BAB I PENDAHULUAN. masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang

2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan dan mampu bersaing dengan bangsa lain, namun mengelola dan

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) pembelajaran PKn

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULIAN. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di. bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Segai sebuah proses sengaja maka pendidikan harus dievaluasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. dan interaksi antara siswa dengan siswa. Pendidikan adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi. muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu materi yang dianggap penting. Bahkan di Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu mata pelajaran yang di pelajari di sekolah dasar adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan SMK di Indonesia. Karena

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar mencoret-coret buku, bahkan ada yang selalu memandang keluar pintur.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bersifat normatif yaitu bersumber pada tugas-tugas perkembangan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang maupun dimasa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu, untuk membentuk kepribadian individu yang cakap dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antar bangsa yang semakin ketat maka bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis. Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani ( civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu atau mata pelajaran di persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah, yaitu masyarakat yang kita cita-citakan adalah masyarakat teknologi, masyarakat terbuka, dan masyarakat madani. Masyarakat teknologi adalah suatu masyarakat yang bukan hanya melek teknologi, tetapi mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan terutama teknologi komunikasi, agar kita dapat berpartisipasi dalam pembangunan global, masyarakat terbuka yaitu masyarakat yang mampu menyumbangkan kemampuannya dan mampu berkreasi untuk peningkatan mutu kehidupan masyarakat dan bangsanya, sedangkan masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan lainnya, yang mengakui hak-hak manusia yang menghormati prestasi dari para anggota sesuai dengan kemampuan yang 1

2 dapat ditunjukkan bagi masyarakatnya, serta memegang teguh etika pergaulan (HAR Tilaar, 1998). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) peranannya sangat besar dalam kehidupan di masyarakat, karena merupakan pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hidup rukun, untuk menjadi warga negara yang cerdas, trampil, dan berkarakter, sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Selain itu agar siswa memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi. Mengingat pentingnya peran guru dalam upaya peningkatan pendidikan di SD, maka seharusnya kemampuan guru secara terus menerus harus ditingkatkan pengetahuannya yang bersifat akademis, dan kemampuan khususnya yang berkaitan dengan bidang tugasnya, serta kemampuan profesional untuk mengadakan evaluasi, sehingga mereka mampu mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh siswanya, oleh karena itu evalusi hasil belajar siwa dilakukan oleh guru untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Undang-Undang SPN No. 22 Tahun 2003). Untuk memenuhi hal tersebut guru dituntut mampu mengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa mau belajar, hal ini perlu dilaksanakan karena dalam

3 proses pembelajaran masih ada sebagian guru menyampaikan konsep pembelajaran PKn secara verbal, sehingga kurang antusias dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses motivasi kepada peserta didik karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Menurut Howard, 1968 dalam Mulyasa (2005: 174) setiap guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru, sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal. Karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga peserta didik mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya. Beberapa prinsip yang diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebagai berikut: 1. Peserta didik akan lebih giat belajar apabila topik yang dipelajarinya menarik. 2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peseta didik.

4 3. Peserta didik selalu diberitahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya. 4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. 5. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu dan ambisi peserta didik. 6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik. 7. Usahakan untuk menemukan kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman serta mengarahkan pengalaman belajar ke arah keberhasilan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa pada saat penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran PKn di Kelas I Semester 1 (satu) Tahun Ajaran 2012/2013 di SD Jatiroto 03 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, hasil motivasi pada pembelajaran PKn dengan materi pokok Hidup Rukun di Rumah dan di Sekolah menunjukkan masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih banyak yang kurang termotivasi pada materi tentang hidup rukun di rumah dan di sekolah. Untuk itu penulis mengadakan perubahan strategi pembelajaran dan mencari permasalahan jalan keluar melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Ada kalanya proses tersebut berhasil dan terkadang mengalami kegagalan dan faktor penyebab kegagalan PTK dari berbagai macam, baik dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar diri siswa (eksternal).

5 Faktor-faktor dari dalam diri siswa dapat berupa keadaan atau kondisi fisik atau keterbatasan daya alat indera kelelahan, kondisi kesehatan maupun psikologis yang menyangkut sikap, intelegensi dan pengetahuan. Sedangkan faktor-faktor dari luar diri siswa seperti guru menyampaikan materi kurang menarik, terbatasnya guru kurang memotivasi siswa untuk bertanya, guru hanya menggunakan alat peraga gambar yang tidak berwarna, guru kurang membimbing siswa dalam mengerjakan tugas. Dengan mengatasi hambatan-hambatan selama proses PTK dan agar pembelajaran berlangsung secara efekif maka peneliti menggunakan metode simulasi dan teknik pengungkapan nilai (VCT) untuk materi hidup rukun di rumah dan di sekolah diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa metode simulasi dan VCT dalam kegiatan belajar dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. VCT (Value Clarification Technique), adalah model pembelajaran yang dianggap paling unggul diterapkan dalam PKn, karena mampu membina dan mempribadikan nilai moral (personalisasi), mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi peran nilai moral yang disampaikan, mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata, mampu mengundang, melibatkan, membina, dan mengembangkan potensi diri siswa terutama potensi efektualnya, mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi, dan menyubversi berbagai nilai moral naif yang ada dalam sistem nilai yang

6 ada dalam diri seseorang, menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi. A. Kosasih Djahiri, 1985 ( dalam Udin S, 2007: 5.45). Sedangkan dalam proses pembelajaran PKn di SD penggunaan model pembelajaran bermain peran juga sangat penting dan strategis, karena menurut Udin Saripudin, 2007: 91, menyatakan bahwa bermain peran atau role playing berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara dan bertindak), seperti peran yang dimainkannya. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaskan bahwa dalam bermain peran terdapat situasi tiruan atau buatan, seperti simulasi, hal ini dinyatakan oleh Robert Gilstrap yang memasukkan bermain peran sebagai bagian dari simulasi karena dalam simulasi juga ada bermain peran. Untuk mencapai pembelajaran yang aktif dan dapat menjadikan proses pembelajaran lebih variatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SD yang sesuai dengan perkembangannya, maka guru perlu melakukan berbagai upaya mulai dari menyusun Rencana Pembelajaran (RP), penggunaan metode yang relevan, alat peraga, melaksanakan penilaian, dan umpan balik. Dalam perbaikan pembelajaran dilakukan 2 (dua) siklus, menggunakan model pembelajaran teknik pengungkapan nilai (VCT), dan metode simulasi tentang Rukun di Rumah dan di Sekolah kelas I semester 1 (satu) di SD Negeri Jatiroto 03 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, mengalami peningkatan yang semula dari 21 siswa hanya 67% siswa

7 yang termotivasi meningkat menjadi 80%. Maka peneliti ingin mengadakan penelitian di dalam kelas pada siswa kelas 1 semester 1 SD Jatiroto 03 dengan judul Upaya Peningkatan Motivasi Belajar PKn Materi Hidup Rukun Melalui Model Pembelajaran VCT dan Metode Simulasi Pada Siswa Kelas 1 Semester I SDN Jatiroto 03 Kayen Pati Tahun Ajaran 2012 / 2013. B. Pembatasan Masalah Dari hasil yang dicapai siswa, peneliti menemukan berbagai masalah yang menjadi penyebab: 1. Penyampaian materi kurang menarik karena tidak menggunakan alat peraga dan model pembelajaran yang tepat. 2. Siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran karena tidak ada motivasi dari guru. Masalah yang ada bisa dianalisis dan menjadi penyebabnya : 1. Kurang alat peraga. 2. Belum menggunakan model pembelajaran yang tepat. 3. Suasana dalam pembelajaran kurang menyenangkan. 4. Kurang motivasi C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah di atas yang dihadapi guru kelas I SDN Jatiroto 03 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, tentang materi hidup rukun maka rumusan masalahnya adalah :

8 Apakah dengan model pembelajaran VCT dan metode simulasi dapat meningkatkan motivasi belajar PKn materi hidup rukun siswa kelas I SDN Jatiroto 03 Kayen - Pati. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan motivasi belajar PKn tentang materi rukun di rumah dan di sekolah. b. Melatih siswa membangkitkan motivasi belajar PKn untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Tujuan Khusus Melalui model pembelajaran VCT dan metode simulasi diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar PKn hidup rukun pada siswa. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran PKn di kelas I SD, adalah memperbaiki praktek pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar siswa, sehingga kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki, dengan demikian ada hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa, dapat disusun sebagai berikut : a. Meningkatkan motivasi belajar PKn. b. Mendidik siswa aktif berpikir dan berani mengemukakan pendapat.

9 c. Mendidik siswa bersikap lebih kritis terhadap hasil belajarnya. d. Menambah pengetahuan dan keterampilan siswa. 2. Bagi Guru Dalam proses pembelajaran PKn di kelas I SD, dukungan dari semua personil di sekolah dapat menciptakan kondisi iklim yang sejuk, baik dan melembaga, iklim yang terbuka memberikan kebebasan guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling mempercayai diantara personil di sekolah, dan saling percaya antara guru dan siswa, dapat disusun sebagai berikut: a. Dapat memperbaiki model dan metode pembelajaran guru menjadi lebih baik sebelumnya. b. Meningkatkan profesionalisme guru. c. Menjadikan guru lebih percaya diri. d. Menjadikan guru lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. 3. Bagi Sekolah/Lembaga Sekolah Hargreaves (dalam Hopkins, 1993: 218), mengargumentasikan sekolah yang mampu mendorong terjadinya inovasi pada diri para guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa, betapa eratnya hubungan perkembangan sekolah dengan perkembangan kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang atau hanya sedikit sekali berkembang tanpa berkembangnya kemampuan

10 guru, demikian pula sebaliknya guru tidak akan berkembang tanpa perkembangan sekolah, dapat disusun sebagai berikut : a. Menjadi inspirasi sekolah untuk mengembangkan sekolahnya dengan menghasilkan siswa-siswa yang lebih kreatif dan cerdas. b. Menciptakan iklim pendidikan di sekolah yang lebih kondusif. c. Memberikan kesempatan besar bagi sekolah untuk melakukan perubahan model, metode pembelajaran secara keseluruhan.