: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

perdagangan, industri, pertania

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

Kerja sama ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

V. HASIL DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2015 KEMENDAG. Sertifikasi Mandiri. Proyek Percontohan. Sistem. Ketentuan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

Transkripsi:

Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh masing-masing kawasan di dunia guna menjawab tantangan perdagangan bebas. ASEAN adalah bentuk integrasi geo politik dan ekonomi untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Perdagangan intra industri merupakan pola baru perdagangan internasional, dimana negara melakukan kegiatan ekspor dan impor untuk komoditi yang sama. Perdagangan dengan pola intra industri juga terjadi pada komoditi kosmetik Indonesia. Tujuan penelitian ini guna mengetahui derajat integrasi antara Indonesia dengan lima mitra dagang (Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam dan Thailand) untuk komoditi kosmetik dan faktor apa saja yang menjadi determinan perdagangan intra industri komoditi kosmetik Indonesia dengan lima negara ASEAN. Penelitian ini dilakukan di kawasan ASEAN dengan fokus negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia untuk komoditi kosmetik. Objek pada penelitian ini indeks perdagangan intra industri yang dilakukan Indonesia dengan lima negara mitra dagang utama serta faktor determinan yang mempengaruhinya berdasarkan pendekatan gravity model. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini mengunakan model Panel Data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi non partisipan dengan metode ini dilakukan dengan cara pengamatan dan mencatat serta mempelajari uraian-uraian dari buku, jurnal, skripsi publikasi, serta web resmi. Teknik analisis yang digunakan adalah Intra- Industry Trade Index (IIT Index) dan Generalized Least Square (GLS). Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian menunjukkan derajat integrasi berada pada kategori integrasi sedang. Hasil tersebut mengindikasikan terdapat hubungan saling ketergantungan khususnya dari segi perdagangan kosmetik antara Indeonesia dengan lima negara mitra dagang. Faktor determinan GDP, GDP per kapita, nilai tukar dan jarak secara simultan mempengaruhi derajat integrasi perdagangan intra industri komoditi kosmetik Indeonesia dengan negara ASEAN- 5. Secara parsial derajat integrasi perdagangan intra industri komoditi kosmetik Indeonesia dengan negara ASEAN-5 dipengaruhi GDP, GDP per kapita, dan jarak sementara nilai tukar tidak berpengaruh. Saran dari penelitian ini agar pemerintah dapan merancang kebijakan perdagangan internasional guna meningkatkan integrasi perdagangan yang terjadi antara Indonesia dengan mitra dagang negara ASEAN-5. Kata Kunci: integrasi ekonomi, perdagangan intra industri, IIT index, gravity model i

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR...iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah.....7 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Kegunaan Penelitian... 9 1.5 Sistematika Penulisan... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep... 12 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional... 12 2.1.2 Integrasi Ekonomi... 15 2.1.3 Perdagangan Intra Industri (Intra-Industry Trade)... 18 2.1.4 Trade Facilitation... 19 2.1.5 Produk Domestik Bruto dan Hubungannya dengan Perdagangan Intra Industri... 20 2.1.6 Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita dan Hubungannya dengan Perdagangan Intra-Industri... 21 2.1.7 Nilai Tukar (Kurs) dan Hubungannya dengan Perdagangan Intra-Industri... 22 2.1.8 Jarak dan Hubungannya dengan Perdagangan Intra Industri... 23 2.1.9 Penelitian Sebelumnya... 24 2.2 Hipotesis... 25 ii

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 26 3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian... 27 3.3 Objek Penelitian... 27 3.4 Identifikasi Variabel... 27 3.5 Definisi Operasional Variabel... 28 3.6 Jenis dan Sumber Data... 29 3.6.1 Jenis Data... 29 3.6.2 Sumber Data... 30 3.7 Metode Pengumpulan Data... 30 3.8 Teknik Analisis Data... 31 3.8.1 Intra Industry Trade Index... 31 3.8.2 Gravity Model... 34 3.8.3 Analisis Panel Data... 35 3.8.4 Pengujian Asumsi Klasik... 38 3.8.4.1 Uji Normalitas... 40 3.8.4.2 Uji Multikolinearitas... 40 3.8.4.3 Uji Autokorelasi... 41 3.8.4.4 Uji Heterokedastisitas... 41 3.8.5 Uji F... 42 3.8.6 Analisis Koefisien Regresi Parsial (uji t)... 44 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi atau Wilayah Penelitian... 51 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 52 4.2.1 Hasil Identifikasi Tingkat Integrasi Intra-Trade Industry Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5... 52 4.2.2 Pemilihan Model... 56 4.2.3 Evaluasi Model... 57 iii

4.2.3.1 Uji Normalitas... 57 4.2.3.2 Uji Multikolinearitas... 58 4.2.3.3 Uji Autokorelasi... 59 4.2.3.4 Uji Heterokedastisitas... 60 4.2.4 Hasil Uji Signifikasi... 61 4.2.4.1 Uji F... 61 4.2.4.2 Uji t... 62 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan... 71 5.2 Saran... 72 DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN LAMPIRAN iv

DAFTAR TABEL No. Tabel... Halaman 3.1 Klasifikasi Nilai Intra-Industry Trade... 33 4.1 Nilai Intra-Industry Trade Index Indonesia dengan Mitra dangang NegaraASEAN-5 Tahun 2009-2014... 53 4.2 Uji Chow Test... 56 4.3 Hausman Test... 57 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas... 58 4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Autokorelasi... 59 4.5 Uji Asumsi Klasik Uji Heterokedastisitas... 60 v

DAFTAR GAMBAR No. Gambar... Halaman 1.1 Nilai Ekspor Komoditi Kosmetik Ke-5 Negara ASEAN Tahun 2009-2014 (dalam US$)... 4 1.2 Nilai Impor Komoditi Kosmetik Ke-5 Negara ASEAN Tahun 2009-2014 (dalam US$)... 7 2.1 Model Keseimbangan Umum... 15 1.1 Kerangka Pemikiran... 26 1.2 Daerah Pengujian Penerimaan dan Penolakan Ho Uji F... 43 1.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk variabel X1... 45 1.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk variabel X2... 46 1.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk variabel X3... 48 1.6 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk variabel X4... 49 4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas... 58 vi

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran... Halaman 1 Hasil Output Ordinary Least Square (OLS)... 77 2 Hasil Output Model Fixed Effect... 78 3 Hasil Output Model Random Effect... 79 4 Chow Test... 80 5 Hausman Test... 81 6 Hasil Output Generalized Least Square (GLS)... 82 7 Tabel Durbinwatson... 83 8 Tabel Distribusi F... 86 9 Tabel Distribusi t... 87 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses integrasi dalam bidang ekonomi merupakan fenomena yang terjadi di era globalisasi sekarang ini. Integrasi ekonomi penting dilakukan bagi masingmasing kawasan di dunia untuk menjawab tantangan era perdagangan bebas dunia. Hampir semua negara-negara di dunia telah melakukan integrasi di bidang ekonomi dalam bentuk kawasan khusus yang terdiri dari beberapa negara guna memperlancar hubungan antar negara terutama aktivitas perdagangan (Achsani, 2008). World Trade Organization (WTO), North American Free Trade Area (NAFTA), dan European Union (EU) merupakan beberapa bentuk kesepakatan integrasi perdagangan yang telah mengarah pada perdagangan bebas dengan fokus pengurangan hambatan-hambatan dalam perdagangan. Soloaga dan Winters (2001) meneliti tentang European Union menyimpulkan bahwa efek European Union terhadap arus perdagangan negara anggota sangat signifikan, yaitu meningkatkan volume perdagangan negara anggota. Kesuksesan Uni Eropa sebagai salah satu kawasan yang terbentuk melalui proses integrasi ekonomi negara-negara di benua Eropa menjadi motivasi bagi negara-negara di belahan dunia lainnya untuk mempercepat integrasi dalam membentuk sebuah kawasan ekonomi. Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan organisasi geopolitik serta ekonomi yang menghimpun negara-negara di kawasan Asia Tenggara. ASEAN didirikan dari prakarsa lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand berdasarkan hasil keputusan Bangkok Declaration pada 8 viii

Agustus 1967 (Hady, 2001:46). Tujuan utama didirikannya ASEAN untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mendorong perdamaian dan stabilitas wilayah, dan membentuk kerjasama di berbagai bidang. Pembentukan ASEAN diawali oleh kesadaran para pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara untuk membentuk suatu organisasi kerja sama di kawasan Asia Tenggara yang dilandasi oleh kesadaran perlunya meningkatkan saling pengertian untuk hidup bertetangga secara baik dan membina kerja sama yang bermanfaat di antara negara-negara di kawasan yang terikat oleh pertalian sejarah dan budaya (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2010:2-3). Perkembangan organisasi ASEAN yang menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan di bidang politik dan ekonomi, mendorong negara-negara di Asia Tenggara lainnya bergabung menjadi anggota ASEAN, yakni Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja sehingga anggotanya menjadi 10 (sepuluh) Negara. Perkembangan ASEAN tersebut juga memasuki tahap penting, yaitu menjelang abad ke-21, ASEAN sepakat untuk mengembangkan suatu kawasan yang terintegrasi dengan membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, dan diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020, yaitu dengan disepakatinya pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) (Taufik, 2014). ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan hal penting yang telah disepakati oleh kepala pemerintahan negara-negara anggota ASEAN di Singapura dalam sidang kepala pemerintah ASEAN ke-4. Sidang tersebut menyepakati kurun waktu untuk pembentukan ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah 15 tahun guna ix

mencapai globalisasi serta liberalisasi perdagangan dunia. Paham liberalisme dijadikan landasan terhadap aktivitas ekonomi sekawasan ASEAN dalam membangun kerjasama regional secara terus-menerus dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan berdasarkan kesepakatan dengan pelaksanakaan secara bertahap (Mustafa, 2009:37). Selaras dengan pembentukan AFTA disepakati juga mekanisme utama Common Effective Preferential Tariff (CEPT), yaitu suatu konsep yang memberikan penekanan pada pengurangan atau penghapusan tarif serta non tarif untuk beberapa produk hingga mencapai antara 0 sampai 5 persen. Barang-barang yang dimasukkan dalam CEPT tersebut yang diimpor dari sesama Negara ASEAN akan dikenakan bea masuk yang sama di semua negara anggota. Bea masuk ini akan lebih rendah dari pada bea masuk terhadap barang sejenis yang diimpor dari luar ASEAN. Sejak tahun 2003, masing-masing negara anggota ASEAN telah menurunkan hambatan perdagangan khususnya pada hambatan tarif seperti yang direncanakan dalam AFTA (CEPT). Perkembangan perdagangan intra-asean menjadi sangat signifikan, meskipun demikian pengetahuan negara-negara anggota tentang dampak penurunan tarif pada perdagangan bilateral menjadi terbatas. Trade facilitation merupakan suatu konsep pengukuran dalam merespon dampak yang terbatas tersebut. Pengukuran ini bertujuan untuk menurunkan biaya transaksi yang terjadi dan meningkatkan efisiensi aktivitas perdagangan. Beberapa produk yang termasuk ke dalam proses trade facilitation antara lain kosmetik, farmasi, listrik dan produk-produk telekomunikasi. Kosmetik, listrik dan telekomunikasi merupakan produk-produk yang masuk dalam suatu perjanjian x

yang telah disepakati bersama oleh negara-negara anggota ASEAN, yaitu suatu perjanjian yang dimulai pada tahun 1998 yang dikenal dengan nama Mutual Recognition Agreements (MRAs) (Hakim dkk., 2006). Perkembangan ekspor Indonesia untuk komoditi kosmetik ke lima Negara ASEAN yaitu Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam dan Thailand ditunjukkan oleh Gambar 1.1 untuk kurun waktu 2009-2014. Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam dan Thailand merupakan lima negara tujuan utama ekspor kosmetik Indonesia di kawasan ASEAN. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat ekspor kosmetik Indonesia ke lima negara ASEAN dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dimana terjadi peningkatan dan juga penurunan nilai ekspor. Nilai ekspor untuk komoditas kosmetik ke Malaysia dalam kurun waktu 2009 sampai dengan 2014, mengalami peningkatan yang pesat pada tahun 2011 ke tahun 2012 yakni semula 645.999 US$ meningkat pesat menjadi 3.355.979 US$. Tahun berikutnya 2013 sampai dengan tahun 2014 nilai ekspor Indonesia ke Malaysia menurun menjadi 2.419.254 US$. Gambar 1.1 Nilai Ekspor Komoditi Kosmetik Ke-5 Negara ASEAN Tahun 2009-2014 (dalam US$) 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Ekspor Kosmetik ke Malaysia Ekspor Kosmetik ke Singapura Ekspor Kosmetik ke Thailand Ekspor Kosmetik ke Philipina Ekspor Kosmetik ke Vietnam Sumber: www.comtrade.un.org, 2009-2014 (data diolah) xi

Penurunan ekspor pada tahun 2014 disebabkan industri yang bergerak dibidang kosmetik tidak dapat melihat adanya peluang. Pada tahun 2014 terjadi pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, fenomena ini seharusnya dilihat sebagai peluang untuk meningkatkan ekspor. Menurunnya ekspor pada tahun 2014 disebabkan karena kebanyakan industri kosmetik di Indonesia masih mempergunakan bahan baku yang di impor, sehingga walaupun punya kesempatan untuk meningkatkan ekspor, para pelaku industri justru mengalami dampak negatif dari pelemahan rupiah tersebut (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2016). Fluktuasi juga terjadi pada ekspor komoditi kosmetik ke empat negara lainnya, tetapi akhirnya pada tahun 2013 ke 2014 ekspor mengalami peningkatan. Nilai ekspor komoditi kosmetik ke Filipina dari tahun 2013 ke tahun 2014 meningkat dari 123.597 US$ ke 339.701 US$, hal yang sama juga terjadi untuk kasus Singapura, Vietnam, dan Thailand. Berdasarkan Gambar 1.1 dapat ditarik kesimpulan nilai ekspor kosmetik Indonesia kelima Negara ASEAN untuk dua tahun terakhir yaitu tahun 2013 dan 2014 mengalami kenaikan untuk kasus Filipina, Singapura, Vietnam dan Thailand. Perdagangan suatu negara dengan negara lain secara teoritis umumnya dilatarbelakangi oleh kondisi dimana suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya untuk kasus suatu komoditi tertentu karena keterbatasan dan ketersediaan sumber daya yang ada di dalam negaranya. Untuk memenuhi ketersediaan sumber daya tersebut negara akan menjalin hubungan yang disebut dengan mitra dagang dengan negara yang memiliki kelebihan sumber daya xii

yang dibutuhkan (Krugman & Obstfeld, 1997:79). Sekarang ini, pola baru perdagangan muncul dimana negara mengimpor barang atau komoditi yang sudah ada di dalam negaranya, hal ini biasanya dilakukan negara guna menjalin hubungan yang baik dengan negara lain. Pola perdagangan seperti ini umumnya dilakukan untuk kepentingan hubungan politik antar negara. Sebuah konsep perdagangan yang disebut dengan intra-industri muncul sebagai sebuah jawaban atas adanya realitas baru yang terjadi dalam pola perdagangan internasional pada saat ini. Pola perdagangan tersebut yang secara tidak langsung nyatanya ditemukan bahwa di beberapa negara, telah berkembang pola perdagangan dua arah yaitu perdagangan untuk barang yang sama (negara mengekspor dan juga mengimpor barang yang sama) dengan mitra dagang. Fakta ini kemudian menimbulkan banyak reaksi dari beberapa peneliti yang selanjutnya melakukan kajian terhadap teori-teori perdagangan lama. Teori-teori perdagangan tradisional khususnya teori perdagangan komparatif Hecksher-Ohlin (H-O) ternyata tidak mampu menjelaskan pola perdagangan dengan realita yang ada sekarang ini. Latar belakang fenomena ini selanjutnya menjadi cikal bakal munculnya teori perdagangan yang baru (new trade theory) yang kemudian dikenal dengan istilah Intra-Industry Trade (IIT) (Bato, 2012). Perdagangan komoditi kosmetik di Indonesia dapat dikatakan mengikuti pola teori perdagangan Intra-Industry Trade. Indonesia dalam perdagangan internasional khususnya dengan mitra dagang lima negara ASEAN tidak hanya melakukan ekspor untuk komoditi tersebut, tetapi juga melakukan impor untuk komoditi tersebut. Dapat disimpulkan disini pola perdagangan Intra-Industry Trade xiii

terjadi antara Indonesia dengan Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Thailand untuk komoditi kosmetik. Berikut disajikan data dalam bentuk Gambar yang menunjukkan nilai impor kosmetik dari lima negara partner dagang Indonesia. Gambar 1.2 Nilai Impor Komoditi Kosmetik Ke-5 Negara ASEAN Tahun 2009-2014 (dalam US$) 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Impor Kosmetik dari Malaysia Impor Kosmetik dari Singapura Impor Kosmetik dari Thailand Impor Kosmetik dari Philipina Impor Kosmetik dari Vietnam Sumber: www.comtrade.un.org, 2009-2014 (data diolah) Melalui Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa Indonesia juga melakukan impor komoditi kosmetik dari lima Negara ASEAN. Impor tertinggi berdasarkan Gambar 1.2 terjadi pada tahun 2013, yakni impor kosmetik dari negara Singapura dengan nilai impor sebesar 721.098 US$. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ASEAN merupakan suatu bentuk integrasi di kawasan Asia Tenggara yang dibentuk untuk tujuan hubungan geo-politik dan ekonomi. Salah satu tujuan dibentuknya ASEAN guna meningkatkan kerjasama antar sesama negara anggota. Perdagangan internasional merupakan bentuk kerjasama yang terjadi di bidang xiv

ekonomi, dimana aktivitas ekspor dan impor terjadi. Berdasarkan uraian latar belakang, dikawasan ASEAN berkembang pola perdagangan satu arah yang disebut perdagangan intra-industri. Melalui perdaganagan intra-industri yang terjadi antara Indonesia dengan lima negara mitra dagang dapat diketahui integrasi yang terjadi di kawasan ASEAN. Kawasan Asia Tenggara seharusnya semakin terintegrasi guna memberikan dampak yang baik bagi ekspor ataupun impor negara-negara anggota. Kondisi yang berkembang ekspor komoditi kosmetik Indonesia justru mengalami penurunan pada tahun 2014 untuk kasus Malaysia. Berdasarkan permasalahan diatas pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Seberapa besar derajat integrasi perdagangan intra-industri untuk komoditi kosmetik Indonesia dengan mitra dagang negara-negara ASEAN? 2) Bagaimana pengaruh Produk Domestik Bruto, Produk Domestik Bruto Per Kapita, nilai tukar, dan jarak antar negara terhadap besarnya derajat integrasi perdagangan intra-industri untuk komoditi kosmetik Indonesia dengan partner dagang negara-negara ASEAN? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengidentifikasi besarnya derajat integrasi perdagangan intra-industri untuk komoditi kosmetik Indonesia dengan mitra dagang negara-negara ASEAN. 2) Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto Per Kapita, Produk Domestik Bruto Per Kapita, nilai tukar, dan jarak antar negara signifikan xv

terhadap besarnya derajat integrasi perdagangan intra-industri untuk komoditi kosmetik Indonesia dengan partner dagang negara-negara ASEAN. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua kegunaan yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan secara teori nantinya dapat memperkaya ragam penelitian yang sudah ada serta dapat menerapkan teori-teori yang sudah didapat selama menempuh pendididikan di perguruan tinggi. Selain itu, penelitian ini memiliki kegunaan teoritis sebagai pendukung jurnal ataupun penelitian sebelumnya, menjadi referensi untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya sehingga dapat dijadikan acuan guna menambah pengetahuan untuk membandingkan teori-teori yang ada. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memerikan kontribusi berupa sebuah pemikiran kepada pemerintah guna merancang sebuah kebijakan yang sekiranya baik dan dapat diterapkan dalam ranah perdagangan internasional. 1.5 Sistematika Penelitian Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masingmasing bab dapat diperinci sebagai berikut: xvi

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitiannya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampe, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini akan menguraikan gambaran umum wilayah penelitian dan menguraikan pembahasan mengenai derajat integrasi perdagangan intraindustri komoditi kosmetik lima negara ASEAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat integrasi perdagangan intra-industri komoditi kosmetik di lima negara ASEAN. xvii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. xviii