BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM PERTOLONGAN PERTAMA PADA BALITA DIARE DI RUMAH DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGNONGKO KLATEN

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

CURRICULUM VITAE. : Jalan Abdul Hakim Komplek Classic III Setiabudi Residence No. 56B Tanjungsari Medan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Data Dasar bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI


BAB I PENDAHULUAN. daya kesehatan dimasa depan. Salah satu pokok program pembangunan kesehatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba B Kota Gorontalo

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

, 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DI KAMPUNG KERAJAN DESA SUKAHAJI KECAMATAN CIASEM KABUPATEN SUBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini berisi hasil dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama dua minggu mulai tanggal 21 Mey sampai dengan 4 Juni 2013, yang dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Penyajian data dimulai dari gambaran umum tempat penelitian dan analisis univariat tentang karakteristik responden meliputi 1) umur, 2) pendidikan, 3) pengatahuan responden, 4) kejadian diare pada balita,dan pada bagian berikut akan disampaikan hasil pembahasan terhadap penelitian guna menjawab pertanyaan dalam masalah penelitian. 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo barada di wilayah Kecamatan Boliyohuto, yang wilayahnya terdiri dari 13 desa, Yaitu desa Parungi, Dulohupa, Motoduto, Iloheluma, Sidomulyo, Sidomulyo Selatan, Monggolito, Sidodadi, Bandung Rejo, Diloniyohu, Bongongoayu, Tolite, Potanga. Penduduk menurut desa di wilayah kerja Puskesmas Global Sidomulyo adalah Desa Parungi sebanyak 1285 penduduk, Desa Dulohupa sebanyak 457 penduduk, Desa Motoduto sebanyak 953 penduduk, Desa Iloheluma sebanyak 1213 penduduk, Desa Sidomulyo sebanyak 1102 penduduk,desa Sidomulyo Selatan sebanyak 1042 penduduk, Desa Monggolito sebanyak 984 penduduk, Desa Sidodadi sebanyak 1462 42

43 penduduk, Desa Bandung Rejo sebanyak 1314 penduduk, Desa Diloniyohu sebanyak 1313 penduduk, Desa Tolite sebanyak 1050 penduduk, Desa BongongoAyu sebanyak 703 penduduk, dan Desa Potanga sebanyak 1914 penduduk, jadi jumlah keseluruhan penduduk diwilayah Puskesmas Sidomulyo adalah 14.792. Luas Wilayah Kecamatan Boliyohuto : + 141,25 KM, dengan jumlah penduduk : 14.792 jiwa. Letak Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto secara goegrafis batas wilayah kerjanya yaitu : Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bilato, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tolangohula, sebelah utara berbatasn dengan Kecamatan Mootilango, dan sebelah selatan berbatasn dengan Kecamatan Bilato Kabupaten Bualemo. Adapun masalah-masalah kesehatan yang ada di Puskesmas Sidomulyo masih mencakup 5 jenis penyakit yang menonjol meliputi : ISPA, Gastritis, Diare, Dermatitis, Hipertensi. Jumlah fasilitas puskesmas global sidomulyo yaitu : Puskesmas Global + R.Inap + Poned : 1 buah, Puskesmas pembantu : 1 buah, Poskesdes : 5 buah, Polindes : 2 buah, Ambulance : 1 buah, Kendararaan roda dua : 9 buah, Puskesmas keliling : 1 buah, Rumah dinas para medis : 3 buah, dan Rumah dinas dokter : 2 buah. Jumlah tenaga medis dan non medis Puskesmas Global Sidomulyo yaitu Dokter umum ada 3 (2 PNS, 1 PTT), Dokter gigi ada 1 (PTT), Perawat ada 9 (PNS), Perawat Gigi ada 1 (PNS), Bidan klinik ada 1 (PNS), Bidan desa ada

44 8 (PNS), Tenaga gizi ada 3 (PNS, ABDI), Sanitarian ada 1 (PNS), Tenaga Magang ada 6 (Honor), Sopir ada 2 (Honor), Clining servis ada 2 (HONOR), jadi total keseluruhan tenaga medis dan non media di Puskesmas Sidomulyo adalah 37 orang 4.1.2. Data Umum 1). Karakteristik responden menurut umur responden. Distribusi frekuensi responden menurut umur yang dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Ibu Balita yang Berkunjung Di Puskesmas Sidomulyo Umur (Tahun) Jumlah n % 20-25 21 33,9 26-30 18 29,0 31-35 15 24,2 39 8 12,9 TOTAL 62 100,0 Sumber : Data primer Juni 2013. Bila dilihat dari umur responden, Tabel 4.1 memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 21 orang (33,9 %) berumur 20-25 tahun. 2). Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan. Distribusi frekuensi responden tingkat pendidikan yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.2

45 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Ibu Balita yang Berkunjung Di Puskesmas Sidomulyo Pendidikan Jumlah n % Tidak Sekolah 3 4,8 SD 28 45,2 SMP 17 27,4 SMA 8 12,9 PT / DIPLOMA 6 9,7 TOTAL 62 100,0 Sumber : Data primer Juni 2013. Bila dilihat dari tingkat pendidikan, Tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan responden hampir setengahnya yaitu sebanyak 28 orang (45,2 %) adalah SD. 4.1.3. Data Khusus 1). Karakteristik responden menurut pengetahuan tentang sanitasi makanan Distribusi frekuensi responden menurut pengetahuan tentang diare dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Sanitasi Makanan yang Berkunjung Di Puskesmas Sidomulyo Pengetahuan Jumlah Sumber : Data primer Juni 2013. n % Baik 15 24,2 Cukup 21 33,9 Kurang 26 41,9 TOTAL 62 100,0

46 Bila dilihat dari pengetahuan responden tentang diare, Tabel 4.3 memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 26 orang (41,9%) berpengetahuan kurang. 2). Karakteristik responden menurut kejadian diare pada balita 4.2.Pembahasan Distribusi frekuensi responden menurut kejadian diare pada balita dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut kejadian diare pada balita yang Berkunjung Di Puskesmas Sidomulyo Diare Jumlah n % Diare 62 100,0 TOTAL 62 100,0 Sumber : Data primer Juni 2013. Bila dilihat dari kejadian diare pada balita, Tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 62 responden (100,0%) yang mengalami kejadian diare pada balita. 4.2.1.Pengetahuan responden tentang sanitasi makanan yang berkunjung di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorotalo. Hasil penelitian tentang pengetahuan responden terhadap penyakit diare dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 26 responden (41,9%) berpengetahuan kurang, sebanyak 21 responden (33,9%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil yaitu sebanyak 15 responden (24,2%) berpengetahuan baik.

47 Menurut Iqbal (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan usia responden antara 20- >35 tahun. Dimana pada usia tersebut terbentuk usia dewasa. Apabila umur bertambah maka akan lebih banyak informasi yang didapat serta pengalaman yang didapat juga lebih banyak. Namun pada kenyataannya banyak yang memiliki pengetahuan kurang. Hal itu disebabkan karena tidak diimbangi dengan inadekuatnya informasi yang didapat. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SD. Penelitian Bahri pada tahun 2011 juga mendukung hasil tersebut, dimana tingkat pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu hal. Seseorang dengan tingkat pendidikan SMP dan seterusnya memiliki perilaku lebih baik dibandingkan yang berpendidikan SD. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Dimana pendidikan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007). Dari pendapat tersebut bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden diharapkan makin mudah pula responden dalam menerima pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya jika

48 pengetahuan kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan. Tabel 4.3 didapatkan hampir sebagian ibu mempunyai pengetahuan kurang. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Semakin tinggi pengetahuan maka ibu akan melakukan sanitasi makanan secara tepat pada balitanya. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan bisa menyebabkan ibu tidak melakukan sanitasi makanan secara dini dimana akan terjadi resiko gangguan pencernaan pada balitanya. Dengan demikian makin banyak mereka mendengar, melihat, merasakan terlebih ia mau mencobanya, maka ia akan memperoleh banyak pengetahuan tetapi apabila ia tidak pernah sama sekali melakukan upaya untuk merasakan atau melihat dan mendengar tentang informasi penting, maka ia dipastikan akan mengalami ketidaktahuan dari semua hal termasuk tentang sanitasi makanan yang baik dan benar. Menurut Notoatmidjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan ibu tentang sanitasi makanan yang didapat dari hasil penelitain yang sebagian besar adalah kurang itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor umur yang sebagian besar umur responden 20-25 tahun dan faktor pendidikan responden yang sebagian besar adalah SD. Pada umur 20-25 tahun ini pengetahuan mereka belun terlalu banyak dan

49 pengalaman pun masih kurang karena semakin dewasa semakin banyak pengalaman. Kemudian pendidikan sebagian besar SD sangat berpengaruh terhadap pengetahuan karena informasi yang mereka dapat masih sangat minim terutama pengatahuan tentang sanitasi makanan, mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan untuk dikonsumsi. Terbukti dari hasil pengisian kuesioner setengah dari ibu balita mengetahui pengertian sanitasi makanan dan selebihnya tidak mengerti tentang sanitasi makanan. Adapun dari hasil pengisian kuesioner, ibu balita masih banyak yang tidak tahu dan tidak mengerti dengan cara yang baik dan higienis untuk pemilihan bahan makanan sampai dengan makanan siap untuk disajikan, sedangkan yang kita ketahui bersama bahwa pemilihan bahan makanan, pengolahan makanan sampai dengan penyajian makanan untuk dikonsumsi oleh balita harus benar-benar terjaga kebersihannya, karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare. Selain itu juga masih banyak ibu balita yang tidak mengerti cara yang baik dan benar membersihkan botol yang digunakan untuk memberikan susu formula, karena kalau tidak dibersihkan dengan baik kuman dan bakteri yang masih menempel di botol akan tetap ada dalam botol dan akan menjadi penyebab balita sakit karena kuman dan bakteri masuk kedalam system pencernaan. Selain itu, ibu balita banyak yang tidak tahu cara yang baik untuk memanaskan makanan balita yang sudah menjadi dingin. Apalagi jika makanan itu sudah terkontaminasi dengan debu atau vektor lainnya seperti lalat kemudian makanan balita yang

50 dipanaskan tersebut tidak dipanaskan dengan baik, otomatis makanan itu sudah tidak higienis lagi. Banyak sekali hal-hal kecil yang dianggap mudah tapi ibu balita sering melalaikannya, seperti dalam kuesioner masih banyak juga ibu balita yang belum memahami cara cuci tangan yang baik. Padahal cuci tangan itu sangat penting untuk mengurangi terjadinya diare. Terkadang hal sepele saja dapat berakibat fatal untuk balita dan itu dikarenakan atas kelalaian serta kurangnya pengetahuan dari ibu balita. 4.2.2.Kejadian Diare pada Balita yang barkunjung di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Hasil penelitian tentang kejadian diare pada balita dapat diketehui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 62 responden (100,0%) balitanya mengalami kejadian diare dan paling sedikit yaitu sebanyak 0 responden (0,0%) balitanya tidak mengalami kejadian diare. Penyakit diare adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja dan merupakan penyakit menular sehingga siapapun berisiko untuk terkena penyakit diare khususnya Balita apalagi bila tidak ditunjang dengan perilaku dan sanitasi makanan yang sehat, karena agent infeksius yang menyebabkan penyakit Diare ditularkan melalui fecal-oral terutama karena menelan makanan yang terkontaminasi maka dapat menimbulkan penyakit Diare. Menurut Depkes RI (2006) sumber air minum yang tercemar mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa penyakit menular termasuk penyakit diare karena sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab

51 diare ditularkan melalui jalur fekal oral, kuman dapat ditularkan dengan masuk ke dalam mulut melalui perantara cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. Kejadian diare pada balita di Puskesmas Sidomulyo masih perlu dilakukan tindak lanjut, karena hal tersebut cukup membahayakan apabila tidak segera dilakukan penanganan. Dalam upaya pencegahan diare, yang harus diperhatikan khususnya bagi ibu balita, yaitu tentang sanitasi makanan, agar kejadian Diare pada balita berkurang. Proporsi balita dengan kejadian Diare yang terbilang masih tinggi ini juga bisa dikarenakan faktor ibu, sebab anak balita masih sangat bergantung pada ibu sebagai orang yang selalu dekat dan memelihara kesehatan anak balitanya. Terkadang juga ibu balita menganggap remeh Diare yang terjadi pada anak balitanya. Setelah diwawancara masih banyak ibu balita yang tidak segera membawa anak balitanya kepuskesmas terdekat jika anak balitanya menderita Diare. Ibu balita hanya menangani dengan obat-obat tradisional bahkan ada ibu balita yang memberikan obat warung untuk anak balitanya yang sakit Diare. Tanpa mereka sadari bahwa membiarkan anak balitanya sakit Daire tanpa dibawa kepuskesmas untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik itu akan menjurumuskan anak balita mereka kediare yang lebih parah atau biasa disebut diare kronis bahkan anak balita mereka bisa meninggal disebabkan oleh Diare tersebut. Selain itu juga alasan ibu balita tidak segera membawa anak balita mereka kepuskesmas karena terhambat oleh biaya. Setelah peneliti memberikan informasi bahwa sekarang bisa ke puskesmas dan ke

52 rumah sakit dengan menggunakan kartu kesehatan bebas biaya seperti JAMKESMAS dan sebagainya, mereka tahu dan mengerti jika ada onggota keluarga yang sakit khususnya anak balitanya harus segera di bawa kepuskesmas atau rumah sakit terdekat.