GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KEGIATAN POMP FILARIASIS PUSKESMAS KAWUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

SOP POMP FILARIASIS. Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul oleh kesehatan

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

1. BAB I PENDAHULUAN

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

Prevalensi pre_treatment

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

Juli Desember Abstract

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN MADANG SUKU III KABUPATEN OKU TIMUR TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rancangan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan


BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BOJONEGORO SKRIPSI

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

Transkripsi:

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN 11-15 Wilhelmus Olin,SF.,Apt.,M.Scˡ Mariana Hartini Dhema Deto² ABSTRAK Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis) yang selanjutnya disebut filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran kelenjar getah bening. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Ende menunjukan hingga tahun 15 tercatat 233 kasus filariasis dengan jumlah tertinggi terdapat di wilayah puskesmas welamosa kecamatan wewaria yaitu sebanyak 67 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian obat masal pencegahan kaki gajah di wilayah kerja Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende tahun 11-15. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah sampel 38 sampel.hasil penelitian menunjukanbahwa masyarakat yang minum obat masal pencegahan kaki gajah tahun 11 sebesar 51%, tahun 12 sebesar 52%, tahun 13 sebesar 56%, tahun 14 dan 15 masing-masing sebesar 62%. Masyarakat yang tidak minum obat lebih disebabkan karena tidak mendapat obat dan tidak mau minum obat. Warga yang mendapat obat namun tidak meminumnya lebih disebabkan tidak ada niat/kemauan untuk minum dibandingkan karena faktor efek samping obat/alergi sedangkan warga yang tidak mendapat obat lebih disebabkan karena tidak kemauan/keinginan untuk mengambil obat. Kata Kunci : Kaki gajah, Gambaran Minum Obat Pencegahan, Wewaria 1. PENDAHULUAN Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis) yang selanjutnya disebut filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran kelenjar getah bening (Anonim, 11). Indonesia merupakan daerah endemis berbagai macam penyakit infeksi terutama penyakit yang disebabkan oleh parasit salah satunya penyakit filariasis. Tahun 1 tercatat sebanyak 11.969 kasus kronis, sampai tahun 14 mengalami peningkatan sebesar 14.932 kasus (Anonim, 15). Sebaran kasus filariasis hampir merata diseluruh provinsi yang ada di Indonesia, bahkan di beberapa provinsi terdapat daerah yang mempunyai tingkat endemis cukup tinggi. Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi yang memiliki kasus filariasis tinggi dengan jumlah kasus pada tahun 15 sebesar 3.175 kasus. Provinsi NTT terdiri dari 22 kabupaten/kota dimana 18 kabupaten dinyatakan sebagai daerah endemis dan salah satunya Kabupaten Ende (Anonim, 15). Data Dinas kesehatan Kabupaten Ende tahun 15 menunjukan bahwa terdapat 233 orang yang menderita kaki gajah kronis yang tersebar di beberapa kecamatan. Secara umum sebaran penderita kaki gajah tertinggi di Kabupaten Ende terdapat di sepanjang pantai utara Flores meliputi Kecamatan Wewaria 43 penderita, Kecamatan Detusoko 38 penderita, Kecamatan Kota Baru 37 penderita, dan Kecamatan Maukaro 31 penderita, dengan kasus tertinggi berada di Kecamatan Wewaria. Kecamatan Wewaria mempunyai luas wilayah 157, 95 km 2 dimana sebagian besar terdiri atas hutan dan padang rumput. Batas wilayah Kecamatan Wewaria sebelah utara 497

berbatas dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Detusoko dan Kecamatan Ende, sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Maukaro (Anonim, 8). Peraturan daerah Kabupaten Ende tahun 11 membagi Kecamatan Wewaria sebagai daerah pengembangan untuk kegiatan pertambangan, perikanan, pertanian, peternakan dan industri sehingga menjadi potensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan sangat beresiko bagi penularan filariasis. Pemerintah pusat telah mencanangkan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) yang dilaksanakan setahun sekali selama lima tahun berturut- turut setiap bulan oktober (Anonim, 15). Program ini menjadi dasar untuk memutuskan rantai penularan dengan Pemberian Obat Masal pencegahan (POMP) filariasis pada masyarakat yang tinggal di daerah endemis filariasis (Anonim, 2). Program eliminasi kaki gajah telah dilaksanakan di kabupaten Ende. Sejak tahun 11 semua masyarakat di kabupaten Ende yang masuk dalam kategori daerah endemis kaki gajah melaksanakan program minum obat masal pencegahan filariasis yang diminum sekali setahun selama lima tahun berturut-turut dan sudah berlangsung selama lima tahun (Anonim,15). Untuk melihat sejauh mana keberhasilan dalam pelaksanaan pemberian obat masal pencegahan filariasis maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian seberapa persen masyarakat yang minum obat dan yang tidak minum obat pencegahan filariasis?, Apa penyebab masyarakat tidak minum obat pencegahan filariasis?, Apa tindak lanjut terhadap efek yang ditimbulkan setelah minum obat pencegahan filariasis? 2. METODE PENLITIAN A. Jenis penetian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional B. Populasi semua masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende. C. Sampel dan teknik sampel 1. Sampel Semua masyarakat di kecamatan Wewaria menggunakan rumus Slovin jumlah sampel sebanyak 391. 2. Teknik sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified. 3. Defenisi operasional a. Gambaran adalah pendeskripsian pemberian obat pencegahan kaki gajah di wilayah Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende tahun 11-15. b. Filariasis adalah suatu penyakit yang terjadi di wilayah Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende c. Karakteristik adalah data pasien yang telah diberi obat pencegahan dan diperoleh dari buku register filariasis di wilayah kerja puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende berdasarkan karakteristik inklusi penduduk yang bisa menbaca dan penduduk yang tinggal >5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Welamosa. 498

d. Prevalensi minum obat adalah jumlah masyarakat yang minum obat pencegahan filariasis di wilayah kerja Puskesmas Welamosa. e. Penyebab masyarakat tidak minum obat adalah alasan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Welamosa yang tidak minum obat. f. Tindak lanjut terhadap efek pasca minum obat adalah tindakan pengobatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap masyarakat di wilayah kerja puskesmas Welamosa yang mengalami efek pasca minum obat pencegahan filariasis. 4. Analisa Hasil Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk grafik dan dideskripsikan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persentase Minum Obat dan Tidak Minum Obat Program eliminasi filaria / kaki gajah merupakan program nasional pemberantasan kaki gajah di seluruh wilayah Indonesia dimana setiap warga umur 2-7 tahun yang berada di daerah dengan kategori endemis kaki gajah wajib minum obat masal pencegahan kaki gajah 1 tahun sekali selama 5 tahun berturut-turut kecuali bagi mereka yang sedang sakit, anak dibawah 2 tahun, ibu hamil atau ibu menyusui. Pembagian obat masal yang dilakukan di wilayah Puskesmas Welamosa dengan cara semua warga dikumpulkan di Balai Desa kemuadian baru dibagikan obat pencegahan kaki gajah yang terdiri dari Diethylcarbamazine citrate ( DEC) dan albendazole. Dalam pelaksanaannya sebagian masyarakat meminum obat namun sebagian tidak meminum obat. Data masyarakat yang minum obat dan yang tidak minum obat sebagaimana tampak pada diagram 1 berikut ini. 7 6 4 3 1 51 52 49 48 56 44 62 62 38 38 11 12 13 14 15 Minum Obat Tidak Minum Obat Diagram 1.Persentase Minum Obat dan Tidak Minum Obat Tahun 11-15 499

Data pada diagram 1 menunjukan bahwa persentase masyarakat yang minum obat masal pencegahan kaki gajah tahun 11 sebesar 51%, tahun 12 sebesar 52%, tahun 13 sebesar 56%, tahun 14 dan 15 masing-masing sebesar 62%. Data pada diagram 1 memberikan gambaran bahwa warga masyarakat di Kecamatan Wewaria yang tidak minum obat pencegahan masal kaki gajah masih sangat tinggi dan belum mencapai target minum obat baik yang dicanangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Ende mampun tingkat nasional yaitu minimal 85%. B. Alasan Masyarakat Tidak Minum Obat Masal Pencegahan Kaki Gajah Data pada diagram 1 diatas telah memberikan gambaran bahwa jumlah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Welamosa yang tidak minum obat pencegahan masal kaki gajah masih sangat tinggi (berkisar dari 38% -49%). Hasil wawancara dengan masyarakat di 8 Desa yang ada penderita kaki gajah memberikan gambaran bahwa secara umum warga masyarakat yang tidak minum obat juga ditemukan pada warga yang mendapat obat dan warga yang tidak dapat obat. Data alasan tidak minum obat seperti tertera pada diagram 2 berikut ini. 9 8 7 6 4 3 1 73 72 27 28 11 12 13 14 15 8 28 72 21 79 Dapat Tidak Minum Tidak Dapat Diagram 2. Persentase Alasan Masyarakat Tidak Minum Obat Data pada diagram 2 menunjukan bahwa persentase tertinggi alasan masyarakt tidak minum karena tidak dapat obat, namun hal menarik adalah warga yang telah mendapatkan obat sebagian juga tidak meminumnya. Data warga yang mendapat obat namun tidak meminumnya menunjukan bahwa dalam proses pembagian obat masyarakat hanya diberikan obat namun tidak meminum didepan petugas ataupun petugas menitipkan obat bagi anggota keluarga yang berhalangan hadir namun pada akhirnya warga yang mendapat titipan obat mengetahui mendapat obat namun dengan kesadaran tidak meminumnya karena alasan tertentu. C. Alasan Masyarakat Yang Mendapat Obat Namun Tidak Diminum Warga masyarakt di wilayah Puskesmas Welamosa yang mendapatkan obat pencegahan masal kaki gajah namun tidak meminumnya masih ditemukan dengan jumlah

yang berkisar % - 28%. Hasil wawancara terhadap masyarakat yang mendapat obat pencegahan namun tidak meminumnya secara umun lebih disebabkan oleh takut efek samping dan tidak ada kemauan untuk minum, sebagaimana tergambar pada data diagram 3 8 6 4 58 42 65 35 36 64 42 58 11 12 13 14 15 Takut Efek Samping Tidak Ada Kemauan Untuk Minum Diagram 3. Persentase Alasan Dapat Obat Tetapi Tidak Minum Data pada diagram 3 memperlihatkan bahwa tahun 11 dan 12 warga yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya lebih banyak disebabkan karena takut efek samping yang timbul yaitu tahun 11 sebesar 58%, 12 65% dibandingkan karena kemauan yang rendah dari warga dengan persentase tahun 11 sebesar 42%, 12 sebesar 35%, hal sebaliknya terjadi pada tahun 13 dan 14 dimana warga yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya lebih banyak disebabkan karena tidak ada kemauan dengan persentase tahun 13 sebesar 64%, 14 sebesar 58%, dibandingkan karena takut efek samping dengan persentase tahun 13 sebesar 36%, 14 sebesar 42%, sedangkan data tahun 15 menunjukan bahwa warga yang mendapat obat dan tidak meminum karena takut efek samping dan tidak ada kemauan adalah sama banyak yaitu %. D. Alasan Masyarakat Tidak Mendapat Obat Masal Pencegahan Masal Kaki Gajah Warga masyarakat di wilayah Puskesmas Welamosa Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende yang tidak meminum obat karena tidak mendapat obat masih sangat tinggi. Banyak faktor penyebab masyarakat tidak meminum obat misalkan sedang menjalani pendidikan di luar wilayah tempat tinggal, masyarakat yang mobilitasnya tinggi, karena faktor kesehatan yang mengharuskan untuk tidak meminum obat pencegahan kaki gajah dan sebagainya. Hasil wawancara terhadap mmasyarakat di wilayah puskesmas welamosa terpetakan beberapa alasan dominan sebagaimana tergambar pada data diagram 4 berikut ini 1

1 9 8 7 6 4 3 1 92 93 92 93 91 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3 4 1 3 2 3 11 12 13 14 15 Tidak Ambil Obat Belum Pas Umur Ibu Hamil Ibu Menyusui Sakit Diagram 4. Persentase Alasan Masyarakat yang Tidak Dapat Obat Data pada diagram 4 diatas menunjukan bahwa masyarakat yang tidak mendapat obat karena dengan kesadaran tidak ingin pergi ke tempat pembagian obat untuk mengambil obat lebih tinggi persentasenya yaitu pada tahun 11 sebesar 92%, 12 sebesar 93%, 13 sebesar 92%, 14 sebesar 93%, 15 sebesar 91%, Faktor lain merupakan pengecualian seperti belum pas umur pada tahun 11 sebesar 3%, 12 sebesar 2%, 13 dan 15 sebesar 1%,13 %, ibu hamil pada tahun 11 dan 12 sebesar 1%, 13 sebesar 2%, 14 %, 15 sebesar 3%, ibu menyusui pada tahun 11, 12, 13 15 sebesar 2%, 14 sebesar 3%, sedang sakit pada tahun 11, 12 sebesar 2%, 13, 15 sebesar 3%, 14 sebesar 4%. Tingginya jumlah warga masyarakat yang tidak megambil obat pencegahan kaki gajah menunjukan bahwa kesadaran masyarakat dalam upaya mencegah penyakit kaki gajah masih sangat rendah, begitupun dengan advokasi dari pemerintahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau mencegah penularan kaki gajah tidak berjalan baik E. Tindak Lanjut Terhadap Efek Yang Ditimbul Setelah Masyarakat Minum Obat Masal Kaki Gajah Warga masyarakat di Wilayah Puskesmas Welamosa yang meminum obat pencegahan masal kaki gajah secara umum mempunyai efek samping seperti mual muntah, demam, sakit kepala, nyeri ulu hati, alergi, nafsu makan menurun, lemas, mengantuk namun sebagian besar tidak tidak merasakan efek ikutan setelah minum obat. Hasil wawancara masyarakat di wilayah Puskesmas Welamosa, data efek samping sebagaimana tergambar pada data diagram 4 berikut ini 2

3 25 25 21 15 13 1 5 8 6 Efek Samping 5 3 2 Tindak Lanjut Terhadap Efek Samping Sakit Kepala Demam Tidak Ada Efek Mual Muntah Mengantuk Lemas Alergi Nafsu Makan Menurun Nyeri Ulu Hati Grafik 5. Persentase Tindak Lanjut Terhadap Efek yang Timbul Setelah Minum Obat. Data pada diagram 5 diatas menunjukan masyarakat yang mengalami efek samping sakit kepala 25%, demam 21%, Tidak ada efek %, mual muntah 13%, mengantuk 8%, lemas 6%, alergi 5%, nafsu makan menurun 3%, nyeri ulu hati 2%. Efek samping ini secara umum tidak ada tindak lanjut dari petugas penanganan pasca pengobatan dikarenakan dokter dan tenaga kesehatan setelah selesai pembagian obat langsung kembali ke Puskesmas induk yang berada di Desa Welamosa. 4. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Jumlah penderita kaki gajah terkoreksi di Kecamatan Wewaria sebanyak 67 orang 2. Persentase masyarakat yang minum obat masal pencegahan kaki gajah tahun 11 sebesar 51%, tahun 12 sebesar 52%, tahun 13 sebesar 56%, tahun 14 dan 15 masing-masing sebesar 62%. 3. Persentase tertinggi alasan masyarakt tidak minum obat lebih besar karena tidak dapat obat dibandingkan mendapatkan obat namun tidak meminumnya 4. Masyarakat yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya disebabkan karena takut efek samping yang timbul/yang dirasakan serta karena kemauan yang rendah dari warga 5. Masyarakat yang tidak mendapat obat lebih dominan karena alasan tidak ingin pergi ke tempat pembagian obat untuk mengambil obat. B. Saran 1. Diharapkan adanya dokumen yang baik di tingkat Puskesmas 3

2. Perbaiki sistim advokasi kepada masyarakat untuk meningkat kesadaran meminum obat pencegahan masal kaki gajah. 5. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 11. WHO, Transmission Assesment Survey In The Global Program Elimenate Lymphatic Filariasis. http://www.who.int/intity/neglected_ /preventive chemotherapy/newsletter14 En.pdf. (6 April 16) ----------, 15. Menuju Eliminasi Filariasis. Infodating Filariasis. 2-5. Kemenkes RI, Jakarta ----------, 8. Wewaria Geografi dan Sosial pdf. Dinas Kabupaten Ende. Diambil pada tanggal 6 April 16 Depkes RI. 2. Pedoman Pemberantasan Filariasis. Direktorat Jendral PPMPL Direktorat P2B2 Subdit Filariasis dan Schistosomiasis, Jakarta ----------, 9. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Ditjen P2 & PL Depkes RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. 15, Data Kasus Filariaisi. Ende: Dinkes Kabupaten Ende. Elytha, F., 14, Transmission Assessment Survey Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminaasi Filariasis, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma (8 April 16) Inge Sutanto, dkk, 9, Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit UI, Jakarta. Irianto, Koes. 13. Parasitologi Medis. Cetakan I. 26-291. Bandung: Alfa Beta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 14. Penanggulangan Filariaisi Nomor 94. Jakarta. Madu, Aleksius. 15. Statistika Kesehatan. Jurusan Analis Kesehatan. 17-26. Kupang Padila. 13. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medita : Yogyakarta Peraturan Daerah Kabupaten Ende. 11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ende Tahun 11 31. Ende Pius, R. 15. Ende Daerah Endemis Penyakit Filariaisi, Pos Kupang,http://poskupang.com, 6 April 16 Zulkoni, AKhsin. 11. Parasitologi. Cetakan I. 55-6. Yogyakarta: Nuha Medika. 4