BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan pada tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang ditujukan untuk mengatur suatu keadaan yang penuh stres dengan tujuan mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku atau tindakan penanggulangan; sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah. Folkman (dalam Sugianto, 2012) mengartikan strategi coping sebagai perubahan pemikiran dan perilaku yang digunakan oleh seseorang yang dalam menghadapi tekanan dari luar maupun dalam yang disebabkan oleh transaksi antara seseorang dengan lingkungannya yang dinilai sebagai stressor. Coping ini nantinya akan terdiri dari upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi keberadaan stressor. Sementara Sarason (Prayascitta, 2010) mengartikan coping stress sebagai cara untuk menghadapi stres yang mempengaruhi bagaimana seseorang mengidentifikasi dan mencoba untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, mahasiswa yang stres disebabkan oleh pengerjaan skripsi dengan menggunakan coping untuk menguranginya 18
19 maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan coping stress dalam pengerjaan skripsi berdasarkan masing-masing prodi yaitu dari Teknik Sipil dan prodi Hukum. 2. Bentuk-bentuk Coping Stress a. Problem Focus Coping Problem focus coping adalah usaha nyata berupa periaku individu untuk mengatasi masalah, tekanan dan tantangan, dengan mengubah kesulitan hubungan dengan lingkungan yang memerlukan adaptasi atau dapat disebut pula perubahan eksternal (Lazarus dalam Paraysitta, 2010). Strategi ini membawa pengaruh pada individu, yaitu perubahan atau pertambahan pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapinya berikut dampak-dampak dari masalah tersebut, sehingga individu mengetahui masalah dan konsekuensi yang dihadapinya. Lebih lanjut menurut Lazarus (dalam Paraysitta, 2010) coping stress yang berpusat pada masalah, individu mengatasi stress dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Menurut Lazarus (dalam Putra, 2010) indicator yang menunjukan strategi yang berorientasi pada problem focus coping yaitu : a.) Instrumental action (tindakan secara langsung) Individu melakukan usaha dan merencanakan langkah-langkah yang mengarah pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun rencana untuk bertindak dan melaksanakannya.
20 b.) Cautiousness (kehati-hatian) Individu berfikir, meninjau, dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah, berhati-hati dalam merumuskan masalah, meminta pendapat orang lain dan mengevaluasi strategi yang pernah diterapkan sebelumnya. c.) Negotiation Individu melakukan beberapa usaha untuk membicarakan serta mencari cara penyelesaian dengan orang lain yang terlibat di dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengubah pikiran dan pendapat seseorang melakukan perundingan atau kompromi untuk mendapatkan sesuatu yang positif dari situasi. Indikator-indikator problem focus coping yang peneliti gunakan adalah dari Lazarus (dalam Putra, 2010) yaitu instrumental action, cautiousness, negotiation. b. Emotion focus coping Emotion focus coping adalah upaya untuk mencari dan memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan, yang diarahkan untuk mengubah faktor dalam diri sendiri dalam cara memandang atau mengartikan situasi lingkungan, yang memperlukan adaptasi yang disebut pula perubahan internal. Emotion focus coping berusaha untuk mengurangi, meniadakan tekanan, untuk mengurangi beban pikiran
21 individu, tetapi tidak pada kesulitan yang sebenarnya (Lazarus, dalam Paraysitta, 2010). Menurut Lazarus (dalam Putra, 2010) indikator yang menunjukkan strategi yang berorientasi pada emotion focus coping yaitu : a.) Escapism (Pelarian diri dari masalah) Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau mengkhayalkan seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang dialaminya sekarang. Cara yang dilakukan untuk menghindari masalah dengan tidur lebih banyak, minum minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan menolak kehadiran orang lain. b.) Minimalization (Meringankan beban masalah) Usaha yang dilakukan individu untuk menghindari masalah dengan cara menolak memikirkan masalah dan menganggap seakan-akan masalah tersebut tidak ada dan menekan masalah menjadi seringan mungkin. c.) Self blame (menyalahkan diri sendiri) Perasaan menyesal, menghukum dan menyalahkan diri sendiri atas tekanan masalah yang terjadi atau strategi lainnya yang bersifat pasif dan intropunitive yang ditujukan ke dalam diri sendiri.
22 d.) Seeking meaning (mencari arti) Usaha individu untuk mencari makna atau mencari hikmah dari kegagalan yang dialami dan melihat hal-hal lain yang penting dalam kehidupan. Indikator-indikator emotion focus coping yang peneliti gunakan adalah dari Lazarus (dalam Putra, 2010) adalah escapism, minimalization, self blame, dan seeking meaning. 3. Aspek-aspek Coping Stress Menurut Carver dkk (Sugianto, 2012) menyebutkan aspek-aspek strategi coping antara lain: a. Keaktifan diri, suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stres atau memperbaiki akibatnya dengan cara langsung. b. Perencanaan, memikirkan tentang bagaimana mengatasi penyebab stres antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak, memikirkan tentang langkah upaya yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah. c. Kontrol diri, individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru. d. Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental, yaitu sebagai nasihat, bantuan atau informasi. e. Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional, yaitu melalui dukungan moral, simpati atau pengertian.
23 f. Penerimaan, sesuatu yang penuh dengan stres dan keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut. g. Religiusitas, sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress a. Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk coping yaitu problem focus coping dan emotion focus coping. Menurut Billings dan Moos (dalam Prayascitta, 2010), wanita lebih cenderung berorientasi pada emosi sedangkan pria berorientasi pada masalah. Secara umum respon coping stress antara pria dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih lemah atau lebih sering menggunakan penyaluran emosi daripada pria (Hapsari dalam Prayascitta, 2010). b. Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya, seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam memecahkan masalah. (Prayascitta, 2010) c. Perkembangan Usia Struktur psikologis seseorang dan sumber sumber untuk melakukan coping akan berubah menurut perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan. Menurut Garmezy (dalam Prayascitta, 2010) coping stress akan berbeda untuk setiap
24 tingkat usia. Pada usia muda akan menggunakan problem focus coping sedangkan pada usia yang lebih tua akan menggunakan emotion focus coping. Hal ini disebabkan pada orang yang lebih tua memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur emosinya daripada pemecahan masalah. d. Status Sosial Ekonomi Seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan menampilkan coping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respon menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi (Prayascitta, 2010). Menurut Tanumidjojo (dalam Pratascitta, 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi coping stress antara lain perkembangnan kognitif, yaitu bagaimana subjek berpikir dan memahami kondisinya, kemudia kematangan usia yaitu bagaimana subjek mengelola emosi, pikiran, dan perilakunya saat menghadapi masalah. Hal lainnya adalah urutan kelahiran yaitu posisi subjek diantara saudara-saudaranya yang berpengaruh terhadap karakteristik subjek dalam menilai dirinya sendiri, serta moral yaitu bagaimana subjek memandang aturan tentang masalah yang sedang dihadapi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mepengaruhi coping stres adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, perkembangan usia, konteks lingkungan, dan sumber individual serta
25 status sosial ekonomi. Sementara faktor-faktor lain yang mempengaruhi coping stress adalah perkembangan kognitif, kematangan usia, urutan kelahiran, moral, pola asuh orangtua, peran orangtua, keadaan tempat tinggal, religi, nilai, dan pemahaman subjek tentang masalah yang dihadapi. B. Dinamika Psikologis Perbedaan Coping Stress dalam pengerjaan skripsi antara program studi Hukum dan Teknik Sipil Mahasiswa akhir wajib mengerjakan skripsi sebagai syarat lulus sarjana S-1. Hal ini ditunjukkan oleh teori Yulianto (dalam Ningrum, 2010) yang menyatakan bahwa skripsi merupakan karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademis selama di perguruan tinggi. Bagi para mahasiswa, ternyata tugas skripsi tersebut merupakan tugas yang tidak ringan. Pada umumnya perjalanan studi mahasiswa menjadi tersendat-sendat atau terhambat ketika menyusun skripsi. Mahasiswa pada awalnya memiliki semangat, motivasi, dan minat yang tinggi terhadap skripsi namun keadaan itu menurutn seiring dengan kesulitan-kesulitan yang dialami. Kesulitan itu membuat mahasiswa sering putus asa dan menyebabkan mahasiswa tidak dapat menyelesaikan studinya tepat waktu. Kendala atau masalah tersebut merupakan stressor yang dapat membebani mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Kondisi ini yang membebani tersebut yang dinamakan stres. Hal ini dapat diatasi atau dikurangi dengan cara coping stress. Menurut Lazarus
26 (Sugianto, 2012) coping stress merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan pada tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang ditujukan untuk mengatur suatu keadaan yang penuh stres dengan tujuan mengurangi distres. Aspek-aspek yang mempengaruhi coping stress menurut carver (Sugianto, 2012) yaitu Keaktifan diri, Perencanaan, Kontrol diri, Dukungan sosial yang bersifat instrumental, Dukungan sosial yang bersifat Emosional, Penerimaan, dan Religiusitas. Dari keseluruhan aspek-aspek ini yang paling dominan adalah Dukungan sosial yang bersifat instrumental dan emosional. Hal ini dibuktikan dengan sistem pengerjaan skripsi Prodi Hukum yang lebih mudah dibandingkan Prodi Sipil yang masing-masing mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Program Studi Hukum Penelitian dalam prodi hukum pada prinsipnya terbagi dalam dua jenis, yaitu Penelitian Hukum Normatif dan Penelitian Hukum Empiris. Metode penelitian hukum jenis ini juga biasa disebut sebagai penelitian hukum doktriner atau penelitian perpustakaan. Dinamakan penelitian hukum doktriner dikarenakan penelitian ini hanya ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis sehingga penelitian ini sangat erat hubungannya pada pada perpustakaan karena akan membutuhkan datadata yang bersifat sekunder pada perpustakaan. Dalam penelitian hukum normatif hukum yang tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi, perbandingan, struktur atau komposisi,
27 konsistensi, penjelasan umum dan penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum. Sehingga dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang luas. (Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Hukum Universitas Islam Indonesia, 2012). Sedangkan metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah. (Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Hukum Universitas Islam Indonesia, 2012). 2. Program Studi Teknik sipil Prosedur penelitian dalam Prodi Teknik Sipil meliputi mengumpulkan dan menganalisis informasi atau data, menginterpretasi dan membahas hasil analisis informasi atau data, membuat simpulan dan saran yang berkait dengan menjawab serta memecahkan persoalan. Prosedur penelitian pada prodi Teknik Sipil ini juga mempunyai beberapa karakteristik yaitu bertujuan, sistematik, terkendali, objektif,
28 dan tahan uji. Penelitian untuk Tugas Akhir dalam tingkatan strata satu diarahkan ke penelitian terapan kuantitatif, sedangkan variabel yang dibahas minimum satu bila deskripsi dan dua bila eksperimen. Penelitian terapan kuantitatif adalah penelitian yang mementingkan kegunaan praktis, menganut paham filsafat positivisme, meneliti populasi atau sampel, menggunakan instrumen penelitian dalam pengumpulan data, dan mempunyai sifat kuantitatif atau statistik dalam analisis data dengan tujuan untuk uji hipotesis. (Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia, 2005) Berdasarkan cara pengumpulan data, jenis penelitian dibedakan menjadi penelitian deskripsi dan penelitian eksperimen. Jenis penelitian deskripsi diartikan sebagai penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas-jelasnya tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Ciri-ciri penelitian deskripsi adalah berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu, menguraikan satu variabel saja, dan variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan terhadap variabel. Sedangkan jenis penelitian eksperimen adalah penelitian yang mempelajari hubungan, baik hubungan korelasi ataupun kasualitas, pada dua atau lebih variabel dengan ada atau tidak adanya perlakuan terhadap variabel. Selanjutnya Tugas akhir yang dilakukan oleh Prodi Teknik Sipil adalah perancangan atau desain, Perancangan merupakan hasil
29 karya berupa rancangan bangunan sipil yang berasal dari pemikiran yang kreatif dan inovatif serta siap dilaksanakan. Hasil karya ini dibuat dalam bentuk dokumen yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan dibuat dengan metode tertentu. Tugas Akhir yang berupa perancangan tidak dikategorikan penelitian karena data yang dikumpulkan tidak dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menguji hipotesis namun hanya untuk menghasilkan suatu desain. Desain yang dihasilkan belum tentu benar. Untuk mengetahui kebenarannya masih perlu diuji dengan melakukan penelitian ilmiah. Tugas Akhir berupa desain atau rancangan masih merupakan setengah perjalanan dari suatu penelitian. Rancangan yang dihasilkan masih berupa hipotesis yang masih perlu diuji kebenarannya. (Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia, 2005). Sedangkan untuk aspek coping stress Dukungan yang bersifat emosional, mahasiswa prodi Hukum lebih tinggi karena mendapatkan dukungan motivasi dari keluarga dan orang-orang sekitarnya. Coping stress ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, bahwa coping stress perempuan lebih baik daripada laki-laki dari prodi Hukum maupun Teknik Sipil. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Sari (2010) yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa Perempuan lebih banyak menggunakan emotional focused coping dari pada remaja Laki-laki. Hal ini ditunjukan pada hasil analisis tambahan yang diteliti oleh peneliti yang menyatakan bahwa ada perbedaan coping stress antara laki-laki dan
30 perempuan dalam pengerjaan skripsi dari prodi Hukum dan prodi Teknik Sipil. Serta jenis kelamin perempuan pada prodi Hukum dan Teknik Sipil lebih baik daripada jenis kelamin laki-laki. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu Adanya perbedaan coping stress antara prodi Teknik Sipil dan prodi Hukum Universitas Islam Indonesia dalam pengerjaan skripsi.