pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI PESANTREN. (Oleh : Dra Tite Juliantine M.Pd)

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki agar mengetahui,

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan. meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. penjelasan pasal demi pasal BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pribadi yang taat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, arif, dan dapat bergaul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena, itu bagi sebuah bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi yang

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOP Bidang Kemahasiswaan

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Sogi Hermanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sa

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

I. PENDAHULUAN. untuk membawa bangsa ini keluar dari krisis menuju kemajuan. kemampuan mental, pikir (rasio, intelektual) dan kepribadian manusia

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar di dunia. Kebesaran tersebut dimiliki atas dasar perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa yang ada di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka menjaga kestabilan kebesaran yang dimilikinya, maka diperlukan satu tujuan dan cita-cita yang sama bagi segenap bangsa Indonesia. Salah satu tujuan dan cita-cita tersebut tertuang dalam tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II. Pasal 4 yang menyatakan bahwa : Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dar. mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani. kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Selanjutnya tujuan yang tertuang dalam perundangan tersebut sejalan pula dengan Undang-Undang dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut : (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran; dan (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran Nasional yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut membuktikan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang berarti

bahwa pendidikan itu merupakan Hak Azasi Manusia (HAM). Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal, maka pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang telah diatur dalam bentuk perundang-undangan. Usaha pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Seiring dengan perubahan zaman dan tingkat perkembangan masyarakat, terutama sejak bergulirnya multi krisis yang melanda bangsa Indonesia sampai akhirnya terjadi badai reformasi yang menuntut perbaikan di segala bidang. termasuk pendidikan, maka melahirkan format-format baru dalam penataan sistem pendidikan nasional dengan tidak merubah tujuan utama pendidikan nasional. Format-format baru tersebut selanjutnya dikenal dengan Undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah.Pusat. dan Daerah,. serta Peraturan Pemerintah (PR). Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom yang selanjutnya menjadi landasan yuridis bagi diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang berimbas pula terhadap penataan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan. Makna yang terkandung dari ketiga peraturan tersebut adalah adanya pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional.

Pemberian wewenang ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat dijalankan lebih demokratis, meningkatnya peranserta masyarakat, terwujudnya pemerataan dan keadiilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tersyirat bahwa otonomi daerah merupakan penyerahan wewenang beberapa urusan pemerintahan pusat kepada daerah. termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan otonomi di bidang pendidikan, maka daerah akan memiliki wewenang dalam merencanakan. melaksanakan dan mengendalikan sendiri pembangunan pendidikan. Hal ini memberikan implikasi bahwa daerah harus mampu membiayai sendiri segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu. keberhasilan pembangunan suatu daerah di bidang pendidikan sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah dalam menggali berbagai potensi dan menggunakan segala sumber daya serta kemampuan yang mendotong masyarakat agar ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk mewujudkan kehendak tersebut, maka perlu diterapkan suatu model pengelolaan sekolah yang pada satu sisi memberikan keleluasaan pengelolaan sekolah kepada pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan di sisi lain memberikan peluang untuk turut serta kepada masyarakat. Model pengelolaan itu selanjutnya disebut dengan istilah "Manajemen Berbasis Sekolah " (School BasedManagement) disingkat MBS atau SBM.

Dalam implementasi MBS, khususnya di Sekolah Dasar (SD) tentunya tidak akan dapat berjalan dengan mulus apabila berbagai komponen yang terlibat di dalamnya tidak saling menunjang. Dengan demikian untuk memudahkan pihak sekolah terhadap berbagai kemungkinan dalam mengimplementasikan MBS, maka faktor-faktor yang bersifat menghambat maupun mendukung perlu dianalisis, yang kemudian dikenal dengan istilah analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threath) baik yang bersifat internal maupun eksternal. Namun demikian salah satu kunci sukses untuk mengimplementasikan MBS di tingkat SD, selain kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan juga tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebagaimana yang dikemukakan oleh N.A. Ametembun (1994 : 8) bahwa : Keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan MBS selain kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan secara tepat juga terletak pada tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan demikian jelas bahwa kedua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat penting. Selanjutnya secara khusus mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan untuk setiap daerah tentunya memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat kepedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan. Namun yang jelas bahwa faktor-faktor tersebut hanya dapat diatasi oleh satu cara yaitu melalui proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak sekolah.

Konsep pemberdayaan ini menunjukkan suatu keadaan yang ada dan telah dilakukan, namun perlu ditingkatkan secara lebih baik, termasuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan. Memang secara yuridis keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan telah ada, namun dalam konteks MBS hal tersebut perlu terus ditingkatkan mengingat kunci keberhasilan penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat. Penetapan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan tercantum dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 47 sebagai berikut : (1) Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. (2) Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan. Sesuai dengan ketentuan tersebut. maka masyarakat merupakan mitra pemerintah dalam usaha penyelenggaraan kegiatan pendidikan. baik sebagai badan maupun perorangan. Dengan usaha masyarakat ini diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat diwujudkan, sehingga dapat disetarakan dengan pendidikan negara maju lainnya. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan tersebut, maka penulis akan mencoba melakukan penelitian mengenai strategi pihak sekolah dalam memberdayakan masyarakat untuk menghadapi implementasi MBS, sehingga judul yang penulis tetapkan adalah : "Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang".

B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pemberdayaan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang? Adapun pokok-pokok masalah penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perencanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang? a. Rencana apa yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS? b. Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan pihak sekolah untuk membuat perencanaan tersebut? (Analsis berdasarkan SWOT) c. Bagaimana proses penyusunan perencanaan tersebut? d. Siapa saja yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan rencana tersebut? 2. Bagaimana pelaksanaan pihak sekoiah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang?

a. Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS? b. Hal-hal apa saja yang menjadi indikator keberhasilan dalam melaksanakan strategi tersebut? c. Faktor-faktor apa yang paling menentukan untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS? d. Bagaimana proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah dengan masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat akan lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS? 3. Bagaimanakah proses evaluasi yang akan dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang? a. Bagaimana bentuk evaluasi yang dipergunakan? b. Apa yang menjadi standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut? c. Alat apa yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi? d. Siapa saja yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi? 4. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi pihak sekolah untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang?

'. 8 a. Hal - hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan-dan ancaman untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka' menghadapi implementasi MBS? (Analisis SWOT) b. Darimana datangnya sumber permasalahan tersebut? c. Apa penyebab utamanya. sehingga hal tersebut dianggap sebagai permasalahan? 5. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan mcnganalisis pemberdayaan peranserta masyarakat oleh pihak sekolah dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang. Sesuai dengan tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memahami, mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalis hal-hal yang berhubungan dengan : 1. Perencanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang. a. Rencana yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS. b. Dasar pertimbangan yang dipergunakan pihak sekolah untuk membuat perencanaan tersebut (Analsis berdasarkan SWOT).

c. Proses penyusunan perencanaan tersebut. d. Pihak yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan rencana tersebut. 2. Pelaksanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang. a. Betuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS. b. Hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan dalam melaksanakan strategi tersebut. c. Faktor-faktor yang paling menentukan untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS. d. Proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah dengan masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat akan lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS. 3. Proses evaluasi yang akan dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang. a. Bentuk evaluasi yang dipergunakan. b. Standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut. c. Alat yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi. d. Pihak yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi.

r. >«4. Permasalahan-permasalahan yang mungkin dihadapi pihak sekolarj.uhtuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang. a. Hal - hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan dan ancaman untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS (Analisis SWOT). b. Sumber permasalahan tersebut. c. Penyebab utama permasalahan, sehingga dianggap sebagai permasalahan. 5. Upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat dirasakan sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah : 1. Segi Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan disiplin Ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam kajian bidang studi manajemen stratejik, kebijakan pendidikan, pengambilan keputusan, kepemimpinan pendidikan serta hubungan sekolah dengan masyarakat.

11 2. Segi Operasional a. Dengan diberlakukannya otonomi daerah menuntut pembenahan dan penataan sistem pendidikan nasional secara lebih baik, salah satunya dengan diterapkan model Manajemen Berbasis Sekolah. b. Kepala sekolah dan masyarakat merupakan dua unsur penentu utama keberhasilan penerapan MBS, sehingga perlu adanya pemberdayaan dari keduanya, terutama pemberdayaan peranserta masyarakat yang lebih berhasil. c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada pihak lembaga (SD) bahwa penerapan MBS menuntut adanya peranserta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan secara lebih baik. d. Hasil penelitian ini juga akan memberikan pengetahuan baru dan sebagai bahan kajian keilmuan administrasi pendidikan secara teoritik yang mungkin akan dapat dikembangkan secara lebih jauh lagi. e. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, khususnya mereka yang tertarik dengan bidang kajian mata kuliah yang berhubungan dengan aspek-aspek penelitian. E. Kerangka Penelitian Konsep kerangka dalam penelitian ini dipahami sebagai acuan berpikir secara konseptual yang digunakan untuk menghadapi subjek penelitian sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam

12 melaksanakan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (1996 : 33) bahwa : "Kerangka penelitian merupakan kumpulan dari cara berpikir penelitian yang positif. konsep atau proposisi yang berorientasi dari pemikiran dan penelitian". Sedangkan S. Nasution (1996 : 118) menyatakan bahwa : "Kerangka penelitian merupakan perangkat kepercayaan, nilai-nilai dari suatu pandangan tentang dunia sekitar". Berdasarkan kedua konsep tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut : Pengimplementasian otonomi daerah dalam segala bidang kehidupan masyarakat didasakan atas tiga perundang-undangan pokok, yaitu UU Nomor 22 Tahun 1999. UU Nomor 25 Tahun 1999 dan PP Nomor 25 Tahun 2000. Dampak yang akan dirasakan dengan adanya pengimplementasian otonomi daerah akan dirasakan dalam semua aspek kehidupan masyarakat. termasuk salah satunya dalam bidang pendidikan baik dampak yang bersifat positif maupun negatif. Berdasarkan dampak tersebut menuntut lembaga pendidikan. khususnya SD untuk dikelola dan ditata secara lebih baik, sehingga model yang cocok dikembangkan adalah Model Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) yang salah satu kunci kesuksesannya adalah adanya peranserta aktif dari masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Untuk mereahsasikan peranserta aktif masyarakat sebagai produsen dan konsumen pendidikan, maka diperlukan strategi pemberdayaan oleh pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) yang dituangkan dalam bentuk perencanaan, proses atau pelaksanaan dan output seiring dengan evaluasi,

13 sehingga peningkatan mutu, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan serta pemerataan pendidikan secara proporsional dapat diperoleh yang pada akhirnya akan memberikan masukan kembali (feed back) bagi peningkatan pemberdayaan peranserta masyarakat. Jika dilukiskan dalam bentuk pola, maka kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut: GAMBAR1.1 KERANGKA PENELITIAN F. Anggapan Dasar Suharsimi Arikunto (1992 : 65) mengemukakan bahwa : "Anggapan dasar atau postulat merupakan pokok pikir penelitian yang mengandung

14 kebenaran yang dipercaya oleh peneliti". Berdasarkan pendapat tersebut. maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai mana lerurai pada Modul Manajemen Berbasis Sekolah ( 2001123 ) : 1. Penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat memberikan dampak. baik positif maupun negatif terhadap semua bidang kehidupan masyarakat termasuk dalam pengelolaan pendidikan. 2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu model reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk pengelolaan pendidikan secara lebih baik, sehingga mutu pendidikan dapat lebih ditingkatkan. 3. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, selain diientukan oleh kecakapan kepala sekolah dalam mengambil keputusan juga ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam berperanserta mengclola pendidikan.