BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan abnormal. Persalinan abnormal mengindikasikan adanya faktor komplikasi yang terjadi pada saat persalinan. Terjadinya persalinan abnormal berhubungan dengan berbagai faktor risiko yang dimiliki oleh ibu hamil yang disebut sebagai faktor risiko determinan. Adapun faktor-faktor risiko determinan tersebut dapat meliputi faktor-faktor risiko obstetrik dan penyakit sistemik sebagai underlying disease. 1 Persalinan abnormal dimaksudkan adalah kasus ibu yang melahirkan bukan secara spontan pervaginam, melainkan dengan tindakan ekstraksi vakum, ekstraksi forsep dan seksio sesarea sesuai dengan indikasi. 1 Diagnosis adanya hambatan atau berhentinya kemajuan persalinan pada fase aktif lebih mudah ditegakkan dan umumnya disebabkan oleh faktor 3 P yaitu : Power,Passage,Passanger. Pada komponen Power, frekuensi kontraksi uterus mungkin memadai namun intensitas nya tidak memadai. Adanya gangguan hantaran saraf untuk terjadinya kontraksi uterus misalnya adanya jaringan parut pada bekas sectio caesar, miomektomi atau gangguan hantaran saraf lain dapat menyebabkan kontraksi uterus berlangsung secara tidak efektif. Apapun penyebabnya, gangguan Ini akan menyebabkan kelainan kemajuan dilatasi dan pendataran sehingga keadaan ini seringkali disebut sebagai Distosia Fungsionalis.
Passage ( atau kapasitas panggul ), kelainan pada kapasitas panggul (kelainan bentuk, luas pelvik ) dapat menyebabkan persalinan abnormal. Baik janin maupun kapasitas panggul dapat menyebabkan persalinan abnormal akibat adanya obstruksi mekanis sehingga seringkali dinamakan dengan Distosia Mekanis. Harus pula diingat bahwa selain tulang panggul, organ sekitar jalan lahir dapat pula menyebabkan hambatan persalinan (soft tissue dystocia akibat vesica urinaria atau rektum yang penuh ) Passanger (janin), kelainan besar dan bentuk janin serta kelainan letak, presentasi dan posisi janin dapat menyebabkan hambatan kemajuan persalinan. Semakin meningkatnya angka kejadian seksio sesarea dan ekstraksi vakum, terlepas dari indikasi klinis, kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko sosial yang dimiliki oleh ibu hamil. Data pada tahun 2009 menunjukkan bahwa persalinan spontan pervaginam di RSUP. H. Adam Malik Medan sebanyak 42,7 % dan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan angka kejadian persalinan spontan pervaginam adalah sebesar 37,8%. Di Indonesia, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya tercermin pada tingkat morbiditas dan mortalitas maternal. Tingkat mortalitas maternal di negara-negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berkaitan dengan proses persalinan. 2 Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tahun 1995 masih tinggi dibandingkan negara-negara di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 Kelahiran hidup, tahun 2002 menurun menjadi 307 per 100.000 Kelahiran hidup. (SDKI 2002). Sedangkan angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi dibandingkan international. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Survei Demografi dan sosial Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 yang menunjukkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. 3 Sementara target AKI untuk Millenium Development Goal (MDG) tahun 2015 yang ditetapkan World Health Organization (WHO) sebesar 102 per 100.000 Kelahiran hidup. 4 Selain itu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 dilaporkan dari seluruh persalinan, sebanyak 64% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 31%, perdarahan berlebihan sebesar 7%, dan infeksi sebesar 5%. Pada ibu yang melahirkan melalui seksio sesarea lebih cenderung dilaporkan mempunyai komplikasi sebesar 59%. Sebagian besar merupakan persalinan lama (42%). Untuk bayi yang meninggal dalam satu bulan setelah dilahirkan, mengalami proses persalinan dengan komplikasi. Sebanyak 39% dilaporkan karena persalinan lama, perdarahan berlebihan sebanyak 12% dan infeksi sebanyak 10%. (Depkes, 2007) 3 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan tindakan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD.Dr.Pirngadi Medan.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh faktor faktor risiko yang dimiliki ibu hamil terhadap terjadinya persalinan dengan tindakan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD.Dr.Pirngadi Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah faktor risiko obstetrik determinan power atau his, mempengaruhi terjadinya persalinan dengan tindakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui apakah faktor risiko obstetrik determinan passage atau kapasitas panggul, mempengaruhi terjadinya persalinan dengan tindakan di RSUP. H. Adam Malik Medan 3. Untuk mengetahui apakah faktor risiko obstetrik determinan passanger (janin), mempengaruhi terjadinya persalinan dengan tindakan di RSUP. H. Adam Malik Medan 4. Untuk mengetahui apakah faktor risiko determinan yang meliputi faktor risiko penyakit sistemik ibu, mempengaruhi terjadinya persalinan dengan tindakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memprediksi terjadinya persalinan dengan tindakan berdasarkan faktor-faktor risiko determinan
yang dimiliki oleh ibu yang meliputi faktor risiko obstetrik dan faktor risiko penyakit sistemik yang menyertai ibu dalam persalinan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk meningkatkan upaya promotif dalam asuhan antenatal (ANC). 3. Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar bagi penelitian lebih lanjut.