BAB II KAJIAN TEORI. keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPSI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEGIATAN BINA KELUARGA BALITA DI BKB LAMAHU DESA LONUO KECAMATAN TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO.

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa negara kita sedang

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM PENGINTEGRASIAN BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK - INTEGRATIF KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd

B A B I P E N D A H U L U A N

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisri Fitriani Afina Meiti Eka Isdhiyanti, 2014

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN INSTITUSI MASYARAKAT BIDANG KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN/ DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. PAUD terintegrasi BKB adalah program layanan pendidikan bagi anak usia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

PENYELENGGARAAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF. Oleh : Dr. Sri Sutarsi, M.Si

PEMERINTAH KOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETERPADUAN BKB-POSYANDU-PAUD (SEBUAH PENGALAMAN DARI KULON PROGO)

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan

._-" 'x'- '\~ ~ -.'\:.:,;.'.".;,~p,.. ",:,..;...:t;1l. -91.:'l;1. !JI~ f!i'~plj~ ~ wkkta~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Manjilala

2015 PENYELENGGARAAN PROGRAM PAUD HOLISTIK INTEGRATIF MELALUI KEMITRAAN DALAM MENINGKATKAN ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

WALIKOTA TASIKMALAYA

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

OLEH : NINING SRININGSIH, M.PD NIP

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2010

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Program Bina Keluarga Balita (BKB) 2.1.1 Pengertian BKB Bina Keluarga Balita adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota keluarga lainnya tentang bagaimana mendidik dan mengasuh anak balitanya serta bagaimana memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. (BKKBN,2001:5-6) Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada ditingkat RW. (Burankara,2012:2) Kegiatan Bina Keluarga balita (BKB) lahir diprakarsa Menteri Negara Peranan Wanita, merupakan salah satu upaya yang berkontribusi dalam pemberdayaan orang tua (ayah dan Ibu) sebagai pendidik pertama dan utama dari generasi penerus bangsa dalam rangka mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Program kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya peningkatan peranan dan kemampuan orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk memberikan stimulasi dini dalam berbagai aspek tumbuh kembang anak balita melalui rangsangan fisik, mental, intelektual dan spiritual, sosial emosional, serta

moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara orang tua dan anak.(bkkbn,2001:2) Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Bina Keluarga balita merupakan program yang sangat penting bagi orang tua, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh, mendidik serta memantau semua perkembangan dan pertumbuhan anak balita sesuai dengan usianya. 2.1.2 Tujuan Program Bina Keluarga Balita (BKB) Dalam program BKB dapat dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik, mental dan sosial dan pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi anak, misalnya di Posyandu. b. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia. Dalam BKKBN (2003:2-3) kegiatan BKB mempunyai dua tujuan yaitu sebagai berikut : 1. Umum, Memberdayakan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. 2. Khusus, (1) Meningkatkan pengetahuan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya tentang tumbuh kembang balita melalui kegiatan rangsangan

fisik, mental, intelektual dan spiritual, sosial, emosional serta moral (2) Meningkatkan sikap dan perilaku orang tua (ayah dan ibu) dan anggota kelurga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak (3) Meningkatkan keterampilan orang tua (ayah dan ibu) dan anggota kelurga lainnya dalam pengasuhan anak (4) Meningkatkan kesadaran perhatian dan keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat yang ada dalam lingkungan untuk membina tumbuh kembang anak (5) Melembagakan kegiatan BKB dalam lingkungan keluarga dan masyarakat luas. (BKKBN,2003:2-3). 2.1.3 Manfaat Program Bina Keluarga Balita (BKB) Program kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) mempunyai manfaat bagi orang tua maupun anak, berikut manfaat BKB adalah : a. Bagi orang tua Orang tua akan menjadi : (a) Pandai mengurus dan merawat anak, serta pandai membagi waktu dan mengasuh anak (b) Lebih luas wawasan dan pengetahuannya tentang pola asuh anak (c) Meningkat keterampilannya dalam hal mengasuh dan mendidik balita (d) Lebih baik dalam pembinaan anaknya (e) Lebih dapat mencurahkan perhatian pada anaknya sehingga tercipta ikatan bathin yang kuat antara anak dan orang tua (f) Akhirnya akan tercipta keluarga yang berkualitas. b. Bagi anak Anak akan tumbuh dan berkembang sebagai anak yang : (a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (b) Berkepribadian luhur (c) Tumbuh dan berkembang

secara optimal, cerdas, trampil dan sehat (d) Memiliki dasar kepribadian yang kuat, guna perkembangan selanjutnya.(bkkbn,2009:4) 2.1.4 Ciri-Ciri Program Bina Keluarga Balita (BKB) Program kegiatan BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai berikut: (1) Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga lainnya yang memiliki balita (2) Membina tumbuh kembang anak (3) Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif (APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh kembang anak (4) Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik fisik maupun mental (5) Tidak langsung ditujukan kepada balita (6) Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya agar dapat mendidik dan mendidik balitanya. (Sipayung, 2012: 2) 2.1.5 Ruang Lingkup Kegiatan Bina Keluarga balita (BKB) 1. Sasaran a. Langsung, adalah orang tua yang mempunyai anak balita 0-6 tahun dan ibu hamil. b. Tidak langsung, (a) seluruh keluarga dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama balita (b) institusi masyarakat, LSM, organisasi profesi, sektor swasta, pengelola dan pelaksana gerakan bina keluarga balita, kelompok dasa wisma, dan kelompok masyarakat lainnya yang ada. 2. Jangkauan Kelompok BKB di Desa/Kelurahan, RW/Dusun, di seluruh Indonesia. (BKKBN,2003:3)

2.2 Pengelolaan Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) 2.2.1 Pengertian Pengelola Pengelola dalam kamus bahasa Indonesia (Asmani,M.Jamal.2009:173) adalah orang yang mengelola, sedangkan kata mengelola adalah (1) mengendalikan, menyelenggarakan, (2) menjalankan, mengurus. Pengelolaan diambil dari bahasa Inggris yaitu management yang diartikan pengelolaan atau manajemen. Winarno (dalam Sudiyono,dkk.2005:5) mengatakan pengelolaan adalah substansi dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari menyusun data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya, bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya. Pidarta (dalam Sudiyono,dkk.2005:5) mengemukakan bahwa manajemen mengandung pengertian mengelola. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan mengandung pengertian sama dengan manajemen. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelola adalah orang yang bertanggung jawab secara keseluruhan dalam menyelenggarakan ataupun mengurus suatu lembaga pendidikan sehingga lembaga tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai dengan peran dan tugasnya sebagai pengelola lembaga tersebut.

2.2.2 Peran Penting Pengelola Bina Keluarga Balita Pengelola bina keluarga balita adalah sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pada anak balita untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, dan mengingat pentingnya kegiatan bina keluarga balita, maka penyelenggaraan bina keluarga balita harus dikelola semaksimal mungkin. Sumberdaya/komponen yang harus dikelola dalam penyelenggaraan kegiatan bina keluarga balita seperti disebutkan di atas meliputi program kegiatan bina keluarga balita, anak balita, kader, sarana prasarana, keuangan dan humas. Mulai proses penerimaan anak balita, penyiapan sarana prasarana indoor dan outdoor, proses kegiatan, pencatatan nilai, kelancaran pembayaran sekolah, rektruitmen kader, kesejahteraan kader sampai kegiatan mempromosikan bina keluarga balita harus dikelola dengan baik. (Suyanto, 2003:11) 2.2.3 Pengelolaan Pendidikan Bina Keluarga Balita Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional, beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi: 1. Perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah. 2. Pelaksanaan rencana kerja, yaitu tersedianya pedoman sekolah berupa struktur organisisi sekolah, pelaksanaan kegiatan, bidang kesiswaan,

bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan, budaya dan peran serta masyarakat dan kemitraan. 3. Pengawasan dan evaluasi meliputi program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah.(ernawati,2010:101) Made Pidarta menyebutkan bahwa dalam pendidikan, manajemen sering diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan yang ditentukan sebelumnya. Dikatakan juga oleh Aswarni Sudjud (dalam Suyanto, 2003:5) bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan pendidikan didefinisikan menjadi tiga kegiatan yaitu : 1. Perencanaan penyelenggaraan pendidikan (termasuk didalamnya perumusan tujuan ) 2. Pengaturan (mengorganisasikan, mengkoordinasikan dsb) 3. Pengawasan pelaksanaan rencana penyelenggaran pendidikan Dijelaskan oleh Aswarni Sudjud (Suyanto, 2003:5) bahwa perencanaan merupakan kegiatan menentukan apa-apa yang akan dicapai (tujuan khusus atau sasaran) dan apa-apa yang akan diadakan dan dikerjakan. Pengaturan/ pelaksanaan ( bukan cuma pengorganisasian dalam arti menyusun organisasi) merupakan kegiatan mengatur pelaksanaan apa-apa yang telah direncanakan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan. Pengawasan/evaluasi merupakan kegiatan mengecek, mengukur,

menilai dan sekaligus memperbaiki dan menyempurnakan upaya pendayagunaan sumber-sumber tadi agar efektif dan efisien. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sering disebut fungsi manajemen. Menurut Terry (Suyanto,2003:6) dalam buku yang berjudul Principles of Management, beliau mengungkapkan bahwa ada empat fungsi manajemen yang sering disingkat dengan POAC yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakkan), dan controlling (pengawasan). Sedangkan Shrode dan Voich Jr. (Suyanto, 2003:6) menamakan fungsi manajemen adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam menata dan mengelola suatu lembaga perlu adanya planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), juga adanya controlling (pengendalian) yang kemudian disingkat dengan POAC. Tanpa adanya pengendalian, maka jalannya organisasi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.(asmani,2009:94) Aspek-aspek dalam pengelolaan Bina Keluarga Balita meliputi: 1. Peserta didik Untuk anak usia 0-2 tahun stimulasi dilakukan oleh orangtua dengan dibimbing oleh kader. Kegiatan ini disebut pengasuhan bersama. Untuk anak usia 2-6 tahun stimulasi dilakukan oleh kader. Orangtua diminta menyaksikan. Mereka dikelompokkan menurut sederhananya: Bermain bersama anak. 2. Pendidik Pendidik BKB dapat disebut dengan Kader atau sebutan lain sesuai kebiasaan setempat. Seorang kader minimal lulusan SLTA atau sederajat, menyayangi

anak kecil, dan memiliki waktu untuk melaksanakan tugasnya. Kader memiliki tugas dari penyiapan administrasi kelompok, menyiapkan rencana kegiatan anak, menyambut anak dan orang tua, dan memandu anak-anak dalam kegiatan pembukaan. 3. Pengelola Seorang pengelola BKB dipilih dari masyarakat setempat. Pengelola BKB minimal terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Pengelola boleh merangkap sebagai kader. (Ernawati,2010:102) 2.2.4 Mekanisme Pengelolaan Bina Keluarga Balita (BKB) Mekanisme pengelolaan BKB terdapat beberapa tahapan (BKKBN,2003:9) yaitu antara lain : 1. Pengorganisasian 1) Koordinasi Tingkat Pusat a) Koordinasi dan penanggung jawab umum dan kebijakan di tingkat pusat adalah Kementrian Pemeberdayaan perempuan. b) Kepala BKKBN sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional. c) Susunan kelompok kerja BKB tingkat pusat d) Fungsi Pokja BKB Pusat Menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut : (a) Menyusun konsep kebijaksanaan dalam pelaksanaan gerakan BKB (b) Merencanakan pengembangan gerakan BKB (c) Melaksanakan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi (d) Mengevaluasi perkembangan kegiatan kelompok BKB 6 bulan sekali (e) Membahas

dan memberikan umpan balik atas laporan semester BKB (f) Mengembangkan advokasi BKB (g) Memberikan usulan pengkayaan/inovasi bagi pengembangan BKB (BKKBN.2003:10) 2) Koordinasi Tingkat Daerah Penanggung jawab umum gerakan BKB di daerah adalah pimpinan wilayah setempat. Susunan keanggotaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah. Untuk melaksanakan pengelolaan gerakan BKB dibentuk pokja disetiap tingkatan wilayah dengan susunan keanggotaannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masingmasing daerah. 3) Koordinasi Tingkat Kabupaten/Kotamadya (a) Bupati/Walikota penanggung jawab umum (b) Kepala BKKBN Dati II sebagai penanggung jawab operasional (c) Susunan kelompok kerja BKB Dati II disesuaikan dengan kebutuhan wilayah 4) Koordinasi Tingkat kecamatan (a) Camat adalah penanggung jawab umum pelaksanaan gerakan BKB (b) Dikecamatan dibentuk tim operasional BKB yang membantu camat dalam pelaksanaan gerakan BKB didaerahnya dan berada dalam bimbingan tim pembina LKMD (c) Susunan tim operasional BKB Kecamatan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan wilayah masing-masing.

5) Koordinasi Tingkat Desa/Kelurahan (a) Lurah/Kepala Desa adalah penanggung jawab umum gerakan BKB dibantu oleh tim pelaksanaan gerakan BKB (b) Susunan tim pelaksana program BKB di desa/kelurahan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah. (c) Tugas tim pelaksana BKB tingkat desa adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. (d) Petugas Lapangan keluarga Berencana (PLKB) bertugas membantu kelancaran penyelenggaraan gerakan BKB di desa yang bersangkutan. (e) Kader Kader adalah anggota masyarakat yang telah mendapat pendidikan /magang serta menjalankan tugasnya secara sukarela. (BKKBN.2003:13) 2. Mekanisme Kerja Bina Keluarga Balita (BKB) Gerakan BKB yang ditangani secara menyeluruh disemua tingkatan wilayah mulai dari tingkat pusat,propinsi,kabupaten/tingkat kota,kecamatan dan desa, memerlukan kerja sama terpadu dan beberapa sektor sehingga kegiatan BKB merupakan bagian integral dan program-program yang dilaksanakan oleh instansi dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam mendayagunakan program tersebut telah diatur mekanisme kerja sesuai dengan tingkatan wilayah program mulai dari tahapan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi. Berikut mekanisme kerja pelaksana ditingkat desa/kelurahan adalah :

a. Tim pelaksana ditingkat desa mengadakan pertemuan dengan menggunakan forum yang diadakan setiap bulan, membahas rencana pelaksanaan yang meliputi juknis kegiatan, pembiayaan jadwal kegiatan dan membahas realisasi serta identifikasi masalah. b. Tim pelaksana melaksanakan kegiatan ditingkat desa sesuai dengan petunjuk teknis. c. Laporan kegiatan menggunakan instrument yang sudah ada. d. Penanggung jawab pembuatan dan pengisian laporan adalah PLKB setempat. e. Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh PLKB setempat dibantu oleh pelaksana desa.(bkkbn,2003:15-16) 2.2.5 Pelaksanaan Kegiatan Bina keluarga Balita (BKB) Kegiatan kelompok BKB pada dasarnya dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, diskusi, dan kegiatan lain dianggap perlu. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Persiapan, (1) penyusunan rencana pertemuan (2) menyiapkan materi penyuluhan (3) merencanakan mekanisme pertemuan berupa: saresehan, ceramah atau dialog interaktif. 2. Pelaksanaan pertemuan, (1) pembukaan/doa (2) mengulas materi yang lalu (3) menyampaikan materi pokok (4) Tanya jawab dan memberi PR (5) penutup/doa. 3. Pembinaan, pemantauan dan evaluasi.

a. Pembinaan, dilakukan melalui kunjungan rumah, memanfaatkan forum pertemuan atau menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik minat anggota kelompok. b. Pemantauan, kegiatan pemantauan dimaksud untuk mengamati berjalannya kegiatan kelompok, baik dalam kaitannya dengan pertemuan kelompok maupun komunikasi antara orang tua dan anak balitanya. c. Evaluasi, adalah penilaian terhadap penyerapan materi yang telah disampaikan kader kepada keluarga balita. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk: mengulas kembali materi dengan diskusi dan Tanya jawab, membahas PR yang diberikan dan membahas penyelesaian masalah. (BKKBN,2009:8) 2.2.6 Pokok-Pokok Kegiatan Program Bina Keluarga Balita (BKB) Dalam program kegiatan Bina Keluarga Balita memiliki pokok-pokok kegiatan (BKKBN, 2003: 17-23) sebagai berikut : 1. Penggalangan kesepakatan Untuk meningkatkan dan memantapkan kesepakatan politis dan operasional disemua tingkat wilayah, dapat dilakukan melalui berbagai upaya antara lain pertemuan-pertemuan baik ditingkat pusat maupun di daerah untuk memantapkan kesepakatan diantara unsur terkait. Kegiatan BKB dititik beratkan kepada upaya pembinaan proses interaksi antara orang tua dan anak agar lebih bermakna. Pelaksanaan kegiatan BKB dilakukan secara komprehensif dan holistik meliputi menjaga kelangsungan hidup bagi balita, pembinaan tumbuh kembang anak balita secara

menyeluruhdan tidak dapat dipisahkan dengan aspek-aspek lain yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita antara lain aspek kesehatan, gizi dan pendidikan pengasuhan balita. 2. KIE/BKB a. Persiapan Kegiatan KIE/BKB yang memanfaatkan semua kegiatan strategis yang berhubungan dengan persiapan KIE/BKB, antara lain: a) identifikasi karakteristik dari kelompok sasaran b) kesepakan tentang tema sentral c) pembuatan bahan KIE/BKB seperti brosure, leaflet, billboard dan bahan informasi lainnya d) pengembangan strategi kegiatan KIE/BKB yang lain seperti: sponsorship dan kampanye sosial marketing. b. Pelaksanaan (a) Kegiatan KIE/BKB untuk penggalangan kesepakatan dengan sector unsur potensial yang ada, seperti: kunjungan atau anjangsana, peyebar luasan hasil anjangsana lewat media masa yang tepat, pemanfaatan momentum yang ada dalam menciptakan suasana kondusif. (b) Kegiatan KIE/BKB yang ditujukan kepada sasaran langsung yaitu orang tua dan anggota keluarga lainnya, tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman kesadaran dan perilaku positif orang tua dan keluarga terhadap pembinaan tumbuh kembang balita yang optimal.

(c) Kegiatan KIE/BKB yang ditujukan kepada masyarakat luas, tujuannya untuk mewujudkan pengetahuan dan sikap yang positif dari masyarakat tentang pentingnya gerakan BKB. (BKKBN, 2003: 17-18) 3. Pelatihan Kegiatan pelatihan yang dapat dilaksanakan secara berjenjang yaitu : a. Pelatihan pelatih BKB (TOT) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi pelatih BKB dengan melibatkan para tenaga ahli, LSM, widyaiswara dan tenaga structural serta sektor terkait yang akan dilaksanakan disemua tingkatan wilayah. b. Pelatihan peyegaran PLKB/BKB bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas lapangan dalam pengelolaan kegiatan BKB sesuai dengan kebijakan, strategi dan mekanisme operasional. c. Pelatihan komunikasi/konseling Inter Personal (KIP) bagi petugas/pelaksana di lapangan d. Orientasi bagi pengelolaan gerakan BKB bagi pokja di setiap tingkatan e. Pelatihan kader BKB bertujuan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam penyelenggaraan kegiatan BKB. (BKKBN, 2003: 19-20) 4. Pelayanan a. Pelayanan kegiatan BKB diberikan dalam bentuk : penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) memiliki balita, memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS), Kartu Kembang

Anak (KKA), bagi pengembangan keluarga BKB paripurna, dapat mengembangkan pelayanan bagi orang tua (ayah dan ibu) yang mempunyai anak usia 5-6 tahun b. Keterpaduan BKB dengan gizi dan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses perubahan meliputi aspek fisik, mental, spiritual, emosional dan sosial yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling mempengaruhi. c. Memadukan materi pembentukan karakter sejal dini sebagai salah satu materi inti penyuluhan BKB. 5. Pembinaan Untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan BKB, dilakukan pembinaan secara berjenjang dan berkesinambungan melalui : forum-forum pertemuan dan momentum yang ada, pembinaan kunjungan rumah, pemilihan pengelola kelompok BKB terbaik dan pemilihan balita sehat sejahtera. (BKKBN, 2003: 21-22) 6. Monitoring dan Evaluasi a. Untuk memantau perkembangan kegiatan BKB, maka dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pencatatan pelaporan, pendataan keluarga, penelitian, review, rapat koordinasi, kunjungan lapangan dan forum-forum pertemuan lainnya. b. Memantau pertumbuhan perkembangan balita maka digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA)

7. Penelitian dan pengembangan Untuk mengkaji dan mengembangkan program BKB, maka diadakan penelitian-penelitian (Operasional research, pengembangan model). (BKKBN, 2003: 23) 2.2.7 Peran Kader dalam Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) 1. Pengertian kader Kader BKB adalah anggota masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam membina dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara merawat dan mengasuh anak dengan baik dan benar. Kader adalah seseorang atau sejumlah orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dibidang tertentu, serta mau dan mampu menyebarluaskan pengetahuan serta keterampilannya kepada sasarannya secara teratur dan terencana.(bkkbn,2009:5) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kader adalah anggota masyarakat yang telah mendapat pendidikan serta menjalankan tugasnya dengan suka rela serta mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana merawat dan mengasuh anak dengan baik dan benar. 2. Peran kader BKB Dalam melaksanakan kegiatan BKB, kader mempunyai peran yang sangat penting yaitu : a. Menyusun jadwal kegiatan Jadwal kegiatan disepakati bersama anggota kelompok BKB dan pengelola menyangkut: waktu, tempat, dan materi pertemuan.

b. Menyelenggarakan pertemuan Sesuai jadwal kegiatan yang telah disepakati, maka kader menyelenggarakan pertemuan dengan orang tua yang mempunyai anak balita. Untuk kelancaran penyelenggaraan pertemuan tersebut maka terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : (a) melakukan koordinasi dengan petugas lapangan dengan kader lainnya (b) mempersiapkan tempat pertemuan dan undangan. c. Menjadi fasilitator dalam pertemuan dan di luar pertemuan Didalam pertemuan, selain sebagai fasilitator (orang yang memberikan penyuluhan), kader dapat pula bertindak sebagai penghubung tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas/tenaga profesional dari sektor terkait yang akan menjadi pembicara atau narasumber. Diluar pertemuan, kader dapat melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui permasalahan yang mungkin ada dalam keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan anak balita, untuk dicarikan upaya pemecahan atau mengunjungi keluarga yang mempunyai anak balita yang tidak hadir dalam pertemuan BKB, selanjutnya dimotivasi untuk hadir dalam pertemuan. d. Melakukan rujukan Kader membantu keluarga yang mempunyai permasalahan tentang pertumbuahn dan perkembangan anak balita di temapt rujukan seperti pusat pelayanan kesehatan atau kepada para ahli dalam bidang perkembangan anak.

e. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan kader mengikuti pencatatan pelaporan yang ada, selanjutnya hasil pencatatan tersebut dilaporkan kepada petugas yang membina kelompok BKB.(BKKBN,2009:7) 3. Syarat-syarat kader BKB Untuk menjadi kader BKB harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut : (a) Laki-laki atau perempuan tinggal dilokasi kegiatan, mempunyai minat terhadap anak (b) Paling sedikat dapat membaca dan menulis, mengasai bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat (c) Bersedia bekerja sebagai tenaga sukarela (d) Bersedia dilatih sebelum mulai melaksanakan tugas (d) Mampu berkomunikasi dengan orang tua balita secara baik. (BKKBN,2009:6) Sedangkan menurut BKKBN (2005:15) syarat-syarat kader BKB adalah sebagai berikut : (a) Wanita, berumur minimal 20 tahun, telah berkeluarga dan menjadi peserta KB (Keluarga Berencana) (b) Bertempat tinggal dilokasi kegiatan (c) Sehat jasmani dan sehat rohani (d) Dapat membaca dan menulis, menguasai bahasa Indonesia serta bahasa daerah setempat (e) Bersedia mengikuti latihan BKB sesuai petunjuk yang telah ditetapkan (f) Bersedia menjalankan tugas-tugas kader dengan penuh tanggung jawab.(bkkbn,2005:15) 4. Tugas kader BKB Didalam melaksanakan kegiatannya kader BKB mempunyai tugas pokok sebagai berikut : (a) Memberikan penyuluhan sesuai dengan materi yang telah ditentukan (b) Mengadakan pengamatan perkembangan peserta BKB dan anak balitanya (c) Memberikan pelayanan dan mengadakan kunjungan rumah (d)

Memotivasi orang tua untuk merujuk anak yang mengalami masalah tumbuh kembang anak (e) Membuat laporan kegiatan. (BKKBN,2009:6) Dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas kader dalam melaksanakan program kegiatan Bina Keluarga Balita sangat penting dalam memberikan suatu pelayanan serta penyuluhan kepada orang tua yang belum mengerti dalam membina serta mengasuh anaknya.