11 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati, dan merupakan primadona bagi komoditi perkebunan. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan bahwa potensi kelapa sawit berdasarkan luas perkebunannya mencapai 3.174.726 hektar dengan total produksi minyak mencapai 6.217.425 ton. (Dit.Jen. Perkebunan) Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan potensi sawit pada saat penelitian ini dilakukan yaitu tahun 1990-1991 dimana pada saat itu potensinya baru mencapai 0,7 juta hektar dengan target produksi minyak sekitar 2 juta ton. Kelapa sawit sudah mulai mengeluarkan manggar pada umur 3 sampai 4 tahun dan pada umur 8 sampai 11 tahun telah menghasilkan lebih dari 20 ton tandan buah segar (TBS)/Ha/tahun. Pemanenan dilakukan setelah tandan berumur 5-6 bulan. Kelapa sawit dipanen terus sampai pohon berumur 30 tahun, dan pada umur 35 tahun perlu diremajakan. Dalam proses pemanenan buah kelapa sawit untuk pengolahan minyak terdapat limbah antara lain berupa tandan kosong yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan. Kelapa sawit merupakanpohon yang mengandung serat berlignoselulosa. Oleh karena itu salah satu cara pemanfaatan limbah berupa batang dan tandan kosong sawit
12 adalah sebagai bahan baku serat untuk menghasilkan kertas atau sebagai bahan baku papan serat. Serat batang kelapa sawit diduga tidak jauh berbeda dengan serat batang kelapa (jenis Palmae), karena itu seratnya termasuk serat pendek. Untuk itu jenis kertas yang cocok dibuat dari bahan baku ini adalah kertas yang tidak memerlukan kekuatan tinggi atau sebagai pencampur dalam pembuatan kertas tulis cetak. Jenis kertas yang tidak memerlukan kekuatan tinggi antara lain adalah kertas tissue atau kertas bungkus. Alternatif lain dari pemanfaatan serat batang sawit adalah sebagai bahan baku pembuatan papan serat. Dalam kaitannya dengan kemungkinan pemanfaatan limbah batang dan tandan kosong kelapa sawit, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta (BPPT ) bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor melakukan penelitian pembuatan pulp yang direncanakan untuk kertas tisu dengan proses pengolahan sulfat dan soda antrakinon, serta penelitian pembuatan papan serat dengan proses basah dari limbah batang dan tandan kosongsawit. (http://www.iptek.net.id) Kelapa sawit menghasilkan produk-produk turunan baik berupa oleopangan maupun oleokimia. Untuk itu mutu dari minyak kelapa sawit itu sendiri harus diketahui dengan jelas, begitu juga dengan produk-produk lainnya. Selulosa dibuat langsung dari unit-unit glukosa. Sebagai langkah pertama dalam proses tersebut, pohon mengantar glukosa ke pusat-pusat pengolahan yang terletak pada pucuk-pucuk cabang dan akar (meristem ujung) dan ke lapis cambium yang menyelebungi batang utama, cabang dan akar. Kemudian dalam suatu proses yang kompleks, glukosa mengalami secara kimia dengan dipindahkannya suatu
13 molekul air dari setiap unit dan terbentuklah suatu anhidrida glukosa C 6 H 12 O 6 (glukosa) H 2 O = C 6 H 12 O 5 (anhidrid glukosa). Unit-unit anhidrid glukosa kemudian saling bersambung ujung-ujungnya membentuk polimer berantai panjang yaitu selulosa (C 6 H 12 O 5 ) n dengan n (derajat polimerisasi) sama dengan 500-10000. Selulosa adalah suatu bahan yang tidak begitu asing bagi manusi Kapas, misalnya, adalah 99% selulosa murni. Kertas tulis halus juga sebagian besar dibuat dari fraksi selulosa kayu. Meskipun merupakan karbohidrat, selulosa bukan sumber makanan bagi manusia atau hewan. Pada selulosa unit-unit anhidrid glukosa dihubungkan dengan ikatan kimia α komponen-komponen karbohidrat seperti pati diikat dengan hubungan tipe α. Meskipun dalam bentuk kayu dan kayu selulosa mengandung nilai makanan sebagai sukrosa, selulosa tak dapat dicerna oleh manusia karena cairan tubuh tidak mengandung enzim β amilase. Selulosa merupakan bagian penyusun utama jaringan tanaman berkayu. Bahan tersebut utamanya terdapat pada tanaman kertas, namun demikian pada dasamya selulosa terdapat pada setiap jenis tanaman, termasuk tanaman semusim, tanaman perdu dan tanaman rambat bahkan tumbuhan paling sederhana sekalipun. Seperti: jamur, ganggang dan lumut. Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5%, selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu: Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600-1500. Selulosa a dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemumian selulosa.
14 Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan Selulosa µ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi DP nya kurang dari 15. Selain itu ada yang disebut Hemiselulosa dan Holoselulosa yaitu: Hemiselulosa adalah polisakarida yang bukan selulosa, jika dihidrolisis akan menghasilkan D-manosa, D-galaktosa, D-Xylosa, L-arabinosa dan asam uranat. Holosefulosa adalah bagian dari serat yang bebas dan sari dan lignin, terdiri dari campuran semua selulosa dan hemiselulosa. Selulosa α merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi (mumi). Selulosa α > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri sandang/kain (serat rayon). Selulosa dapat disenyawakan (esterifikasi) dengan asam anorganik seperti asam nitrat (NC), asam sulfat (SC) dan asam fosfat (FC). Dari ketiga unsur tersebut, NC memiliki nilai ekonomis yang' strategis daripada asam sulfat/sc dan fosfat/fc karena dapat digunakan sebagai sumber bahan baku propelan/bahan peledak pada industri pembuatan munisi/mesin dan atau bahan peledak.
15 I.2. Permasalahan Dalam proses pemurnian selulosa pada tandan kosong sawit tidak tidak dibutuhkannya lignin,dimana lignin tersebut hanya sisa dari kayu yang dapat dibuat sebagai perekat.akan dianalisa kadar lignin terhadap tandan kosong sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. I.3. Tujuan Untuk mengetahui kadar lignin yang terkandung di dalam selulosa. Adapun lignin yang terkandung dalam selulosa dari tandan kosong sawit yang dapat mempengaruhi pemurnian α Selulosa. Dimana α Selulosa yang diperlukanmurni. I.4. Manfaat Sebagai acuan informasi bahwa untuk menghasilkan α Selulosa yang berkualitas baik dari selulosa, maka harus diperhatikan pula kadar lignin yang terkandung di dalamnya. Sebab lignin tidak dibutuhkkan pada pembuatan selulosa maupun α Selulosa.