordinat dan dengan demikian dapat terbentuk Body Plan. g. Merencanakan chamber dan sheer Kapal dan Bangunan Atas Besarnya Chamber kapal adalah (1/50) seperlima puluh lebar kapal, diukur pada tengah kapal diatas H atau tinggi kapal. Sedangkan sheer kapal adalah sebagai berikut : AP = 25 (L/3 + 10) 1/6 Lpp dari AP = 11,1 (L/3 + 10) 1/3 Lpp dari AP = 2,8 (L/3 + 10) Bagian Midship = 0 1/3 Lpp dari FP = 5,6 (L/3 + 10) 1/6 Lpp dari FP = 22,2 (L/3 + 10) FP = 50 (L/3 + 10) h. Merencanakan Bangunan Atas Panjang dari bangunan atas seperti Poop Deck, Forecastle Deck, Railling dan lain-lainnya ini berdasarkan standart yang berlaku dan disesuaikan dengan kebutuhan akomodasi termasuk penempatan sekat tubrukan dan chamber. i. Perhitungan luas daun kemudi Digunakan untuk menentukan bentuk stern (buritan). 4

j. Sepatu kemudi, yaitu untuk menentukan bentuk, panjang dan penampang sepatu kemudi yang bertujuan membentuk bagian stern kapal dan clereance terhadap baling-baling. k. Rencana bentuk stern clearance Dalam hal ini perlu dihitung ukuran baling-baling yang bertujuan untuk menentukan ruang clereance antara body kapal, stern kapal, dengan baling-baling, dimana ukuran clereance ditentukan berdasarkan batasan-batasan dari peraturan Biro Klasifikasi Indonesia. l. Merencanakan bentuk Haluan kapal Dalam hal ini perlu direncanakan stem ship atau bentuk haluan agar panjang kapal sesuai dengan LOA. m. Merencanakan bentuk Buritan Kapal Perencanaan stern ship atau bentuk buritan ini juga bertujuan agar panjang kapal sesuai dengan LOA serta LWL yang direncanakan. C.2. Perhitungan Rencana Umum Perhitungan rencana umum meliputi tahap-tahap penyelesaian daripada suatu bentuk lengkap dengan perlengkapan interiornya, termasuk pembagian-pembagian ruangan, kamar-kamar beserta fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Langkah-langkah perencanaan umum adalah sebagai berikut : a. Menentukan Jumlah Crew (ABK) Menentukan jumlah crew adalah berdasarkan kebutuhan sesuai dengan jenis kapal, aksi radius kapal. Dengan diketahui jumlah crew dan radius pelayaran maka langkah selanjutnya dapat dengan mudah menentukan kebutuhan yang diperlukan bagi kapal tersebut. b. Menentukan bobot mati kapal (Death Weight Tonnage) Langkah pertama ditentukan dahulu besarnya displacement kapal dengan rumus-rumus yang ada. Langkah kedua berdasarkan jumlah crew, besarnya mesin kapal, dan aksi radius (radius pelayaran) maka dapat menentukan : 5

1) Berat bahan bakar 2) Berat minyak lumas 3) Berat pemakaian air tawar 4) Berat kebutuhan bahan makanan 5) Berat crew dan perlengkapannya, dimana bobot mati (DWT) adalah besarnya displacement kapal dikurangi berat kapal kosong. Sedang berat kapal kosong adalah berat baja kapal itu sendiri, berat peralatan kapal dan berat mesin kapal. Jadi, DWT adalah mencakup seluruh kebutuhan pada langkah kedua, ditambah muatan bersih kapal hingga mencapai sarat air maximum atau displacement kapal. c. Pembagian Ruangan 1) Menentukan jarak gading Bertujuan unutk mempermudah menentukan jarak tiap ruangan atau pembagian ruangan. Perhitungan jarak gading dapat diambil dari perhitungan Lines Plan (Rencana Garis). 2) Pemasangan sekat kedap air Sesuai dengan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) untuk panjang kapal ini sekat cukup dipasang 5 buah, masing-masing sekat ceruk buritan, sekat depan kamar mesin, 2 sekat tengah kapal (batas ruang muat) dan sekat tubrukan. Jarak sekat ceruk haluan dan sekat ceruk buritan telah ditentukan berdasarkan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), sedang sekat yang lain diatur sedemikian rupa. 3) Menentukan ruang akomodasi crew Berdasarkan jumlah crew (anak buah kapal) yang letak serta kapasitasnya disesuaikan dengan tingkatan jabatannya. Untuk ruangan-ruangan lainnya seperti gudang, ruang peta, ruang radio dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan dan ketentuanketentuan lain. 4) Merencanakan ruang konsumsi 6

Berdasarkan jumlah crew maka direncanakan besar ruangan seperti mess room, galley, gudang kering maupun gudang dingin. Untuk dapur atau galley tidak boleh berhubungan langsung dengan ruang ABK dan harus dipasang kisi-kisi. 5) Merencanakan ruang navigasi Ruang navigasi adalah ruangan yang didalamnya terdapat alat alat pelayaran. Antara lain whell house (ruang kemudi), chart room (ruang peta), radio room (ruang radio). 6) Merencanakan lampu navigasi Lampu navigasi ini berfungsi sebagai tanda isyarat antar kapal yang memiliki arti maupun fungsi tertentu pada setiap lampunya. 7) Merencanakan ruangan lain Ruangan lain pada kapal berfungsi sebagai tempat suku cadang ataupun alat-alat lain. Pada umumnya sebagai gudang, contohnya adalah gudang tali, gudang cat, gudang lampu dan lain lain. d. Merencanakan Ventilasi Ruang / Bumbung udara (deflektor) Jumlah, kapasitas serta ukuran bumbung udara adalah berdasarkan volume ruangan yang memerlukan. Menentukan pintu dan jendela Ukuran pintu dan jendela diperoleh dari literature Henske dan Practical Ship Building II yang sudah merupakan standart internasional. e. Perlengkapan keselamatan pelayaran kapal Dari buku perlengkapan kapal diperoleh ketentuan jumlah, ukuran dan persyaratan keselamatan kapal yang disesuaikan dengan jumlah crew. Peralatan keselamatan meliputi :, lifebuoy, liferaft dan lain-lain. f. Perlengkapan berlabuh dan bertambat 1) Jangkar dan rantai Ukuran jangkar, rantai jangkar dan tali tambat adalah ditentukan berdasarkan angka petunjuk dari tabel 2.a dan peraturan BKI 2006 Volume II. Pertama dihitung dahulu seluruh bangunan atas diatas garis air, dari hasil luas ini dihitung pula berdasarkan rumus, maka 7

didapatkan harga Z. Dengan diperolehnya angka petunjuk Z, maka dari tabel 2.a peraturan BKI 2006 didapat : a) Ukuran jangkar b) Berat jangkar c) Ukuran rantai jangkar (panjang dan diameter) d) Ukuran tali tambat dan tali penarik Dengan diketahuinya panjang rantai maka langkah selanjutnya dapat dihitung volume total seluruh rantai untuk menentukan volume bak rantai. 2) Pipa rantai (hawse pipe) dan chain pipe Berdasarkan diameter rantai dapat ditentukan ukuran diameter dan tebal pipa rantai sekaligus ukuran diameter dan tebal chain pipe. 3) Electric Windlass Dari rule perlengkapan kapal dapat dihitung daya tarik torsi pada cable lifter, torsi pada poros windlass, daya efektif windlass. Maka dari hasil perhitungan tersebut dapat ditentukan electric windlass yang dipakai. 4) Bollard Dengan diketahui diameter rantai jangkar maka dapat ditentukan ukuran bollard yang diperoleh dari pembacaan gambar berdasarkan ukuran tabel. 5) Fair Lead and Chock Berguna untuk mengurangi gesekan antara tali dengan lambung kapal pada saat penambatan. 6) Warping Winch and Capstan Digunakan untuk penarikan tali temali pada saat penambatan kapal di dermaga. 7) Tangga samping Untuk menentukan tangga samping terutama panjangnya, pertama dihitung dulu sarat air minimum kapal, kemudian dari titik tersebut ditarik garis miring 45 yang merupakan kemiringan 8

tangga tersebut. Dari situ dapatlah diketahui ukuran panjangnya tangga samping. 8) Peralatan Bongkar Muat Digunakan untuk bongkar muat barang/muatan dari ruang muat. Perhitungan tiang mast, dereck boom didasarkan pada kapasitas barang yang akan diangkut/dibongkar muat. C.3. Perhitungan Rencana Konstruksi Seluruh perhitungan konstruksi lambung kapal beserta rekomendasinya adalah mengambil dari buku peraturan BKI Volume II 2006 dan ABS 1993 mengenai peraturan konstruksi lambung (Rule of Hull Construction). Dalam hal ini untuk menjamin keamanan kapal dalam operasinya, maka dalam perhitungan baja yang akan dipakai benar-benar diperhatikan mulai dari mutu baja kapal, yang meliputi perhitungan kekuatan tarik baja yang akan digunakan serta segala sesuatu yang berkaitan dengan material baja harus sesuai dengan persyaratan yang diijinkan oleh BKI, sebelum digunakan untuk membangun kapal baru. Dalam tahap penyelesaian perhitungan konstruksi, semua perhitungan kekuatan harus ditinjau oleh gaya-gaya dan beban yang bekerja pada setiap komponen lambung kapal. Tahap demi tahap perencanaan perhitungan konstruksi lambung kapal adalah meliputi sebagai berikut : a. Penentuan Perkiraan Beban 1) Beban geladak Yang dimaksud beban geladak disini adalah yang mencakup beban geladak cuaca, beban geladak muatan dan beban geladak bangunan atas, geladak akomodasi serta beban pada alas dalam. Perhitungan berdasarkan atas jenis muatan dan gaya-gaya yang bekerja pada geladak yang bersangkutan. 9

2) Beban lajur sisi kapal dan alas kapal Perhitungan meliputi sisi kapal termasuk pelat sisi bangunan atas dan juga beban alas kapal. Fungsi untuk menentukan perhitungan tebal pelat bangunan atas, lambung, ukuran-ukuran gading dan semua ukuran profil yang turut menahan beban sisi dan alas kapal. b. Pelat Kulit 1) Pelat alas Meliputi perhitungan ukuran dan tebal pelat lunas, pelat alas dan pelat alas lajur bilga. Dengan diketahuinya beban dan gaya-gaya yang bekerja maka dapatlah dihitung tebal pelat. 2) Pelat sisi Meliputi pelat sisi tengah kapal sampai bagian haluan dan buritan, mencakup pula ukuran pelat sisi lajur atas. 3) Penguat alas di haluan Yaitu perhitungan mengenai daerah penguatan yang meliputi penempatan dan persyaratan wrang-wrang, pelat lunas samping, pelat alas dan beberapa penguat pembujur intercostal. 4) Penguat pada linggi buritan, penyangga baling-baling dan lunas bilga Tebal pelat pada linggi buritan yang diperkuat, linggi poros, sekitar celana poros, pelat penyangga baling-baling dan pelat lunas bilga. 5) Bukaan pada pelat kulit Meliputi bukaan untuk jendela, lubang kluis, lubang pembuangan, katup laut dan lain-lain pada pelat kulit. Maksudnya pada setiap bukaan pada sudut-sudutnya harus dibuat radius, khusus pada bagian 0,4 L tengah kapal harus dipertebal atau di doubling. c. Geladak Mencakup ukuran tebal pelat geladak dan persyaratan-persyaratan bukaan pelat geladak 10

1) Bukaan pada pelat geladak, sudut-sudutnya harus di buat radius dan harus diperkuat (didoubling), kecuali untuk bukaan yang mempunyai ukuran diameter kurang dari 300 mm. 2) Radius pembulatan ambang palka, ambang palka mesin (selubung kamar mesin) harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan persyaratan. 3) Tentang ukuran pelat geladak dapat diambil dari tabel I BKI 2006 Volume II dan ABS 1993. d. Konstruksi alas ganda Konstruksi alas ganda meliputi : persyaratan pemakaian alas dalam, konstruksi yang ada pada sistem konstruksi alas dalam. Adapun sistem konstruksi dari alas dalam meliputi : 1) Ketentuan-ketentuan, ukuran-ukuran dan tebal pelat penumpu tengah, penumpu samping, pelat alas dalam, pelat tepi dan dan pelat buhul. 2) Alas ganda sebagai tangki, meliputi ketentuan-ketentuan pemakaian tangki. 3) Alas ganda dalam sistem gading-gading melintang, mencakup persyaratan-persyaratan, ukuran-ukuran dan wrang-wrang kapal. 4) Konstruksi alas dalam kamar mesin, yaitu meliputi perhitungan konstruksi alas ganda dan pondasi. e. Gading-gading 1) Perhitungan-perhitungan untuk mencari jarak gading sesuai dengan persyaratan BKI. 2) Mencari ukuran dan modulus gading-gading dalam tangki, gading bangunan atas dan rumah geladak, pembujur samping, gading besar dan lain-lain. 3) Penguat pada haluan kapal dan buritan kapal : meliputi perhitungan balok ceruk, pelat senta, penyangga jungkir dan sebagainya. 4) Gading-gading besar dalam kamar mesin : meliputi persyaratan dan ukuran gading-gading. 11

f. Balok geladak dan penumpu konstruksi geladak 1) Perhitungan pada dasarnya mengikuti persyaratan-persyaratan yang ada. 2) Balok geladak termasuk geladak utama, geladak akil, pembujur geladak, pelintang geladak, balok geladak akomodasi dan bangunan atas yang efektif. 3) Penumpu, dalam hal ini mencakup seluruh bangunan atas yang ada. 4) Ukuran pelat lutut, perhitungan pada pelat lutut adlah berdasarkan atas besarnya modulus profil yang berhubungan dengan pelat lutut. g. Sekat kedap air Perhitungan sekat kedap air adalah berdasarkan beban yang bekerja pada sekat dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Ukuran sekat meliputi pula ukuran modulus penegarnya, begitu pula ukuran pelat lutut penghubungnya. h. Tangki-tangki Semua perhitungan sekat tangki berdasarkan atas beban yang bekerja, tinggi dan jenis cairan dalam tangki dengan mempertimbangkan jarak bentangan dan lebar tangki. Ukuran pelat tangki termasuk modulus penegar-penegarnya dan pelat lutut. i. Linggi haluan dan linggi buritan 1) Linggi haluan (Fore stem) Perhitungan meliputi balok linggi haluan dan pelat linggi haluan. 2) Linggi buritan (Stern stem) Perhitungan meliputi ukuran linggi baling-baling, sepatu kemudi dan tongkat kemudi sesuai persyaratan yang ada. j. Bangunan atas dan Rumah geladak Perhitungan meliputi pelat samping, pelat geladak, gading-gading bangunan atas, sekat ujung dimana kesemuanya itu berdasarkan rumus dan ketentuan yang ada serta masih berlaku. 12

k. Lubang palka (Hatch Way) Perhitungan meliputi tebal pelat ambang palka, tinggi pelat ambang palka, tutup palka, balok palka dengan perencanaan profilnya. C.4. Perhitungan Rencana Bukaan Kulit Seluruh perhitungan konstruksi perhitungan pelat-pelat untuk merencanakan pemasangan pelat pada konstruksinya. Tahap perencanaanya adalah sebagai berikut : a. Penentuan Perkiraan Beban 1) Beban geladak Yang dimaksud beban geladak disini adalah yang mencakup beban geladak cuaca, beban geladak muatan dan beban geladak bangunan atas, geladak akomodasi serta beban pada alas dalam. Perhitungan berdasarkan atas jenis muatan dan gaya-gaya yang bekerja pada geladak yang bersangkutan. 2) Beban lajur sisi kapal dan alas kapal Perhitungan meliputi sisi kapal termasuk pelat sisi bangunan atas dan juga beban alas kapal. Fungsi untuk menentukan perhitungan tebal pelat bangunan atas, lambung, ukuran-ukuran gading dan semua ukuran profil yang turut menahan beban sisi dan alas kapal. b. Pelat Kulit 1) Pelat alas Meliputi perhitungan ukuran dan tebal pelat lunas, pelat alas dan pelat alas lajur bilga. Dengan diketahuinya beban dan gaya-gaya yang bekerja maka dapatlah dihitung tebal pelat. 2) Pelat sisi Meliputi pelat sisi tengah kapal sampai bagian haluan dan buritan, mencakup pula ukuran pelat sisi lajur atas. 3) Penguat alas di haluan 13

Yaitu perhitungan mengenai daerah penguatan yang meliputi penempatan dan persyaratan wrang-wrang, pelat lunas samping, pelat alas dan beberapa penguat pembujur intercostal. 4) Penguat pada linggi buritan, penyangga baling-baling dan lunas bilga Tebal pelat pada linggi buritan yang diperkuat, linggi poros, sekitar celana poros, pelat penyangga baling-baling dan pelat lunas bilga. 5) Bukaan pada pelat kulit Meliputi bukaan untuk jendela, lubang kluis, lubang pembuangan, katup laut dan lain-lain pada pelat kulit. Maksudnya pada setiap bukaan pada sudut-sudutnya harus dibuat radius, khusus pada bagian 0,4 L tengah kapal harus dipertebal atau di doubling. c. Geladak Mencakup ukuran tebal pelat geladak dan persyaratan-persyaratan bukaan pelat geladak. 1) Bukaan pada pelat geladak, sudut-sudutnya harus di buat radius dan harus diperkuat (didoubling), kecuali untuk bukaan yang mempunyai ukuran diameter kurang dari 300 mm. 2) Radius pembulatan ambang palkah, ambang palkah mesin (selubung kamar mesin) harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan persyaratan. 3) Tentang ukuran pelat geladak dapat diambil dari tabel I BKI 2013 Volume II dan ABS 1993. 14

C.5. Perhitungan Sistem Pipa Sistem pipa merupakan bagian utama suatu sistem yang menghubungkan titik dimana fluida disimpan ke titik pengeluaran semua pipa baik untuk memindahkan tenaga atau pemompaan. Dipertimbangkan secara teliti karena keamanan dari sebuah kapal akan tergantung pada susunan perpipaan seperti halnya pada perlengkapan kapal lainnya. Pembahasan mengenai sistem pipa antara lain mencakup : a. Bahan pipa Bahan pipa yang diijinkan BKI antara lain : Seam less drawing stell pipe (pipa baja tanpa sambungan), Seam less drawn dari tembaga atau kuningan, Lap welded/electric reesistence welded steel pipe, pipa hitam schedule 40, schedule 80, pipa dari baja tempa atau besi kuningan (besi tempa). b. Bahan katub dan peralatan (fitting) Bahan katup dan peralatan yang diijinkan menurut peraturan BKI antara lain : Kuningan (Bross), Besi (Iron), Cast Steel, Stainless Steel. c. Flens Flens adalah salah satu sistem sambungan pipa dalam sistem perpipaan kapal. d. Ketentuan umum sistem pipa Sistem pipa harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan bengkokan dan sambungan las dengan flens atau sambungan yang dapat dilepas dan dipindahkan jika perlu semua pipa harus dilindungi sedemikian rupa sehingga terhindar dari kerusakan mekanis dan harus ditumpu/dijepit untuk menghindari getaran. Adapun sistem pipa antara lain : Sistem pipa muatan, Sistem bilga, Sistem ballast, Sistem bahan bakar, Sistem air tawar, Sistem saniter dan scupper, sistem pipa udara dan pipa duga. e. Ukuran pipa Perhitungan ukuran pipa yang digunakan dalam setiap sistem yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan BKI. 15

f. Pompa-pompa Dalam hal ini menerangkan tentang perhitungan kapasitas pompa dan daya angkut pompa dalam setiap sistem perpipaan. g. Komponen-komponen dalam sistem pipa,komponen-komponen dalam sistem pipa antara lain : Separator, Hydrospore, Cooler, Purifier, Strainer (Filter), sea chest, kondensor pada instalasi pendingin. 16