HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*, Budi T. Ratag* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar asam urat darah diatas normal, yang jika terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan gout atau pirai. Hiperurisemia merupakan penyakit degenaratif yang sudah banyak terjadi di masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Manado, prevalensi penyakit sendi dan sistem otot tertinggi terdapat di Puskesmas Paniki Bawah dengan 1.634 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado selama bulan Februari 2015. Pengambilan sampel berdasarkan metode non probability dengan teknik quota sampling dengan jumlah 300 sampel. Pengumpulan data dengan pengukuran TB dan penimbangan BB, dan pengambilan sampel darah. Penelitian ini menggunakan ujichi square (CI=95% dan nilai α=0.05). Uji statistik chi square menunjukkan nilai p 0,05 (nilai p = 0,001 untuk umur, nilai p = 0,000 untuk jenis kelamin, nilai p = 0,000 untuk IMT). Terdapat hubungan antara umur dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado, terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado, dan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat ABSTRACT Hyperuricemia is a condition where the blood uric acid levels increases above normal, which can cause gout if happened continously. Hyperuricemia is a degenerative disease that occurs oftenly in society. Based on the data Manado Health Department, the prevalence of joints and muscular system disease is highest Paniki Bawah health center with 1,634 cases. This study aims to determine the relationship between age, sex, and body mass index with blood uric acid levels in people who come to visit Paniki Bawah health center. This research is analytic observational with cross sectional approach. This research was conducted at Paniki Bawah health center in Manado during February 2015. Sampling is taken with non-probability method with quota sampling technique with a total of 300 samples. The data are taken with height measurement and weighting also taking blood samples. This researh is using Chi-square test (CI = 95% dannilai α = 0.05). Chi-square statisic test showed p 0,05 (p = 0.001 for age, p = 0.000 for gender, p = 0.000 for BMI). There is a relation between age and uric acid levels of blood in people who visited in Paniki Bawah health center Manado, there is a relation between the sexes with uric acid levels of blood in people who visited in Paniki Bawah health center Manado, and there is a relationship between the index body mass with uric acid levels of blood in people who come to visit in Paniki Bawah health center Manado. Key Word: Age, Gender, IMT, Uric Acid Levels
PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sekarang ini telah menjadi perhatian secara nasional dan global, dan merupakan jenis penyakit yang bersifat kronis.perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari semakin meningkat, dikarenakan frekuensi kejadiannya terhadap masyarakat yang semakin meningkat (Bustan, 2007).Untuk prevalensi penyakit sendi berdasarkan provinsi, prevalensi untuk Sulawesi Utara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 10,3% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan ditambah gejala klinik sebesar 19,1%(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Manado, pada tahun 2013 penyakit sendi dan sistem otot di Kota Manado masuk dalam 10 penyakit menonjol dengan prevalensi 54,61. Dan dari jumlah kasus penyakit sendi dan sistem otot di Kota Manado yang paling tertinggi berada di METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini yaitu observasional analitik dengan desain cross sectionalatau studi potong lintang.penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015.Populasi yaitu seluruh pasien yang datang berkunjung selama pelaksanaan penelitian di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado. Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget dengan jumlah 1.634 kasus (Dinas Kesehatan Kota Manado, 2013). Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado, pada bulan Januari sampai bulan Juli 2014, jumlah penyakit sendi dan sistem otot mencapai 121 kasus yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan dengan dan adanya gejala klinik. Dan dari bulan Maret sampai bulan September 2014, masyarakat yang berobat dengan keluhan mengarah kepada penyakit asam urat dan melakukan pemeriksaan darah ada 99 orang. Dan dari pemeriksaan tersebut didapatkan 23 orang yang memiliki kadar asam urat darah diatas normal (Puskesmas Paniki Bawah, 2014). Dari uraian data-data di atas dan belum adanya penelitian mengenai hubungan antara umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah di Puskesmas Paniki Bawah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ini. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang dianggap dapat mewakili populasi.penentuan jumlah sampel minimal yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel atau estimasi proporsi (rumus Lemeshow) dengan jumlah sampel 300.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1.Hubungan antara Umur dengan Kadar Asam Urat Darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kadar Asam Urat Darah Umur Total Tinggi Normal (tahun) n % n % n % Value (p) > 40 132 69,8 56 30,5 188 62,7 40 57 30,2 55 49,5 112 37,3 0,001 Jumlah 189 100 111 100 300 100 Hasil analisis hubungan umur dengan kadar asam urat darah pada tabel 15, menunjukkan bahwa proporsi responden yang berumur >40 tahun lebih banyak yang memiliki kadar asam urat darah yang tinggi yaitu sebanyak 132 responden (69,8%) dibandingkan dengan responden yang berumur 40 tahun yaitu 57 responden (30,2%).Dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,001 (p 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadr,dkk (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan kadar asam urat darah dengan nilai p=0.001. Penelitian Fiskha (2010) mengenai hubungan antara usia dan jenis terhadap peningkatan kadar asam urat pada pasien usia 20-70 tahun di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok periode Januari-Juni 2010, juga menyatakan hal yang sama, yaitu bahwa usia memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan kadar asam urat dengan nilai p=0.000. Tabel 2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat Darahpada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah. Kadar Asam Urat Darah Total Jenis Kelamin Tinggi Normal Value (p) n % n % n % Laki-laki 107 56,6 35 31,5 142 47,3 Perempuan 82 43,4 76 68,5 158 52,7 0,000 Jumlah 189 100 111 100 300 100 Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan kadar asam urat darah pada Tabel 16, dapat diketahui bahwa proporsi responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang
memiliki kadar asam urat darah yang tinggi yaitu sebanyak 107 responden (56,6%) dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 82 responden (43,4%).Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,000 (p 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyoningsih (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia pada pasien rawat jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia dengan nilai p= 0,003. Penelitian yang sama juga yang dilakukan oleh Fiskha (2010) mengenai hubungan antara usia dan jenis terhadap peningkatan kadar asam urat pada pasien usia 20-70 tahun di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok periode Januari-Juni 2010, yang menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan kadar asam urat dengan nilai p=0.000. Tabel 3. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Asam Urat Darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kadar Asam Urat Darah Indeks Massa Total Tinggi Normal Tubuh n % n % n % Value (p) Obese 154 81,5 34 30,6 188 62,7 Non Obese 35 18,5 77 69,4 112 37,3 0,000 Jumlah 189 100 111 100 300 100 Hasil analisis hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada tabel 17, dapat diketahui bahwa proporsi responden yang obesitas lebih banyak yang memiliki kadar asam urat darah yang tinggi yaitu sebanyak 154 responden (81,5%) dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas yaitu 35 responden (18,5%).Dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,000 (p 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah. Penelitian Setyoningsih (2009) pada pasien rawat jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang, juga menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian ini, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara IMT dengan kejadian hiperurismeia dengan nilai p=0,020. Didukung jugaoleh penelitian yang dilakukan oleh Budianti (2008) mengenai status gizi dan riwayat kesehatan sebagai determinan hiperurisemia, yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah dengan nilai p=0.02. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka semakin tinggi risiko hiperurisemia.semakin tinggi IMT maka semakin tinggi resiko menderita obesitas.obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gout. Hal ini diduga karena terjadi peningkatan kadar leptin, yaitu zat yang berfungsi meregulasi konsentrasi asam urat dalam darah, sehingga memicu terjadinya hiperurisemia (Budianti, 2008). Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Yao Hua (2007) dalam Purwaningsih (2009), yang mengatakan bahwa penderita dengan IMT 25kg/m 2 mempunai risiko 3,1 kali lipat terhadap hiperurisemia dibandingkan dengan penderita yang memiliki IMT < 25 kg/m 2. KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan umur dengan kadar asam uratd arah pada masyarakat yang dating berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. 2. Terdapat hubungan jenis kelamin dengan kadar asam urat darah padamasyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. 3. Terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan kadar asam urat darah pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. SARAN 1. Bagi Masyarakat a. Diharapkan masyarakat dapat menerima informasi ini dengan baik, dan bagi yang sudah memiliki kadar asam urat tinggi untuk dapat mengendalikan faktor-faktor risiko terjadinya hiperurisemia. b. Untuk dapat memberlakukan gaya hidup sehat dalam keseharian seperti meningkatkan aktivitas fisik, rajin berolahraga, mengatur pola konsumsi makanan sejak dari usia produktif terutama untuk asupan makanan sumber asam urat (seperti jeroan, kacangkacangan, tahu, tempe, kangkung, dll) mengontrol berat badan karena banyaknyapenyakit yang berhubungan dengan berat badan, perbanyak minum air putih, serta melakukan kontrol asam urat. 2. Bagi Puskesmas Dapat memberikan promosi kesehatan mengenai faktor resiko, cara pencegahan serta pengobatan hiperurisemia kepada masyarakat baik yang sudah mengalami hiperurisemia maupun yang belum. 3. Bagi penelitian selanjutnya Dapat dilakukannya penelitian yang serupa dengan variabel-variabel yang berbeda dengan menggunakan desain penelitian lain. DAFTAR PUSTAKA Budianti, A. 2008. Status Gizi dan Riwayat Kesehatan Sebagai Determinan Hiperurisemia. Bogor : Jurnal IPB Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Dinas Kesehatan Kota Manado. 2013. Laporan Kesakitan Kota Manado 2013. Manado: Dinas Kesehatan Kota Manado. Fiskha, P. 2010. Hubungan Antara Usia dan Jenis Kelamin Terhadap Peningkatan Kadar Asam Urat Pada Pasien ssusia 20-70 tahun di Rumah Sakit Umum Bhakti Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Purwaningsih, T. 2009. Faktor-Faktor Risiko Hiperurisemia. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Puskesmas Paniki Bawah. 2014. Laporan Kesakitan Puskesmas Paniki Bawah. Manado: Puskesmas Paniki Bawah. Setyoningsih, R. 2009. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperurisemia Pada Pasien Rawat Jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang. [Online] tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/ diakses pada tanggal 11 Maret 2015. Yudha Depok Periode Januari 2010-Juni 2010. Skripsi. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.