BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

IDENTITAS RESPONDEN. Asal Madrasah

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

I. Pendahuluan. Lembaga bimbingan belajar adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah suatu pelajaran yang berkaitan dengan ilmu alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan remaja dalam pendidikan formal seperti di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dapat bertangung jawab pada masyarakat dan dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

Manusia dilahirkan daiam keadaan yang tidak berdaya sarna sekaii. Sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Pendidikan harus memperhatikan

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA SMK DITINJAU DARI FASILITAS BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan. Persoalan pendidikan zaman sekarang ini, di berbagai negara dipandang sebagai problem yang luar biasa sulit, namun semua negara tanpa terkecuali Indonesia mengakui pendidikan sebagai tugas negara yang paling penting. Orang- 1

orang yang ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan dunia, tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci dan tanpa kunci itu mereka akan gagal (http://www.scribd.com). Banyak pihak mengakui, guru memegang kunci utama sukses tidaknya pengajaran di sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa fasilitas fisik seperti gedung sekolah, laboratorium, sarana pendukung seperti AC, serta kurikulum juga sangat menunjang keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Namun demikian guru memegang peran penting dalam belajar. Guru merupakan salah satu komponen utama dalam proses belajar mengajar yang bertugas menjelaskan dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik (Widiyowati, 2014). Mengingat tugas ini, maka apapun yang berkaitan dengan guru bisa mempengaruhi tingkat prestasi dan tumbuh kembang anak. Metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik merupakan hal yang sangat harus diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap perolehan tingkat prestasi belajar siswa. Prestasi siswa dalam mengikuti pelajaran selanjutnya berpengaruh dari guru yang mengajar (Widiyowati, 2014), oleh karena itu seorang guru seperti guru kimia yang memperkenalkan pertama kali suatu konsep dasar kimia diharapkan tidak salah dalam penyampaian pelajaran. Selain itu jika konsep dasar kimia tidak dipahami dengan baik maka siswa akan sulit untuk memahami konsep kimia yang selanjutnya, karena konsep dasar ini merupakan prasyarat untuk memahami konsep kimia lainnya. 2

Metode guru mengajar pun sangat berpengaruh besar dalam penerimaan materi belajar oleh siswa, maka dengan demikian ada baiknya metode guru dalam mengajar penting untuk diperhatikan. Ada banyak metode mengajar yang bisa digunakan salah satunya adalah metode mengajar yang lebih melibatkan siswa dalam belajar (active learning), sehingga siswa bisa lebih aktif dan terjun langsung dalam pembelajaran. Maka diharapkan siswa bisa lebih mudah dalam mengikuti pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru. Selain karena selama ini metode mengajar yang disajikan kurang bervariatif sehingga terkesan membosankan, beberapa guru di sekolah tertentu telah berupaya memanfaatkan laboratorium dalam rangka menjadikan pelajaran kimia terasa lebih menarik dan agar siswa lebih aktif, tetapi tidak semua sekolah memiliki fasilitas laboratorium yang memadai. Selain itu kegiatan dilaboratorium akan memakan waktu lebih lama, hal ini juga menjadi salah satu kendala bagi guru untuk memberikan pembelajaran kimia yang menarik bagi siswa. Saat siswa melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas sering kita temui anak yang sulit memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan salah satunya yaitu pelajaran kimia. Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit bagi kebanyakan siswa karena pelajaran kimia berisi materi-materi perhitungan dan materi hapalan yang membutuhkan pemahaman yang tinggi. Pelajaran kimia merupakan bagian dari pendidikan IPA yang melibatkan berbagai eksperimen dan penyidikan. Walaupun kimia merupakan salah satu pelajaran yang sulit namun tetap harus di pelajari karena pelajaran kimia 3

merupakan salah satu pelajaran yang wajib dipelajari pada siswa yang memilih jurusan IPA di sekolah. Pelajaran kimia juga merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dan memerlukan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah ilmu kimia yang berupa teori, konsep, hukum, dan fakta. Salah satu tujuan pembelajaran ilmu kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh sebab itu, siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep-konsep kimia. Namun diantaranya ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti setiap konsep kimia. Berbagai karakteristik dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan bersifat abstrak itulah salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami dan mengaitkan antar konsep, seperti menjelaskan : sifatsifat unsur, kecenderungan atom suatu unsur untuk berkaitan dengan atom sejenis atau atom unsur lain (membentuk senyawa), jenis-jenis ikatan kimia yang terbentuk, komposisi senyawa yang terbentuk, dan sebagainya. Oleh karena itu sangatlah diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep-konsep tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dilapangan menunjukkan bahwa mata pelajaran kimia pada umumnya kurang diminati oleh siswa karena materimaterinya banyak yang bersifat abstrak dan sulit untuk divisualisasikan. Tidak banyak teori kimia yang dapat divisualisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. 4

Hal ini jugalah yang menyebabkan siswa sulit untuk memahami konsep-konsep kimia dengan benar serta menjadi tantangan tersendiri bagi guru kimia untuk bisa mengajarkan pada siswa agar siswa mampu dengan mudah memahami teori pelajaran kimia. Permasalahan lain yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran kimia adalah tingginya kecemasan siswa dalam belajar. Pada umumnya, masih banyak siswa yang kurang yakin akan kemampuannya sehingga pada akhirnya banyak dari siswa yang menjadi tidak menyukai mata pelajaran kimia. Sehingga ketika proses pembelajaran, siswa terlihat malas, bosan, menyontek hasil kerja temannya, tidak berani mengerjakan soal ke depan kelas, dan lain sebagainya. Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang dewasa, melainkan dapat juga dialami oleh remaja. Hurlock (1980) berpendapat bahwa kecemasan merupakan sebuah ungkapan perasaan individu terhadap suatu situasi yang dapat diekspresikan melalui beberapa cara, yaitu : dengan cara yang mudah dikenali seperti kekhawatiran individu, individu menjadi mudah marah, gugup, tangan gemetar, dsb. Kecemasan remaja timbul berawal dari permasalahan sehari-hari dalam perkembangan remaja. Hurlock (dalam Khuzaiyah, 2015) menyebutkan ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memulai tugas-tugas perkembangan remaja, yaitu : (1) Masalah Pribadi yang terkait dengan kondisi di rumah, sekolah, 5

sosial, dll (2) Masalah khas remaja, seperti status yang tidak jelas pada remaja, dll. Kemudian Retnowati (dalam Khuzaiyah, 2015) juga memaparkan beberapa kondisi yang dapat memperburuk permasalahan pada remaja yang sering terjadi, kondisi tersebut meliputi kondisi rumah tangga (kutub keluarga), kondisi sekolah (kutub sekolah), dan kondisi lingkungan (kutub masyarakat). Banyaknya penyebab yang menimbulkan kecemasan pada remaja di atas, maka peneliti lebih memfokuskan untuk meneliti kecemasan remaja dalam ruang lingkup sekolah. Kecemasan yang sering dialami oleh remaja di sekolah biasanya berkaitan dengan proses dan pembelajaran yang diberikan di sekolah, termasuk oleh para siswa SMA. Banyak hal yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan pada saat pembelajaran di kelas, misalnya: kecemasan pada pelajaran kimia, kecemasan saat mengerjakan soal-soal kimia dan kecemasan akan perasaan gagal. Siswa yang mengalami kecemasan cenderung berpikir negatif tentang orang lain yang menurut siswa orang lain itu akan membuat situasi lebih memburuk, hal itu terjadi apabila siswa tidak dapat mengontrol kecemasan yang dialami. Pada prinsipnya, kecemasan sangat bermanfaat bila hal tersebut dapat dijadikan sebagai motivasi bagi individu, namun kecemasan bisa menjadi hambatan bila tingkatnya tidak sesuai proporsi ancaman atau datang tanpa ada penyebabnya (Aminullah, 2013). Kecemasan yang dimiliki oleh siswa sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, jika siswa mampu mengolah 6

kecemasan yang mereka miliki dengan baik maka ilmu yang mereka terima mampu berkembang dengan baik. Begitu juga sebaliknya kecemasan yang mereka miliki sangat dominan dan siswa tidak mampu mengendalikannya maka kecemasan akan sangat mempengaruhi dan menjadi penghambat proses belajar siswa. Hasil penelitian Zeidner dan juga hasil penelitian Wolf, Smith dan Birnbaum (dalam Prawitasari, 2012) menunjukkan bahwa problem utama siswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi adalah bahwa mereka tidak menguasai secara bagus tentang pokok pelajaran dibagian awal. Akibatnya mereka juga mengalami kesulitan ketika mempelajari pokok pelajaran yang selanjutnya, dan akibat yang lebih jauh adalah mereka mengalami peningkatan kecemasan pada saat mereka mengerjakan tugas seperti tes, pekerjaan rumah (PR), bahkan saat diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas oleh guru. Siswa yang kurang tertarik belajar kimia akan bosan di kelas dan tidak jarang akan mengambil aktivitas dan kesibukan yang lain, bukan memperhatikan guru menerangkan di depan kelas. Hal ini berakibat siswa kurang bahkan tidak memahami materi pelajaran kimia yang diterangkan oleh guru di depan kelas. Sehingga mengharuskan guru untuk mengulangi materi pelajaran beberapa kali sampai siswa merasa cukup mengerti. Kemudian selain guru harus mengulang, pada saat akan mengerjakan tugas atau soal di depan kelas bahkan tugas pekerjaan rumah (PR), siswa merasa cemas karena kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. Maka pada saat akan 7

mengerjakan pekerjaan rumah (PR), siswa yang tidak yakin dengan kemampuannya meminta bantuan pada tentor di tempat bimbingan belajar (bimbel), atau kerja kelompok dengan teman sekelas, dan bahkan menyotek hasil kerja teman. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada siswa SMA Negeri 8 Medan, ditemukan adanya kecemasan pada setiap siswa saat mempelajari pelajaran kimia, yang wajib dijalankan oleh siswa yang akan mengambil jurusan IPA atau bahkan yang sudah memilih jurusan IPA. Tetapi rasa cemas siswa tidak menjadi alasan bagi sekolah untuk menghapuskan pelajaran kimia dari kurikulum yang berlaku. Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan banyak dari siswa SMA Negeri 8 Medan yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi saat belajar kimia. Tingkat kecemasan yang dimiliki siswa karena mereka merasa tidak mampu mengerjakan soal dengan baik dan takut akan akibat dari tidak mampu mengerjakan tugas pelajaran kimia. Siswa takut ditertawakan oleh teman sekelas dan dimarahi oleh gurunya, terlebih saat siswa diminta mengerjakan soal di papan tulis. Menurut Burnham (dalam Supriyantini, 2010) salah satu faktor tumbuhnya rasa cemas yaitu rasa percaya diri yang rendah. Artinya siswa merasa bahwa dirinya tidak yakin dengan kemampuan yang dia miliki, takut gagal, selalu berusaha menghindar dan lain sebagainya yang berujung pada kecemasan. Kepercayaan diri menurut Hakim (dalam Arjani, 2008) diartikan sebagai suatu 8

keyakinan seseorang terhadap segala aspek kebutuhan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi menurut Iswidharmanjaya dan Agung (dalam Arjani, 2008) yaitu : (1) bertanggung jawab, (2) mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, (3) mampu mengembangkan motivasi, (4) mau berkerja keras untuk mencapai kemajuan, (5) yakin atas peran yang dihadapinya, (6) berani bertindak dan mengambil kesempatan yang dihadapinya, (7) menerima diri secara realistis, (8) menghargai diri secara positif, (9) yakin atas kemampuannya sendiri dan tidak terpengaruh orang lain, (10) optimis, tenang dan tidak mudah cemas, (11) mengerti akan kekurangan orang lain. Sama halnya dengan self efficacy, Bandura (dalam Astutik, 2008) menyatakan self efficacy adalah kepercayaan kepada kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan. Ciri-ciri orang yang memiliki self efficacy yang tinggi menurut Robbins (2001), yaitu : (1) dapat menangani secara efektif situasi yang mereka hadapi (dapat mengatasi masalah dengan baik), (2) yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan (percaya bahwa dapat mengatasi masalah), (3) gigih dalam berusaha (semangat berusaha dalam mencapai sesuatu), (4) percaya pada kemampuan diri yang memiliki (yakin bahwa individu tersebut memiliki kelebihan pada dirinya), (5) memiliki motivasi (memiliki dorongan yang kuat pada dirinya), (6) tidak terpengaruh oleh situasi 9

yang mengancam (tetap dapat melakukan sesuatu meskipun situasi yang dihadapi sulit). Siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi mampu mempengaruhi tingkat kecemasan siswa, dimana seorang siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi dalam menghadapi pelajaran kimia akan merasa yakin mampu mengikuti dan menyelesaikan tugas kimia, yang dengan demikian adanya timbul rasa kemauan untuk belajar dengan tujuan mendapatkan hasil belajar yang baik. Menurut Prakosa (dalam Anwar, 2009) keyakinan terhadap diri sendiri sangat diperlukan oleh pelajar. Keyakinan ini akan mengarahkan kepada pemilihan tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan yang didasari oleh batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntut kita berperilaku secara mantap dan efektif. Zimmerman (dalam Astutik, 2012) menambahkan bahwa self efficacy berhubungan secara positif dengan prestasi belajar. Penilaian seseorang terhadap self efficacy memainkan peranan besar dalam hal bagaimana seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas, dan tantangan, sehingga akan mempengaruhi hasil yang akan dia peroleh. Kemudian secara umum Woolfolk (dalam Andiny, 2008) berpendapat self efficacy adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu. Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa self efficacy merupakan tingkat keyakinan seseorang 10

terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengerjakan tugas untuk mencapai hasil tertentu. Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan adanya kesamaan antara kepercayaan diri dengan self efficacy, dilihat dari ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dengan orang yang memiliki self efficacy yang tinggi. Maka dengan itu peneliti berasumsi bahwa self efficacy juga merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi kecemasan pada siswa. Berdasarkan fenomena yang saya temukan di SMA Negeri 8 Medan, yang selama ini terjadi adalah siswa merasa kurang tertarik dengan mata pelajaran kimia, dikarenakan pelajaran kimia yang sangat sulit untuk dipahami dan juga sulit saat mengerjakannya, serta materi-materinya yang rumit, kemudian cara guru menerangkan yang kurang bervariatif membuat siswa merasa bosan dan jenuh sehingga siswa tidak mengikuti pelajaran dengan baik, ditambah lagi kurangnya rasa keyakinan pada diri siswa saat mengerjakan soal-soal kimia sehingga menimbulkan kecemasan pada siswa. Menurut Birnbraum (dalam Prawitasari, 2012) kecemasan siswa dalam mengikuti pelajaran kimia salah satunya dikarenakan siswa kurang memahami pelajaran kimia dari awal, yang mengakibatkan siswa kurang yakin dengan kemampuannya yang berujung pada kecemasan. Fenomena ini juga yang dialami oleh siswa di SMA Negeri 8 Medan, berikut hasil wawancaranya : 11

Waktu pertama kali masuk mata pelajaran kimia aku cemas kali kak, teringat waktu SMP mata pelajaran kimia itu menakutkan kali kak, jadi terbawa-bawa sampe sekarang, apa lagi pelajaran kimia susahnya minta ampun kak (hasil wawancara peneliti pada siswa kelas X, 18 september 2015). Hal yang senada juga diungkapkan oleh siswa lainnya : Semua pelajaran mempunyai kesulitannya masingmasing sih kak, tapi pelajaran yang gak ku suka itu kimia lah kak, pelajarannya sulit kali, kalau di meja belajar ada buku kimia sama buku B.Inggris trus aku di suruh milih, aku pilih belajar B.Inggris kak, buku kimianya ku simpan jauh-jauh (hasil wawancara peneliti pada siswa kelas XI IPA, 18 September 2015). Berdasarkan paparan sebelumnya dan hasil wawancara yang diperoleh maka peneliti merasa tertarik dan penting untuk meneliti hubungan self efficacy dengan kecemasan dalam belajar kimia pada siswa SMA Negeri 8 Medan. B. Identifikasi Masalah Dilihat dari latar belakang diatas, ditemukan adanya masalah mengenai kecemasan siswa dalam belajar pada mata pelajaran kimia di SMA Negeri 8 Medan. Siswa yang merasa cemas sulit untuk berkonsentrasi karena mereka sebelum masuk pelajaran sudah takut terlebih dahulu, banyak siswa yang tidak semangat dalam pelajaran kimia, karena tidak suka dengan menghapal rumusrumus atom, struktur kimia, kesulitan mengerjakan tugas-tugas kimia dan tidak 12

yakin dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga takut untuk mengerjakan tugas kimia di depan kelas, ditambah lagi dengan cara guru dalam menerangkan materi pelajaran yang kurang variatif membuat siswa merasa bosan. Kenapa seperti itu? Mungkin salah satunya adalah rendahnya self efficacy dalam diri mereka. Dalam menumbuhkan semangat belajar siswa, self efficacy sangat mempengaruhi setiap aktifitas belajar siswa di kelas. Self efficacy yang rendah, sangat berpengaruh bagi siswa. Pada saat ini, self efficacy sangat diperlukan. Dengan meningkatkan self efficacy, bisa menumbuhkan semangat siswa dalam belajar. Karena pelajaran kimia banyak siswa yang tidak suka, dengan self efficacy yang tinggi maka akan menumbuhkan semangat dan motivasi, serta mampu mengurangi rasa kecemasan yang siswa miliki atau bahkan siswa mampu mengatasi kecemasan yang mereka miliki dengan baik, maka mereka akan berminat dengan pelajaran kimia. C. Batasan Masalah Adapun dalam suatu penelitian, masalah yang akan diteliti perlu dibatasi agar sebuah penelitian menjadi lebih terfokus dan diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian dengan lebih efektif dan efisien. Pada penelitian tentang hubungan self efficacy dengan kecemasan dalam belajar kimia pada siswa, peneliti membatasi masalahnya tentang kecemasan belajar pada siswa. 13

D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka masalah dalam penelitian ini apakah ada hubungan self efficacy dengan kecemasan dalam belajar kimia pada siswa. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari permasalahan diatas maka, penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan dalam belajar kimia dengan self efficacy pada siswa SMA Negeri 8 Medan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini nantinya diharapkan berguna bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian selanjutnya dan dapat menjadi bahan untuk memperluas wawasan dalam teori psikologi pendidikan umumnya dan tata cara mengajar yang efektif pada khususnya. 2. Manfaat Praktis a) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi siswa khususnya untuk lebih memahami bagaimana cara belajar yang efektif sehingga nantinya diharapkan mampu menciptakan kualitas belajar yang lebih baik. b) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru untuk lebih bersikap professional dalam mengajar, sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang dinamis dan menyenangkan bagi siswa. 14

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak sekolah agar lebih professional di dalam menerima tenaga pengajar, supaya nantinya bisa menjadi acuan dan masukan agar menghasilkan tenaga pengajar yang handal dan professional untuk menciptakan mutu pendidikan yang lebih baik. 15