BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, maka pemberian otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB VI PENUTUP. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan kontribusi sebesar 118,2%,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pajak memiliki fungsi sebagai sumber penerimaan Negara (Budgeter) yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah negara

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Setiap daerah sudah diberikan kewenangan untuk mengatur sumber daya yang dimilikinya, Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri (Wurangian, 2013) Sistem pemerintahan yang terdesentralisasi atau biasa dikenal dengan otonomi daerah mulai diberlakukanpada tanggal 1 Januari 2001 dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemberlakuan kedua Undang-Undang ini bekonsekuensi pada perubahan pola pertanggungjawaban daerah atas dana yang dialokasikan. Peran pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi adalah memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititik beratkan pada daerah kabupaten dan daerah kota dimulai dengan adanya penyerahan kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke 1

2 pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah) dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah (Rudiansyah,2003) Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tentunya tidak terlepas dari peranan masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, berasal dari : 1. hasil pajak daerah 2. hasil retribusi daerah 3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4. lain-lain PAD yang sah. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran Realisasi Perubahan Pertumbuhan (Rp) (Rp) (Rp) % 2009 369.137.442.213 360.152.627.690 - - 2010 416.030.066.849 441.863.068.294 81.710.440.604 22,68% 2011 719.988.881.243 833.254.175.288 391.391.106.994 88,58% 2012 933.920.994.572 1.005.583.424.429 172.329.249.141 20,68% 2013 1.407.759.106.133 1.442.775.238.323 437.191.813.894 43,48% 2014 1.808.509.055.075 1.716.057.298.378 273.282.060.055 18,94% 2015 2.066.246.830.526 1.859.694.643.505 143.637.345.127 7,94% Sumber : DPKAD Kota Bandung (Data Diolah) Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 cenderung

3 berfluktuatif. Pada tahun 2012 Pendapatan Asli Daerah menurun sebesar 20,68%, pada tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan sebesar 43,48%, pada tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan sebesar 18,94%, namun pada tahun 2015 Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan drastis sebesar 7,94%. Tahun Tabel 1.2 Sumber dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Pajak Daerah Retribusi Daerah Sumber PAD Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang sah 2011 667.106.811.687 71.684.532.455 10.328.428.076 84.134.403.070 2012 820.563.651.111 78.649.880.372 7.227.067.446 99.142.825.500 2013 1.194.087.447.016 115.508.351.284 12.069.972.667 121.109.467.356 2014 1.399.598.856.917 99.192.319.387 9.356.757.469 207.909.364.605 2015 1.494.147.377.053 64.985.847.830 8.602.757.430 291.958.661.192 Sumber: DPKAD Kota Bandung (Data Diolah) Berdasarkan tabel 1.2 pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 diantara semua komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Daerah merupakan penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga muncul anggapan bahwasannya Pendapatan Asli Daerah (PAD) identik dengan Pajak Daerah. Komponen-komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas menjadi penerimaan daerah yang tentunya akan terus digali baik yang sudah ada maupun sumber penerimaan baru yang potensial. Berkaitan dengan hal tersebut, kepala Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung, Priana Wirasaputra menyatakan pemasukan pajak tak mencapai target

4 Pendapatan Asli Daerah pada 2015. Paling banter tercapai 90 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1,6 triliun. Berbagai faktor tidak tercapainya target diantaranya daya beli menurun dan target terlalu tinggi. Menurut priana gencarnya razia kepada penunggak pajak dan kepada yang belum bayar pajak tetap tak mencapai target. Selama 2015 saja baru 1.100 pengusaha khususnya restoran yang menyetorkan pajaknya. Objek pajak di kota Bandung ada delapan jenis yaitu pajak restoran, tempat hiburan, reklame, pajak penerangan jalan, parkir, BPHTB (Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan), PBB(tribunnews.com, 2015). Terdapat satu jenis pajak yang menarik untuk diteliti atas pajak yang dikelola oleh pemerintah Kota Bandung yaitu pajak reklame, karena laju pertumbuhan atas penerimaan pajak reklame menunjukkan penurunan setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Pajak Reklame Kota Bandung Tahun Anggaran Realisasi Pajak Perubahan Pertumbuhan (Rp) Reklame (Rp) (Rp) (%) 2009 10.073.180.229 11.668.650.015 - - 2010 22.000.000.000 11.762.900.321 94.250.306 0,81% 2011 12.000.000.000 16.766.921.323 5.004.021.002 42,88% 2012 15.500.000.000 18.575.238.358 1.808.317.035 10,79% 2013 18.500.000.000 17.603.910.300 (-971.328.058) (-5,23)% 2014 24.000.000.000 23.641.404.085 6.037.493.785 34,30% 2015 30.000.000.000 18.107.052.336 5.534.351.749 23,41% Sumber: Disyanjak Kota Bandung (Data Diolah) Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat laju pertumbuhan Pajak Reklame di Kota Bandung berfluktuatif. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.808.317.035 atau sebesar 10,79% dan terjadi penurunan drastispada tahun 2013 sebesar (-971.328.058) atau sebesar (-5,23)%, sama halnya pada tahun 2015

5 mengalami penurunan kembali sebesar 23,41%. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya 5.279 unit reklame yang tersebar di jalan Kota Bandung tidak berizin. Bila dianggarkan mencapai Rp 19.203.719.203. Ada pun reklame yang tidak berizin tersebut sesuai dengan jenis reklame di JPO 15 unit, Bando Jalan 79 unit dan billboard sebanyak 5.185 unit (galamedianews.com, 2015). Telah terjadi reklame dengan materi iklan rokok yang terletak di perempatan Jalan A Yani- Jalan Laswi. Reklame Berukuran 10x5 meter ini, telah berdiri sekitar dua tahun lalu, namun tanpa izin resmi. Tidak jauh dari situ ada reklame dengan materi iklan rokok namun beda merek, dengan ukuran 8x12 meter juga tidak memiliki izin. Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Pajak Disyanjak Kota Bandung, Apep Insan Parid mengatakan untuk menghindari tunggakan maka mekanismenya pajak harus dibayar dulu, lalu akan keluar izin dari BPPT(pojokjabar.com, 2016). Maka salah satu komponen pajak daerah yang tertarik untuk diteliti adalah Pajak Reklame. Dengan pemungutan pajak reklame tersebut pemerintah Kota Bandung telah memiliki salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang cukup besar. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah apakah pemungutan dan ataupun perolehan atas pajak reklame tersebut telah berjalan efektif ataukah belum. Efektifitas pemungutan pajak menggambarkan bagaimana kinerja suatu pemerintahan. Efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan Mahmudi (2010:143). Menurut Halim (2004:108) dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tersebut pada dasarnya ditempuh melalui upaya intensifikasi dan

6 ekstensifikasi. Upaya atas ekstensifikasi dan intensifikasi yang dapat dilakukan pemerintah daerah guna meningkatkan pajak daerah adalah melalui peningkatan pengelolaan pajak daerah dengan baik, yang salah satunya adalah dengan efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah itu sendiri. Apabila target telah sesuai dengan potensi yang sesungguhnya, kemudian terjadi penurunan penerimaan maka hal tersebut dapat diakibatkan oleh kurang optimalnya pemungutan yang dilakukan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kebocoran-kebocoran dalam sistem pemungutan pajak reklame tersebut.oleh sebab itu dalam menetapkan target, hendaknya Pemerintah Kota Bandung harus disesuaikan dengan potensinya yang cukup besar apabila dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar kepada Pendapatan Asli Daerah dari pos pajak daerah khususnya dari pajak reklame. Penelitian-penelitian mengenai kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah ini hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang belum konsisten antara peneliti yang satu dengan peneliti lainnya. Penelitian Riska Kumala (2015) menyatakan yang hasil penelitiannya bahwa pengaruh kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah yang diuji secara parsial berpengaruh positif. Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Indrawan (2014) bahwa kontribusi Pajak Reklame tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riska Kumala Dewi (2015) dengan judul pengaruh kontribusi pajak hiburan dan

7 pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah yang memperoleh hasil bahwa kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Bandung berpengaruh positif. Sedangkan pada penelitian ini akan melakukan penelitian yang variabel independennya efektivitas dan kontribusi pajak reklame pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. Dengan demikian berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Pada Dinas PelayananPajakKota Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Seberapa besar tingkatefektivitaspemungutan Pajak Reklame. 2. Seberapa besar tingkat kontribusipemungutan Pajak Reklame. 3. Seberapa besar Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. 4. Apakah efektivitas pemungutan Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. 5. Apakahkontribusi pemungutan Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

8 6. Apakah efektivitas dan kontribusi pemungutan Pajak Reklame berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan daripenelitianadalahuntukmendapatkanbuktiempirismengenai : 1. Tingkat efektivitas pemungutan Pajak Reklame. 2. Tingkat kontribusi pemungutan Pajak Reklame. 3. Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. 4. Pengaruh efektivitas pemungutan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli daerah. 5. Pengaruhkontribusi pemungutan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah. 6. Pengaruh efektivitas dan kontribusi pemungutan Pajak Reklame terhadapterhadap Pendapatan Asli Daerah. 1.4 Kegunaan Penelitian kegunaan bagi : Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan 1. Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai pengaruh efektivitas dan kontribusi pemungutan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah.

9 2. Bagi Instansi Terkait Diharapkan dapat memberi masukan yang sifatnya mengarah pada perbaikan, dan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai efektivitas pemungutan Pajak Reklame, kontribusi pemungutan Pajak Reklame, dan Pendapatan Asli Daerah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan bahan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas pemungutan Pajak Reklame, kontribusi pemungutan Pajak Reklame, dan Penendapatan Asli Daerah yang dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi tambahan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada kantor Pemerintah Daerah Kota Bandung yang khususnya dilakukan pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung yang berlokasi di JL. Wastukencana No. 2 Kota Bandung. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah dari bulan Oktober 2016 sampai dengan bulanjanuari 2017.