HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

ABSTRAK. Nanik Widiawaty

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Terhadap Perilaku Menjaga Kebersihan Daerah Kewanitaan di SMA N 1 Gamping¹

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN VULVA HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS DI BPS TMM DJAMINI DAMUN

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA. Annisa, M. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan. (online) avaible;

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN SUMBER ATAU FASILITAS DENGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1TAMBAKBOYO TUBAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

Relationship Awareness Level Vulva Hygiene With Self Management In Young Girls Years Old in the Village District Kupan Jaya Sintang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 3, Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGI PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS DI SMK AHMAD YANI GURAH KEDIRI Susi Erna Wati, S.Kep.,Ns.M.Kes Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri susierna@unpkediri.ac.id ABSTRAK Flour Albus didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Remaja Indonesia merupakan kelompok resiko tinggi untuk terkena Flour Albus karena tingkat kelembaban udaranya tinggi. Penelitian menunjukan Flour Albus yang lama walau dengan gejala biasabiasa saja lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Oleh karena itu harus selalu menjaga kebersihan alat reproduksi. Kurang pengetahuan remaja tentang Flour Albus menjadi salah satu sebab terjadinya Flour Albus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang Flour Albus dan cara pencegahannya di SMK Ahmad Yani Gurah Kab. Kediri. Desain penelitian ini korelasional. Adapun populasinya adalah semua remaja putri SMK Ahmad Yani Gurah Kediri dengan menggunakan tehnik quota sampling. Dari hasil uji statistik Spearman Rank hubungan tingkat pengetahuan dengan cara pencegahan flour albus di SMK Ahmad Yani Gurah (p value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak). Tingkat hubungan termasuk agak rendah dan positif (correlation coefficient = 0,562), artinya semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula cara pencegahan flour albus dan sebaliknya. Sedangkan untuk sikap ada hubungan sikap dengan cara pencegahan flour albus di SMK Ahmad Yani Gurah (p value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak). Tingkat hubungan termasuk kuat dan positif ( correlation coefficient = 0,562), artinya sikap yang semakin mendukung maka semakin baik pula cara pencegahan flour albus dan sebaliknya. Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, remaja putri, cara pencegahan Flour Albus PENDAHULUAN Flour Albus didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Flour Albus seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal Flour Albus bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami Flour Albus. Pada umumnya, orang menganggap Flour Albus pada wanita sebagai hal yang normal.

Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan Flour Albus. Flour Albus yang normal memang merupakan hal yang wajar, namun, Flour Albus yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Purwanto, 2005). Angka kejadian keputihan juga masih tinggi terutama dikalangan remaja dan wanita dewasa. Sekitar 75% wanita dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan 2 kali atau lebih. (Mayer, 2013). Noor Azizah melaporkan bahwa 36 (72%) siswi mengalami keputihan patologis dan 14 (28%) siswi mengalami keputihan fisiologis pada penelitian yang dilakukan di SMK Muhammadiyah Kudus. 40 (55,6%) siswi mengalami keputihan dari total 72 siswi pada penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Seunuddon Aceh Utara. Menurut Studi Pendahuluan yang dilakukan di SMK Ahmad Yani Gurah Kab. Kediri terdapat 12 siswa putri yang pernah mengalami Flour Albus akan tetapi tidak mengetahui apa penyebab Flour Albus dan bagaimana pencegahannya. Menurut guru SMK tersebut, sampai saat ini belum ada penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengenai masalah Flour Albus yang selama ini pernah dialami para siswanya. Siswa putri yang mengalami Flour Albus tidak mengetahui penyebab Flour Albus maka bisa terjadi infeksi pada organ reproduksi bahkan kanker rahim. Rendahnya pengetahuan remaja tentang hal ini harus ditangani agar pada tahap perkembangan berikutnya para remaja tidak mengalami masalah organ reproduksi. Personal hygiene yang buruk juga akan menyebabkan kemandulan oleh karena itu solusinya adalah menjaga personal hygiene dan melakukan penyuluhan. Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Flour Albus dengan Cara Pencegahannya di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri.

KAJIAN TEORI A. Pengetahuan 1. Definisi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002) Pengetahuan ( knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. 2. Tingkatan Pengetahuan a. Tahu b. Memahami c. Aplikasi d. Analisis e. Sintesis f. Evaluasi B. Remaja Menurut Ahmad (20 05) dijelaskan bahwa remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbedabeda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun (Depkes RI, 2005). C. Flour Albus Flour Albus didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi padat, cair, kental, dalam warna jernih, putih, kuning, hijau dan bau normal, berbau (Hari Setyowanto, 2005).

Penyebab paling penting dari Flour Albus patologik ialah infeksi. Di sini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya yang sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital (Wiknjosastro, 2005). Pencegahan Flour Albus juga bisa dengan menghindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum, atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi serta memperhatikan kebersihan lingkungan. Flour Albus juga bisa muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman (Shadine, 2009). METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi. Penelitian dilakukan di pada bulan Oktober Nopember 2017 di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMK Ahmad Yani Gurah sebanyak 540 orang. Sampel yang diambil menggunakan tehnik quota sampling sebanyak 230 siswi dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 86 siswi. HASIL a. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri No. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Jumlah Prosentase % 1. Tingkat Pengetahuan Kurang 18 Orang 21 % 2. Tingkat Pengetahuan Cukup 39 Orang 45 % 3. Tingkat Pengetahuan Baik 29 Orang 34 %

T Total 86 Orang 100 % a bel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Flour Albous di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri Tahun 2017 Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 86 responden didapatkan hampir setengahnya berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 39 orang (45%). b. Cara Pencegahan Flour Albus Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Cara Pencegahan Flour Albus di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri Tahun 2017 No. Cara Pencegahan Flour Albus Jumlah Prosentase (%) 1. Pencegahan Keputihan Kurang 27 orang 31 % 2. Pencegahan Keputihan Cukup 24 orang 28 % 3. Pencegahan Keputihan Baik 35 orang 41 % Total 86 Or an g 100 % Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 86 responden didapatkan hamper setengahnya cara mencegah Flour Albus dengan baik yaitu sebanyak 35 orang (41%). c. Tabulasi silang Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Cara Pencegahan Flour Albus di SMK Ahmad Yani Gurah Cara Pencegahan Flour Albus No Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total f % f % f % f % 1 Kurang 14 16.3 3 3.5 1 1.2 18 20.9 B 2 Cukup 10 11.6 16 18.6 13 15.1 39 45.3 e r 3 Baik Total 3 27 3.5 31.4 5 24 5.8 27.9 21 35 24.4 40.7 29 86 33.7 100 dasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan terhadap pencegahan flour albus menunjukkan pada responden dengan pengetahuan kurang didapatkan paling banyak cara pencegahan flour albus

juga kategori kurang yaitu sebanyak 14 responden (16,3%), sebaliknya pada responden dengan pengetahuan baik didapatkan paling banyak cara pencegahannya juga termasuk kategori baik yaitu sebanyak 21 responden (24,2%). Menunjukkan bahwa dengan semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula cara pencegahan flour albus dan sebaliknya. Guna membuktikan signifikansi hubungan maka dilakukan analisis dengan uji korelasi spearman. Tabel 4.4 Uji Korelasi Spearman Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Cara Pencegahan Flour Albus di SMK Ahmad Yani Gurah Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui ada hubungan tingkat pengetahuan dengan cara pencegahan flour albus di SMK Ahmad Yani Gurah (spearman, p value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak). Tingkat hubungan termasuk agak rendah dan positif ( correlation coefficient = 0,562), artinya semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula cara pencegahan flour albus dan sebaliknya. PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan remaja putri tentang Flour Albus Penelitian yang dilakukan di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri menunjukkan bahwa dari 86 responden didapatkan hampir setengahnya berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 39 orang (45%). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang

mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek ( stimulus). Seseorang juga akan merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Hal ini berarti sikap responden sudah tidak baik lagi. Serta melakukan Trial, dimana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Pada akhirnya seseorang melakukan adopsi ( adoption), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003). Menurut peneliti pengetahuan responden masih sangat rendah, kondisi ini dimungkinkan remaja putri belum pernah mendapat informasi yang benar dari petugas kesehatan dan mungkin hanya mendengar dari mulut ke mulut. 2. Upaya Remaja Putri Dalam Pencegahan Flour Albus Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri menunjukkan bahwa dari 86 responden didapatkan hampir setengahnya cara mencegah Flour Albus dengan baik yaitu sebanyak 35 orang (41%). Umumnya wanita memang mengalami Flour Albus, apalagi di Indonesia yang tingkat kelembapan udaranya tinggi. Upaya pencegahan dapat berupa : selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman. Jadi jangan lupa menggunting atau membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih mudah menyerap. Membiasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering (Shadine, 2009). Menurut peneliti pencegahan Flour Albus sudah baik, kondisi ini dimungkinkan karena remaja putri sudah mampu menjaga kebersihan alat reproduksi sehingga memungkinkan untuk tidak terjadi Flour Albus. 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Flour Albus dengan

Cara Pencegahannya di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Rank ( p value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak). Tingkat hubungan termasuk agak rendah dan positif (correlation coefficient = 0,562), artinya semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula cara pencegahan flour albus dan sebaliknya. Dari penelitian yang dilakukan kebanyakan cara pencegahan terhadap Flour Albus hamper setengahnya dalam kategori baik. Dari sini peneliti mempunyai pendapat bahwa sebagian besar cara pencegahan Flour Albus kemungkinan besar dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan sosial remaja putri dan keluarga ditunjukkan dengan data bahwa remaja putri hampir seluruhnya tinggal dengan keluarga yaitu sebanyak 74 orang (86 %), dengan tinggal bersama orang tua memungkinkan terjaminnya kebersihan pribadi sehingga tidak tertular jamur-jamur yang umumnya terdapat di WC umum yang kotor. Tingkat pengetahuan juga sangat mempengaruhi sikap remaja putri dalam pencegahan Flour Albus, ditunjukkan hampir seluruhnya remaja putri mempunyai pengetahuan tentang Flour Albus dalam kategori baik yaitu sebanyak 35 orang (41%). Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa ada hubungan agak rendah dan positif antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang Flour Albus dengan cara pencegahannya di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri. Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya faktor lain yang dapat mempengaruhi cara pencegahan Flour Albus antara lain: motivasi, keinginan, pengetahuan. Pengetahuan di sini termasuk di dalamnya pendidikan. Di mana seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan berbeda. Banyaknya promosi kesehatan berupa brosur, leaflet, pendidikan kesehatan diyakini dapat meningkatkan kemampuan remaja putri SMK Ahmad Yani Gurah Kediri untuk mencegah Flour Albus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan SMK Ahmad Yani Gurah Kediri tahun 2017 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan remaja putri hampir setengahnya berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 39 orang (45%). 2. Upaya remaja putri terhadap pencegahan Flour Albus hampir setengahnya cara mencegah Flour Albus dengan baik yaitu sebanyak 35 orang (41%). 3. Hasil uji statistik ( p value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak). Tingkat hubungan termasuk agak rendah dan positif ( correlation coefficient = 0,562), artinya semakin baik pengetahuan maka semakin baik pula cara pencegahan flour albus dan sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010). Conditions/Bacterial-Vaginosis-Gardnella-Vaginitis, http://body. aol.com, diunduh tanggal 17 Januari 2017, jam 11.00 WIB. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Bidanlia, (2010). Teori Pengetahuan, http://blogspot.com, diunduh tanggal 17 Januari 2017, jam 11.15 WIB. Depkes RI. (2005). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI. Mansjoer, (2000). Kapita Selekta. Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: EGC. Manuaba, IBG. (1998). Ilmu Kebidanan, Pelayanan Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Purwanto, (2005) : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Editor : Syaifudin Abdul Bari, Hanifa Wiknjonitisastro, Affandi, Waspodo. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

Shadine, Mahannad, (2009). Penyakit Wanita: Pencegahan, Deteksi Dini & Pengobatannya. Jakarta: Keen Books. Sugyono. (2004). Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Alfabeta Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Cetakan Kesebelas. Jakarta: Balai Pustaka. Wiknyosastro H, (2005), Ilmu Kebidanan Edisi 7, Yayasan Bina Pustaka Youngson, (2000). Ilmu Kebidanan, Pelayanan Kandungan dan KB. Jakarta : EGC a)