Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu A. Pengertian Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan/menekan populasi atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan oleh vektor atau gangguan-gangguan yang di akibatkan oleh vector. Menurut PERMENKES RI Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor, vektor adalah artroproda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia. Artropoda yang banyak berperan sebagai vektor pada kehidupan di bumi ini adalah golongan hexapoda atau disebut juga serangga (insekta). Vektor dapat memindahkan atau menularkan agent penyakit yang berada di dalam atau pun yang menempel dan terdapat di bagian luar tubuh vektor tersebut, misalnya nyam Suatu makhluk hidup terutama manusia dapat tertular penyakit melalui vektor yang membawa agent penyakit, misalnya dengan menggigit dan menghisap darah dari orang yang sakit lalu kepada orang yang rentan, sehingga ia pun dapat tertular dan menjadi sakit. Vektor penyakit merupakan serangga yang menjadi penular agent penyakit tertentu, misalnya vektor penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti betina dan vektor penyakit diare yaitu Periplaneta Americana (kecoa) dan Musca domestica (lalat rumah). Jadi suatu vektor penyakit sudah lebih spesifik mengenai apa penyakit yang ditularkan oleh vektor tersebut. Jumlah populasi vektor di lingkungan sekitar terkadang dapat mengalami peningkatan karena dipengaruhi beberapa faktor, misalnya perubahan musim, pencahayaan ruangan, kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya, sehingga jumlah orang sakit karena tertular pun akan meningkat pula. Maka dari itu perlu dilakukan pengendalian terhadap vektor penyakit. Menurut PERMENKES RI Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor, pengendalian vector adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vector serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularaan penyakit tular 1
vector dapat dicegah. Pengendalian vektor penyakit merupakan semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi populasi vektor untuk mencegah penyakit tertentu yang ditularkan oleh vektor penyakit tersebut. Pengendalian vektor harus dilakukan untuk menjaga kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian dari binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang ataupun menularkan penyakit terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan. Contoh : tikus, kecoa, ngengat B. Prinsip dan Konsep Pengendalian Vektor Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha untuk mengendalikan penyebaran vektor dengan mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun dengan menerapkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut: 1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan atau membahayakan. 2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologis terhadap tata lingkungan hidup. Sedangkan konsep dasar dalam penerapan pengendalian vektor menurut Dr. Adi Heru Sutomo (1993) adalah sebagai berikut: 1. Harus dapat menekan densitas vektor 2. Tidak membahayakan manusia 3. Tidak mengganggu keseimbangan lingkungan 2
No. Vektor Penyakit Penyebaran Patogen Reservoar I. Nyamuk 1. Anopheles Malaria Daerah tropis 2. Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia Filariasis dan subtropis Tropis dan subtropics (Afrika, Amerika, Asia, Pasifik) 3. Aedes aegypti Yellow fever Afrika, Amerika 4. Aedes aegypti, A. albopictus, A. scutellaris 5. Culex tritaeniorhynch us, C. gelidus, C. vishhnui 6. Aedes (Ochlerotatus) II. Caplak 1. Dermacentor andersoni Dengue Haemorrhagi Fever Japanese encephalitis Eastern Equine Encephalitis Tick Borne Diseases Tengah dan Selatan Tropis (Asia, Pasifik, Caribia) Jepang, Korea, SEA, India, Srilangka Amerika, Kanada, Amerika Selatan Kanada, USA (Dakota) Plasmodium falciparum, P. malariae, P. ovale, P. vivax Brugia malayi, B. timori, Wuchereria bancrofti Yellow fever virus Arbovirus Japanese encephalitis virus Eastern Equine Encephalitis virus Colorado Tick fever virus Manusia, primata Kucing, Carnivora, Kera Primata Manusia, primate Burung, babi Manusia, kuda Tupai 2. Ixodes ricinus Louping ill UK, Irlandia Louping ill virus Domba, sapi, red deer (Cervus elaphus), red grouse 3. Ixodes ricinus, I. persulcatus Tick-borne encephalitis Rusia Tick-borne encephalitis virus Larvae 3
4. Haemaphysalis Kyasanur India Kyasanur Forest Kera, spinigera, H. Forest disease disease (KFD) rodensia turuturis 5. Ornithoros (KFD) Tick-borne Afrika, virus Borrelia spp Rodensia ticks relapsing fever Mediteran, Asia Tengah, Amerika, Amerika Tengah 6. Ixodes spp., I. Erythema dan Selatan Swedia, UK, Borrelia Rodensia, ricinus borreliosis, Australia, Eropa burgdorferi Deer (Europe), I. erythema holocyclus chronicum (Australia), migrans, Lyme Amblyomma disease americanum (USA) 7. Dermacentor Rocky Kanda, Amerika Rickettsia Rodensia andersoni, D. Mountain Selatan rickettsi variabilis, spotted fever Amblyomma cajennese III. Tungau 1. Trombiculidae Chigger-borne SEA, India, Rickettsia Mite, Leptotrombidiu rickettsiosis Pakistan tsutsugamushi rodensia, m (Tsutsugamushi (R. orientalis) Rattus disease, Japanese river fever, scrub typhus, mite- IV. Kutu 1. Pediculus borne typhus) Louse-Borne Afrika, Amerika Rickettsia humanus, P. Diseases Selatan prowazeki humanus (classical capitis, Pthirus typhus), 4
pubis V. Lalat 1. Tsetse flies (Diptera: Glossinidae: Glossina) VI. Bugs 1. Triatomine bugs African (Sleeping Sickness) Chagas disease Afrika Afrika, Asia, Australia Rochalimaea quintana (trench fever, quintana fever), Borrelia recurrentis (louse-borne relapsing fever) Trypanosoma (Trypanozoon) brucei gambiense (West Africa); T. (T.) brunei rhodesiense (East, Central, Southern Africa) Trypanosoma cruzi (Triatoma) VII. Pinjal (fleas) 1. Fleas Plaque Afrika Yersinia 2 Fleas Murine typhus (flea-borne typhus) VIII. Siput air (snails) 1. Snails Schistosomiasi s Cosmopolitan SEA, China, Philipina (Pasteurella) pestis Rickettsia mooseri Schistosomia japonicum Ruminansia Rodensia, marsupials, dan manusia Rodensia Rattus spp. Manusia C. Peranan Vektor pada Mekanisme Penularan Penyakit 1. Malaria Penyakit malaria adalah penyakit menular yang dapat ditularkan oleh nyamuk bernama Anopheles sp.. Media utama yang menjadi penyebar 5
penyakit ini yaitu nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang merupakan golongan plasmodium. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang terinfeksi malaria, nyamuk tersebut menyedot parasit yang disebut gametocytes. Parasit tersebut menyelesaikan siklus pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk dan kemudian merambat ke kelenjar ludah nyamuk. Pada saat menggigit seseorang yang lain, nyamuk ini menyuntikan parasit ke aliran darah anda. Parasit Plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah. Menuju hati kemudian melipatgandakan diri. Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dan dapat mengancam. Bentuk penularan lain yang dapat terjadi dapat berupa penularan dari wanita hamil ke janin. Malaria juga dapat menular melalui transfusi darah. Ada 170 jenis plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan malaria pada manusia, yaitu: Plasmodium falciparum, merupakan jenis yang banyak terdapat di Afrika dan menyebabkan gejala yang parah. Plasmodium vivax, merupakan jenis yang banyak terdapat di daerah tropis Asia. Plasmodium malariae, banyak terdapat di Afrika dan dapat berdiam di aliran darah tanpa menimbulkan gejala apapun untuk beberapa tahun. Plasmodium ovale, banyak terdapat di Afrika bagian barat. 2. DBD (Demam Berdarah Dengue) Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan dipindahsebarkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti, A. albopictus, A. scutellaris betina. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector dominan di daerah perkotaan (daerah urban), sedangkan pada daerah pedesaan (daerah rural) A. albopictus dan A. scutellaris yang menjadi vektor utamanya. 6
Seseorang yang di dalamn darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular gejala demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. selanjutnya, virus akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk dan juga kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyauk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan virus dengue ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui proboscis, agar darah yang dihisap tidak membeku. Nyamuk betima mempunyai kebbiasaan menghisap darah berpindahpindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkankarena pada siang hari manusia menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan virus dengue. DBD tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia karena virus dengue hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah dan lesu, gelisah, nyeri hulu hati, kesadaran menurun atau renjatan, terdapat bintik-bintik kecil berwarna merah pada kulit, dan trombosit darah menurun drastis. 3. Chikungunya Demam Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Umumnya nyamuk-nyamuk ini menyerang di siang hari. Namun gigitan dapat juga terjadi saat dini hari dan menjelang petang. Seseorang akan lebih rentan 7
terserang saat berada di luar rumah, meski nyamuk Aedes aegypti juga dapat menyerang di dalam ruangan. Nyamuk Aedes sp. tersebut dapat mengandung virus Chikungunya pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Virus chikungunya tidak bisa menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya. Virus chikungunya termasuk ke dalam kelompok gen alfavirus dari famili Togaviridae yang banyak ditemukan di negara-negara tropis yang curah hujannya tinggi. Kasus chikungunya telah teridentifikasi di sekitar 40 negara yang sebagian besar berada di Asia dan Asia Tenggara, Afrika Barat dan Timur, serta di sekitar Lautan Hindia. Demam Chikungunya sering rancu dengan DBD karena mempunyai gejala yang awal yang hamper sama, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam Chikungunya. Tetapi untuk pasti membedakannya adalah dengan pemeriksaan laboratorium darah pada demam hari ke 3. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa) sudah sering terjadi, terutama pada musim penghujan. 8
4. Japanese Encephalitis Penyakit Japanese Encephalitis adalah penyakit infeksi yang menyerang susunan syaraf pusat (otak), mengakibatkan radang otak mendadak yang disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis (JE) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus, C. gelidus, atau C. vishhnui betina. Manusia dapat tertular penyakit Japanese Encephalitis ketika nyamuk Culex sp. yang mengandung JE virus dari hewan babi atau burung. Nyamuk penular Japanese Encephalitis biasanya menggigit pada malam hari. Penyakit ini sering mengakibatkan kematian dan apabila penderita sembuh biasanya mengakibatkan cacat mental dan kelumpuhan. 5. Filariasis Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit yang disebabkakan oleh cacing filaria pada kelenjar/saluran getah bening. Penyebab penyakit filariasis ini adalah cacing gelang (nematode) yaitu Wuchereria bancrofti, brugia timori, Brugia malayi yang terdapat di dalam darahnya. Penyebaran filariasis ini dapat melalui gigitan nyamuk Culex pipiens, Culex fatigans, culex quequfasciatus, dan beberapa spesies nyamuk Anopheles. Seseorang dapat tertular filariasis bila digigit oleh vector nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Nyamuk yang menghisap darah orang yang mengandung microfilaria. Microfilaria yang terhisap bersama darah menembus dinding perut nyamuk, tinggal di otot-otot dada dan berkembang menjadi larva yang selanjutnya pindah ke proboscis. Pada saat nyamuk menghisap darah orang, larva ini masuk ke dalam darah orang tersebut. 9
Tempat potensial bagi penularan filariasis dapat terjadi di daerah-daerah endemis filariasis. Biasanya kasus filariasis sering ditemukan di dataran rendah yang berawa dan di kelilingi hutan belukar, juga pada lingkungan yang sanitasinya buruk 6. Pes (Plaque) Pes atau yang juga dikenal dengan nama Pesteurellosis atau Yersiniosis/Plague merupakan penyakit Zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan infeksi pada hewan pengerat liar yang ditularkan dari satu hewan pengerat ke hewan lain dan kadang-kadang dari hewan pengerat ke manusia karena gigitan pinjal. Vector dari penyakit pes ini adalah pinjal. Ada 4 jenis pinjal di Indonesia yaitu Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Penyebab penyakit pes ini adalah hama penyakit basil pes yang disebut juga Pasteurella pestis. Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan 10
ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. 7. Scrub Typhus Scrub typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh rickettsia yang ditularkan oleh larva ngengat dengan agent Rickettsia tsutsugamushi (R. orientalis)yang terinfeksi. Scrub typhus tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia karena R. tsutsugamushi (R. orientalis) hanya dapat ditularkan melalui nyamuk namun melalui gigitan larva dari ngengat yang terinfeksi stadium nimfe dan ngengat dewasa tidak hidup dari hospes vertebrata. 8. Yellow Fever Demam kuning adalah penyakit demam akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Demam kuning merupakan akibat dari adanya dua daur pemindahsebaran virus yang pada dasarnya berbeda yaitu kota dan hutan (silvatik). Daur kota dipindahsebarkan dari orang ke orang lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sekali terinfeksi, nyamuk vektor itu akan tetap mampu menyebaban infeksi seumur hidupnya. Demam kuning hutan berjangkit pada hewan liar. Virus demam kuning yang sama ditularkan diantara hewan-hewan tersebut dan kadang-kadang juga terhadap manusia oleh nyamuk selain Aedes aegypti. Ada beberapa nyamuk seperti A. Simponi yang hidup dengan menghisap darah primata yang telah terinfeksi, menyusup ke kebun-kebun desa lalu memindahkan virus tersebut ke manusia. Sekali demam kuning 11
berjangkit di kembali di daerah kota, maka daur kota demam kuning akan dimulai kembali dan kemungkinan akan berkembang menjadi epidemi. 12
Daftar Pustaka http://www.penyebab-penyakit.com/2013/06/penyebab-penyakit-malariagejala.html http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/pdf/allpdf/peternakan/fullteks/lokak arya/lkzo05-44.pdf http://gejalademamberdarah.com/penularan-virus-dengue/ http://www.pantirapih.or.id/index.php/artikel/umum/143-demam-chikungunya http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bk%20cikungunya %20edited_27_10_12ok.pdf 13