Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

TEKNOLOGI DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL TORAJA (TONGKONAN) Technology And Construction Of Toraja Traditional House (Tongkonan)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanah, dan batu digunakan langsung sebagai bahan utama pembuatan bangunan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia tidak dapat lepas dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 5 LANTAI DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambar- gambar yang akan menjadi acuan dalam perancangan,. Berikut adalah gambar dan

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 5 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SALEMBA RESIDENCES LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

MODEL TEKTONIKA ARSITEKTUR TONGKONAN TORAJA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data. Pengembangan Alternatif Lokasi

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan maupun tempat hunian seperti hotel, apartemen, dan home stay.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PENDEKATAN TEKTONIKA ARSITEKTUR TORAJA DALAM PERANCANGAN GEDUNG KESENIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABI PENDAHULUAN. Perancangan bangunan sipil terutama gedung tingkat tinggi harus

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beban-beban dinamik yang merusak struktur bangunan umumnya adalah bebanbeban

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

: Kampung Sampireun. Atap dilapisi ijuk

Ma ruf Hadi Sutanto NIM : D NIRM :

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 12 TAHUN 2010

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR BOSOWA MAKASSAR

BAB III METODOLOGY PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dan membangun gedung yang luas dengan 1 hingga 3 lantai saja. Tetapi

Sistem Struktur Rumah Adat Barat Rattenggaro

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya merupakan daerah pegunungan ini diperkirakan mulai kedatangan manusia pada abad ke-6. Mereka datang menaiki perahu melalui sungai-sungai besar, terus menuju ke daerah pegunungan Sulawesi Selatan hingga sampai ke Tana Toraja. Mereka inilah yang kelak menjadi masyarakat Suku Toraja yang terkenal dengan kebudayaannya yang unik. Salah satu bentuk kebudayaan Tana Toraja yang masih bertahan hingga saat ini adalah arsitektur rumah tradisional Tana Toraja yang unik dan berbeda dibandingkan dengan arsitektur daerah lain. Ciri utama dari arsitektur rumah tradisional Tana Toraja ialah bentuk atap yang menjulang pada bagian depan dan belakangnya sehingga menyerupai bentuk kapal. Di bawah ini adalah gambar tampak samping dan tampak depan Rumah Tongkonan, terlihat bentuk atapnya yang menyerupai bentuk kapal. Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) 1

2 Gambar 1.2 Tampak depan Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) Hal yang cukup menarik adalah bahwa setiap detail arsitektur rumah tradisional Tana Toraja memiliki falsafah dasar yang bermakna. Rumah Toraja, selain sebagai tempat tinggal, juga memiliki ciri filosofis religius. Masyarakat Toraja mempercayai falsafah Aluk A pa Oto na (empat falsafah dasar) yaitu : hidup, kehidupan manusia, kemuliaan tuhan dan adat/kebudayaan. Keempat falsafah dasar itu saling berkaitan, menjadi satu kesatuan. Dari 4 bilangan dasar inilah, terbentuk bangunan dasar rumah Toraja yang terdiri dari 4 sisi (persegi panjang) yang dibatasi dengan dinding. Tiang-tiang yang menopang struktur utama bangunan menggambarkan rakyat yang mendukung keberlangsungan pemerintahan/negara. Bentuk bangunan yang terlihat kecil, sempit dan kurang terbuka menggambarkan kehidupan masyarakat Tana Toraja yang cenderung tertutup dalam bermasyarakat dan lebih percaya akan kekuatan sendiri.

3 Masyarakat Tana Toraja mempercayai bahwa bumi yang kita huni ini terbagi menjadi 4 penjuru, dengan filosofinya masing-masing : 1. Bagian Utara, disebut Ulunna Langi, yaitu bagian yang paling mulia. 2. Bagian Timur, disebut Matallo, yaitu tempat matahari terbit, tempat kebahagiaan dan kehidupan berasal. 3. Bagian Selatan, disebut Pollo na Langi, sebagai bagian yang berlawanan dengan bagian yang mulia, tempat segala sesuatu yang tidak baik. 4. Bagian Barat, disebut Matampu, tempat matahari terbenam, diartikan sebagai tempat kesusahan dan kematian. Selain itu, masyarakat Tana Toraja juga memiliki kepercayaan terhadap 3 personal yang pantas menjadi pujaan dan sesembahan pada upacara dan pengucapan rasa syukur, yaitu: 1. Puang Matua (Tuhan Allah) 2. Daeta-daeta (Dewa-dewa/Malaikat) 3. To Mambali Puang (Arwah Leluhur) Berdasarkan kepercayaan-kepercayaan ini, maka, bangunan arsitektur Tana Toraja, dalam hal ini Rumah Tongkonan dibangun dengan orientasi bagian depan menghadap ke arah utara dan bagian belakang menghadap ke arah selatan. Dengan anggapan bahwa Puang Matua berada di arah utara sehingga diharapkan rezeki dan dijauhkan dari keburukan yang berasal dari arah selatan. Untuk mencapai bentuknya yang sempurna seperti yang ada saat ini, rumah tradisional Tana Toraja Melalui 4 tahapan perkembangan yaitu: 1. Tahap 1 : Banua Pandoko Dena Berarti rumah dengan kubah berbentuk seperti sarang burung pipit, terbuat dari ranting kayu yang ditempatkan di atas dahan, dengan dinding terbuat dari rerumputan sehingga terbentuk dinding yang bundar seperti sarang burung pipit. 2. Tahap 2 : Banua Lentong A pa

4 Memiliki makna rumah yang memiliki 4 tiang pada masing-masing sudutnya. Dinding dan atapnya masih terbuat dari dedaunan dan rerumputan, sehingga bentuknya masih mirip dengan Banua Pandoko Dena. 3. Tahap 3 : Banua Tamben Dibangun dengan menyusun kayu pada semua sisinya, yaitu pada bagian depan, belakan, kiri dan kanan sehingga membentuk sebuah tempat tinggal. Banua Tamben dibangun sudah berbentuk rumah panggung, pada bangunan ini terdapat kolong yang digunakan sebagai tempat penyimpanan hewan ternak. Begitu juga struktur atap bagian depan dan belakang sudah menjulang seperti perahu. Bagian dinding Banua Tamben sudah tidak lagi dibuat dari dedaunan dan rerumputan, hanya bagian atap yang masih dibuat dari dari dedaunan dan rerumputan. 4. Tahap 4 : BanuaTolo Merupakan perkembangan terakhir dari Rumah Tongkonan. Bentuk dasar persegi panjang, dengan susunan tiang yang bertambah banyak dan teratur. Tiang-tiang dihubungkan dengan sulur, sehingga tiang-tiang tidak mudah bergeser dari tempatnya. Selain itu, pada Banua Tolo ini sudah mulai diukir pada bagian-bagian rumahnya. Berdasarkan data Peta Indeks Ancaman Gempa Bumi Indonesia, daerah Tana Toraja dikategorikan memiliki tingkat ancaman level berbahaya. Berikut disajikan gambar lokasi Kabupaten Tana Toraja pada Gambar 1.3. Daerah dengan garis merah adalah Tana Toraja, terletak pada Provinsi Sulawesi Selatan. Tercatat pada 22 Desember 2012 terjadi sebuah gempa bumi berkekuatan 5 skala Richter yang berpusat di 38 kilometer Barat Laut Tana Toraja. Masyarakat Toraja merasakan getaran yang cukup keras akibat gempa tersebut. Tidak diketahui secara pasti dampak akibat gempa bumi tersebut, terutama terhadap struktur bangunan Rumah Tongkonan milik penduduk Tana Toraja.

5 Gambar 1.3 Lokasi Kabupaten Tana Toraja (Sumber: Google Earth) Fakta ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan kajian kekuatan struktur pada rumah adat tradisional Tana Toraja, atau yang sering disebut dengan Rumah Tongkonan terhadap beban gempa bumi. Penentuan dimensi-dimensi elemen dan struktur bangunan mengacu pada hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku berjudul Arsitektur Tradisional Tana Toraja. Beberapa elemen yang tidak diketahui dimensinya diasumsikan dengan dimensi normal yang biasa dipakai untuk elemen-elemen tersebut pada saat ini, serta struktur yang tidak diketahui bentuk aslinya, dimodelkan sedemikian rupa, sehingga mendekati bentuk struktur aslinya. Bangunan akan dianalisis dengan menggunakan peraturan perancangan struktur bangunan yang berlaku saat ini, termasuk analisis gempa menggunakan SNI 1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-gedung. Penyederhanaan dilakukan pada beberapa bagian, menyesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ditempuh peneliti. Beberapa asumsi

6 juga dilakukan untuk menyederhanakan bentuk struktur yang cukup rumit untuk dimodelkan dalam software yang digunakan peneliti. 1.2 Rumusan Masalah Rumah Tongkonan telah bertahan begitu lama sejak ratusan tahun yang lalu, melewati berbagai fase perkembangan kehidupan masyarakat Tana Toraja, menjadi saksi modernisasi masyarakatnya dan melewati berbagai peristiwa, termasuk gempa bumi yang terjadi di Tana Toraja. Tidak ada laporan yang jelas mengenai dampak gempa bumi pada Desember 2012 di Tana Toraja bagian Utara, khususnya mengenai dampaknya terhadap bangunan Rumah Tradisional Tana Toraja. Bagaimana perilaku struktur bangunan rumah tradisional Tana Toraja terhadap beban gempa yang diterimanya?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perilaku struktur Rumah Tongkonan terhadap beban-beban yang bekerja pada struktur berdasarkan SNI-5 2002 tentang peraturan perancangan struktur bangunan kayu. 2. Menganalisis stabilitas Rumah Tongkonan akibat pengaruh beban gempa bumi berdasarkan SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Struktur Rumah Tongkonan dimodelkan 3 dimensi, input beban dan analisis struktur dilakukan menggunakan program SAP2000, disesuaikan dengan ketersediaan perangkat lunak di Institusi peneliti.

7 2. Pembebanan yang diberikan pada struktur berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa sesuai dengan SNI 03-1727-1989 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan gedung. 3. Beban gempa mengacu pada SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan Non-Gedung. 4. Analisis beban gempa yang digunakan adalah analisis gempa metode ragam spektrum (response spectrum analysis). 5. Analisis prilaku elemen kayu struktur Rumah Tongkonan mengacu pada SNI- 5 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu. 6. Beban gempa arah vertikal tidak diperhitungkan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh peneliti. 7. Material yang digunakan ialah kayu cempaka hutan, dikategorikan ke dalam kayu kelas kuat III, sesuai dengan data pada hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku berjudul Arsitektur Tradisional Tana Toraja. 8. Bentuk struktur Rumah Tongkonan dimodelkan mengacu kepada pada hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku berjudul Arsitektur Tradisional Tana Toraja dan juga mengacu kepada replika Rumah Tongkonan yang berada di anjungan Sulawesi Selatan di Taman Mini Indonesia Indah. 9. Bentuk struktur yang tidak diketahui dimodelkan sedemikian rupa sehingga mendekati bentuk asli dari Rumah Tongkonan, dengan penyederhanaan yang dilakukan untuk mempermudah analisis. 10. Dimensi penampang bagian-bagian Rumah Tongkonan mengacu pada hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku berjudul Arsitektur Tradisional Tana Toraja. 11. Beberapa bagian Rumah Tongkonan yang dimensi penampangnya tidak disebutkan pada hasil penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1993, yang ditulis ke dalam buku berjudul Arsitektur Tradisional Tana Toraja diasumsikan dengan ukuran standar yang biasa digunakan saat ini.

8 12. Struktur Balok penopang lantai disederhanakan, sehingga balok tangdan bitti dan balok tangdan lambe dianggap sebagai beban titik yang membebani susunan balok di bawahnya. 13. Bentuk atap dirancang dengan berbagai penyederhanaan, sehingga dimungkinkan di modelkan pada software Autocad dan SAP200. 14. Pengaruh waktu pada kayu, termasuk pelapukan dan degradasi diabaikan mengingat keterbatasan data yang dimiliki peneliti. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran mengenai perilaku struktur rumah adat Toraja yaitu Rumah Tongkonan terhadap beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa, sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan perkuatan struktur Rumah Tongkonan. 2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai struktur bangunan tradisional Tana Toraja dalam upaya untuk melestarikan budaya dalam hal ini kekayaan arsitektur Toraja. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai rumah adat Toraja sudah banyak dilakukan oleh penelitipeneliti dan berbagai instansi pada waktu terdahulu. Namun lebih banyak membahas sisi lain selain struktur, mulai dari membahas sisi arsitekturnya hingga sisi kebudayaannya. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini akan berfokus pada analisis perilaku struktur rumah adat Toraja yaitu Rumah Tongkonan terhadap beban-beban yang bekerja pada strukturnya termasuk beban gempa. Dengan demikian penelitian ini dapat dipastikan keasliannya.