EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI 20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Muji Mulyo, Desa Muara Putih, Kecamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia,

PELAKSANAAN PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu berasal dari Brazilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu (Manihot esculenta) atau dikenal pula dengan nama ketela pohon,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

KERAGAMAN KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA UJ-3, CMM 25-27, DAN MENTIK URANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

SANWACANA. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1

II. TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU UK-1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UK-1

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Ubikayu pada ubikayu merupakan akar pohon yang membesar dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

III. BAHAN DAN METODE

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Ubi Kayu

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional.

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

TANAMAN PENGHASIL PATI

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubikayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. BAHAN DAN METODE. Bahan-bahan penelitian yaitu benih varietas Kancil dan Singa yang merupakan

DESKRIPSI KARAKTER MORFOLOGI UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) JURAY DARI KABUPATEN ROKAN HULU. Murtiana Caniago, Dewi Indriyani Roslim, Herman

Transkripsi:

EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI 20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh Handika Pratama FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Handika Pratama ABSTRAK EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI 20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN Oleh HANDIKA PRATAMA Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Klon-klon baru yang dirakit diharapkan berdaya hasil tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keunggulan 18 klon ubi kayu dengan cara dibandingkan dengan varietas standar dan membuat deskripsi 20 klon yang diuji. Varietas standar yang digunakan sebagai pembanding adalah UJ 3 dan UJ 5. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan mulai bulan Januari sampai November 2015. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS), yang terdiri atas dua ulangan. Data dianalisis ragam yang dilanjutkan uji Waller - Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan adanya keragaman warna daun pucuk, daun, tangkai atas, tangkai bawah, batang, korteks batang, bentuk ubi, kulit luar ubi, korteks ubi, dan daging ubi. Tingkat keragaman tinggi ditunjukkan oleh variabel bobot brangkasan, indeks panen, jumlah lobus daun, jumlah tingkat percabangan, lebar lobus daun, panjang lobus daun, dan

Handika Pratama panjang tangkai daun. Klon-klon yang lebih unggul dari varietas UJ 3 dan UJ 5 yang ditunjukkan oleh variabel bobot ubi per tanaman, jumlah ubi per tanaman, rendemen pati, dan indeks panen yaitu Malang 6-101, Bendo-3, UJ 3-13, Bayam Liwa 100, SL 109, SL 34, Bayam Liwa 14, SL 73, Bayam Liwa 9, CMM 25-27- 143, TB 78, dan SL 62. Kata kunci: keragaman, karakter agronomi, klon unggul, ubi kayu

EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI 20 KLON UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI DESA MUARA PUTIH NATAR LAMPUNG SELATAN Oleh Handika Pratama Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Bersama dengan rahmat-nya Kupersembahkan karya ini untuk orang tuaku beserta keluarga besar yang selalu mengasihi Berikut pula rekan, teman, sahabat, saudara sekaligus keluarga pada setiap fase kehidupanku Serta almamater yang kubanggakan Semoga karya ini bermanfaat

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah mengerjakan (suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. dan kepada Tuhan Mu kamu berharap. (QS. Al Insyirah 95 : 6-8) Orang yang tidur tidak akan tahu kalau dirinya sedang bermimpi, kecuali setelah bangun. Begitu juga orang yang lalai akan akhirat, tidak akan tahu kalau dirinya sedang menyia-nyiakan amal akhirat, kecuali setelah datangnya kematian. Ya Allah jangan jadikan kami orang-orang lalai. (Handika Pratama)

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung pada tanggal 08 Desember 1991 sebagai anak ke-8 dari pasangan Bapak Nimbang Nawawi dan Ibu Rohma Hasan. Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Perumnas Way Halim, Bandar Lampung pada tahun 1998 2004; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Gajah Mada, Bandar Lampung pada tahun 2004 2007; Sekolah Menengah Atas (SMA) Al Azhar 3, Bandar Lampung pada tahun 2007 2010; dan pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Program Studi Agroteknologi melalui jalur Ujian Mandiri Lokal (UML) pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan (2015). Penulis juga aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi. Penulis pernah terdaftar sebagai anggota muda di Perhimpunan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) dan anggota bidang Humas di Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Studi Islam Fakultas Pertanian (FOSI FP) pada tahun ajaran 2013/ 2014. Pada bulan Januari Februari 2015, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Sukadana, Kecamatan Buay Bahuga, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Kemudian pada bulan Juli Agustus

2015, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum (PU) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Tegineneng, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

SANWACANA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan nikmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing, memberikan ilmu, saran, motivasi, semangat, dan arahan dalam melakukan penelitian ini serta nasihat dalam banyak hal. 2. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan ilmu, saran, motivasi dan bimbingan dalam penelitian ini. 3. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Penguji bukan Pembimbing atas saran, kritik, ilmu, dan bimbingan dalam penelitian ini. 4. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 5. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 6. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang senantiasa memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. 7. Keluarga penulis, Alm. Ibu, Alm. Ayah, dan Kakak-kakakku tercinta, serta seluruh keluarga besarku atas perhatian, doa, dukungan, keceriaan dan kasih sayangnya yang tulus di sepanjang hidup penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis, Herlita Sari, S.P., Lutfiana Cahyani, S.P., Lesty Mantia Sari, S.P., Ahmad Hidayat, S.P., Eldineri Zulkarnain, S.P., Herlambang, S.P., Dhodi Tri Pamungkas S.P., dan Hafiz Baihaqi S.P., serta teman-teman Agroteknologi 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, atas dukungan, persahabatan, dan kebersamaannya selama ini. 9. Rekan-rekan penelitian penulis, Agung Sukmawan S.P., Edi Susilo S.P., dan Cecep Hidayat atas kerjasama, bantuan, dan motivasi sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar. 10. Seluruh dosen dan karyawan/ti Jurusan Agroteknologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung. 11. Almamaterku tercinta Universitas Lampung 12. Serta seluruh orang-orang baik yang ada di dekat penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa menjaga kalian dengan penjagaan terbaik-nya. Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan mereka semua dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. Bandar Lampung, Agustus 2017 Penulis Handika Pratama

i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... i iii vii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 4 1.3 Kerangka Pemikiran... 4 1.4 Hipotesis... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Ubi kayu... 7 2.2 Morfologi Tanaman Ubi kayu... 7 2.3 Syarat Tumbuh... 8 2.4 Masalah dan Tujuan Pemuliaan Ubi kayu... 9 2.5 Manfaat Ubi kayu... 10 2.6 Seleksi dan Uji Daya Hasil... 11 2.7 Tahap-tahap Perakitan Varietas/ Klon Unggul Ubi kayu... 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 14 3.2 Alat dan Bahan... 14 3.3 Metode Penelitian... 14 3.4 Deskripsi Klon-klon Ubi kayu yang diuji... 16 3.5 Pelaksanaan Penelitian... 19 3.5.1 Pengolahan Lahan... 19 3.5.2 Penanaman... 19 3.5.3 Pemeliharaan... 19 3.6 Variabel Pengamatan... 20

ii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil... 29 4.1.1 Status Kesuburan Tanah... 29 4.1.2 Karakter Kualitatif Klon-klon Ubi kayu... 30 4.1.3 Karakter Kuantitatif Klon-klon Ubi kayu... 42 4.1.4 Penyusunan Klon-klon Unggul Ubi kayu... 51 4.1.5 Deskripsi Klon-klon Unggul Ubi kayu... 53 4.2 Pembahasan... 60 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 67 5.2 Saran... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Tabel...72

iv DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Identitas 20 Klon Ubi kayu yang Diuji... 16 2. Deskripsi Ubi kayu Klon UJ 3... 17 3. Deskripsi Ubi kayu Klon UJ 5... 18 4. Hasil Analisis Kimia Tanah Sebelum Penanaman... 30 5. Warna Daun Pucuk... 31 6. Warna Daun... 32 7. Warna Tangkai Atas... 33 8. Warna Tangkai Bawah... 34 9. Warna Batang... 35 10. Warna Korteks Batang... 36 11. Warna Korteks Ubi... 37 12. Warna Kulit Ubi... 38 13. Warna Daging Ubi... 39 14. Bentuk Ubi... 40 15. Tingkat Kesulitan Kupasan Kulit... 41 16. Tekstur Kulit... 42 17. Rekapitulasi Analisis Ragam Variabel Kuantitatif yang Diamati... 43. 18. Pengaruh Klon terhadap Bobot Brangkasan dan Bobot Ubi... 44

iv 19. Pengaruh Klon terhadap Diameter Batang, Diameter Penyebaran Ubi, dan Indeks Panen... 45 20. Pengaruh Klon terhadap Jumlah Lobus Daun dan Jumlah Tingkat Percabangan... 47 21. Pengaruh Klon terhadap Jumlah Ubi, Rendemen Pati, dan Lebar Lobus Daun... 48 22. Pengaruh Klon terhadap Panjang Lobus Daun, Panjang Tangkai Daun, dan Tinggi Tanaman... 50 23. Penyusunan 5 Klon Tertinggi Variabel Bobot Ubi dan Jumlah Ubi... 51 24. Penyusunan 5 Klon Tertinggi Variabel Rendemen Pati dan Indeks Panen... 51 25. Rekapitulasi 12 Klon Tertinggi Berdasarkan Variabel Bobot Ubi, Jumlah Ubi, Rendemen Pati, dan Indeks Panen... 52 26. Deskripsi Klon Malang 6-101 dan Bendo-3... 53 27. Deskripsi Klon UJ 3-13 dan Bayam Liwa 100... 54 28. Deskripsi Klon SL 109 dan SL 34... 55 29. Deskripsi Klon Bayam Liwa 14 dan SL 73... 56 30. Deskripsi Klon Bayam Liwa 9 dan CMM 25-27-143... 57 31. Deskripsi Klon TB 78 dan SL 62... 58 32. Deskripsi Klon UJ 3 dan UJ 5... 59 33. Bobot Brangkasan Klon-klon Ubi kayu.... 70 34. Bobot Brangkasan Klon-klon Ubi kayu Transformasi ( x+0,5)... 71 35. Analisis Ragam Bobot Brangkasan... 72 36. Bobot Ubi Klon-klon Ubi kayu... 73 37. Bobot Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi 1 ( x+0,5)... 74 38. Bobot Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi 2 ( x+0,5)... 75 39. Analisis Ragam Bobot Ubi... 76

v 40. Diameter Batang Klon-klon Ubi kayu... 77 41. Analisis Ragam Diameter Batang... 78 42. Diameter Penyebaran Ubi Klon-klon Ubi kayu... 79 43. Diameter Penyebaran Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi ( x+0,5)... 80 44. Analisis Ragam Diameter Penyebaran Ubi... 81 45. Indeks Panen Klon-klon Ubi kayu... 82 46. Analisis Ragam Indeks Panen... 83 47. Jumlah Lobus Daun Klon-klon Ubi kayu... 84 48. Analisis Ragam Jumlah Lobus Daun... 85 49. Jumlah Tingkat Percabangan Klon-klon Ubi kayu... 86 50. Jumlah Tingkat Percabangan Klon-klon Ubi kayu Transformasi 1 ( x+0,5)... 87 51. Jumlah Tingkat Percabangan Klon-klon Ubi kayu Transformasi 2 ( x+0,5)... 88 52. Analisis Ragam Jumlah Tingkat Percabangan... 89 53. Jumlah Ubi Klon-klon Ubi kayu.... 90 54. Jumlah Ubi Klon-klon Ubi kayu Transformasi ( x+0,5)... 91 55. Analisis Ragam Jumlah Ubi... 92 56. Rendemen Pati Klon-klon Ubi kayu... 93 57. Rendemen Pati Klon-klon Ubi kayu Transformasi ( x+0,5)... 94 58. Analisis Ragam Rendemen Pati... 95 59. Lebar Lobus Daun Klon-klon Ubi kayu... 96 60. Analisis Ragam Lebar Lobus Daun... 97

vi 61. Panjang Lobus Daun Klon-klon Ubi kayu... 98 62. Analisis Ragam Panjang Lobus Daun... 99 63. Panjang Tangkai Daun Klon-klon Ubi kayu... 100 64. Analisis Ragam Panjang Tangkai Daun... 101 65. Tinggi Tanaman Klon-klon Ubi kayu... 102 66. Tinggi Tanaman Klon-klon Ubi kayu Transformasi ( x+0,5)... 103 67. Analisis Ragam Tinggi Tanaman... 104 68. Deskripsi Klon Bayam Liwa 9 dan Bayam Liwa 14... 105 69. Deskripsi Klon Bayam Liwa 29 dan Bayam Liwa 100... 106 70. Deskripsi Klon Bendo-3 dan CMM 25-27-143... 107 71. Deskripsi Klon Malang 6-101 dan Randu... 108 72. Deskripsi Klon SL 34 dan SL 39... 109 73. Deskripsi Klon SL 51 dan SL 62... 110 74. Deskripsi Klon SL 73 dan SL 87... 111 75. Deskripsi Klon SL 106 dan SL 109... 112 76. Deskripsi Klon TB 78 dan UJ 3... 113 77. Deskripsi Klon UJ 3-13 dan UJ 5... 114

vii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Skema Perakitan Varietas Unggul Ubi kayu... 13 2. Tata Letak Percobaan... 15 3. Warna Pucuk Daun... 20 4. Warna Daun... 21 5. Warna Tangkai Daun... 22 6. Warna Batang... 22 7. Warna Korteks Batang... 23 8. Panjang Tangai Daun... 23 9. Panjang Lobus Daun... 24 10. Lebar Lobus Daun... 24 11. Jumlah Lobus Daun... 24 12. Bentuk Ubi... 25 13. Warna Kulit Ubi... 26 14. Warna Korteks Ubi... 26 15. Tekstur Kulit Ubi... 27 16. Warna Daging Ubi... 27

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Di Indonesia, ubi kayu merupakan sumber pangan nomor tiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu dapat memberikan hasil tinggi dan memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap pengaruh lingkungan, sehingga ubi kayu memiliki potensi untuk dikembangkan khususnya di Indonesia (Purwono dan Heni, 2009). Menurut Soetanto (2008), ubi kayu merupakan tanaman pangan non-beras yang memiliki kandungan gizi yang baik. Kandungan karbohidrat dan protein ubi kayu berturut-turut 34,7 dan 1,2 gram per 100 gram bobot ubi. Ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, pakan ternak, dan bioethanol. Sebagian besar bagian tanaman ubi kayu memberikan manfaat, seperti daun ubi kayu dapat dijadikan pakan ternak dan sayur, batang yang dijadikan pagar dan bahan tanam selanjutnya, biji yang dijadikan minyak, dan ubi yang dapat diolah menjadi tepung tapioka, gaplek, dan bioetanol melalui proses fermentasi, atau pun olahan langsung seperti keripik singkong. Dengan manfaat yang begitu banyak, hal tersebut mendorong Indonesia untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubi kayu (Sholihin, 2009).

Pada umumnya ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan potensial yang 2 dibudidayakan secara luas di Indonesia, khususnya pada Provinsi Lampung. Luas areal panen ubi kayu di Indonesia pada tahun 2014 seluas 1.003.494 ha dengan produktivitas 233 kwintal/ ha dan produksi 23.436.384 ton. Lampung merupakan provinsi penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia dengan produksi 8.034.016 ton dan luas areal 372.858 ha pada tahun 2014, diikuti Jawa Tengah dengan produksi 3.977.810 ton dan luas areal 152.595 ha, Jawa timur dengan produksi 3.635.454 ton dan luas areal 158.963 ha, Jawa Barat dengan produksi 2.250.024 ton dan luas areal 96.718 ha, Sumatera Utara dengan produksi 1.383.346 ton dan luas areal 43.134 ha, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan produksi 880.860 ton dan luas areal 56.151 ha, dan Sulawesi Selatan dengan produksi 375.390 ton dan luas areal 19.312 ha (Badan Pusat Statistik, 2015). Permintaan ubi kayu terus meningkat setiap tahun, sedangkan produksi dan produktivitas ubi kayu belum mampu memenuhi kebutuhan ubi kayu tersebut. Permasalahan utama dalam produksi ubi kayu di Indonesia adalah produktivitas yang masih rendah. Menurut Prihandana (2007), rendahnya produktivitas disebabkan oleh (1) para petani belum menggunakan varietas unggul baru (VUB). (2) kualitas bibit tidak optimal karena disimpan selama 2-3 bulan, (3) dosis rekomendasi pupuk belum diterapkan, (4) panen tidak tepat waktu karena para petani menanam serempak pada awal musim hujan, (5) promosi dan diseminasi yang kurang optimal dan (6) minat petani yang rendah karena fluktuasi harga. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas ubi kayu masih sangat perlu dilakukan.

Pemuliaan tanaman merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam 3 meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Pemuliaan ini dimaksudkan untuk merakit keragaman genetik populasi tanaman agar menjadi lebih baik atau lebih unggul dari sebelumnya. Perakitan klon-klon baru diharapkan berdaya hasil tinggi. Sesuai dengan pola ilmiah pokok Universitas Lampung yaitu Pengelolaan Lahan Kering Berbasis Kearifan Lokal, ubi kayu merupakan komoditas strategis dan sangat penting di Provinsi Lampung, maka pemuliaan ubi kayu di Unila terus dilakukan dan dikembangkan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan perakitan varietas unggul baru. Untuk menghasilkan varietas ubi kayu yang unggul, maka dilakukan serangkaian kegiatan penelitian. Varietas unggul yang dihasilkan diharapkan dapat memiliki produksi dan produktivitas yang tinggi yang mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan memenuhi kebutuhan terhadap ubi kayu. Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan, maka disusun perumusan masalah yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan karakter morfologi dan agronomi pada 20 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz)? 2. Apakah terdapat klon-klon unggul dari 18 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz), jika dibandingkan dengan klon standar UJ 3 dan UJ 5?

1.2 Tujuan Penelitian 4 Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat deskripsi 20 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). 2. Mengevaluasi keunggulan 18 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) yang diuji dengan cara dibandingkan dengan klon standar UJ 3 dan UJ 5. 1.3 Kerangka Pemikiran Permintaan ubi kayu terus meningkat setiap tahun, sedangkan produksi dan produktivitas ubi kayu belum mampu memenuhi permintaaan akan kebutuhan ubi kayu tersebut. Hal ini dikarenakan luas areal tanam ubi kayu terus mengalami penurunan dan penggunaan klon unggul oleh masyarakat yang masih sedikit. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas salah satunya dapat dilakukan dengan cara uji daya hasil serta evaluasi karakter morfologi dan agronomi klon dalam perakitan varietas unggul. Penggunaan klon dengan produksi yang rendah mengakibatkan budidaya tanaman menjadi kurang baik, sehingga perlu adanya klon-klon unggul yang berpotensi menghasilkan produksi dan produktivitas tinggi. Seleksi merupakan prosedur pemuliaan tanaman yang paling tua dan merupakan dasar untuk perbaikan tanaman. Seleksi dapat berlangsung apabila terdapat keragaman yang luas dalam suatu populasi (Baihaki, 2000).

Dalam pemuliaan tanaman, penilaian secara visual atau pun dengan pengukuran 5 semuanya didasarkan atas apa yang diamati. Proses mengenali karakter-karakter pada tanaman disebut karakterisasi. Adapun macam karakter yang diamati dalam karakterisasi yaitu karakter kualitatif dan kuantitatif. Kegiatan karakterisasi dalam pemuliaan tanaman adalah untuk mengetahui karakter-karakter penting yang merupakan penciri dari suatu klon atau varietas. Perwujudan yang tampak disebut fenotipe yang merupakan penampilan suatu genotipe tertentu pada suatu lingkungan tertentu di tempat mereka tumbuh (Mangoendidjojo, 2003). Faktor genetik yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah penggunaan klon unggul. Klon unggul dihasilkan melalui perakitan oleh pemulia tanaman. Keberhasilan dalam program pemuliaan ditentukan oleh keragaman latar belakang genetik. Perbaikan genotipe tanaman tergantung pada tersedianya populasi yang individunya memiliki susunan genetik yang berbeda. Dengan mengevaluasi beberapa sifat pertumbuhan dan hasil, keragaman genetik suatu populasi dapat diketahui (Zuraida, 2008). Tahap-tahap perakitan varietas unggul ubi kayu secara garis besar mencakup tahap perluasan keragaman genetik populasi, seleksi, dan uji daya hasil pendahuluan serta uji daya hasil lanjutan. Klon unggul ubi kayu pada umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek. Klon-klon ubi kayu secara genetik bersifat heterozigot, karena sebagian besar tanaman menyerbuk silang dan seleksi dilakukan pada generasi F1 (Ceballos et al., 2007).

Penelitian ini berada pada posisi tahap uji daya hasil pendahuluan serta evaluasi 6 karakter morfologi dan agronomi klon. Klon-klon yang telah diuji daya hasilnya, kemudian dibandingkan dengan varietas yang umum digunakan di suatu daerah yaitu UJ 3 dan UJ 5. Pengujian daya hasil dilakukan agar diketahui karakter morfologi dan agronomi dari setiap klon dan juga keunggulan yang menjadi faktor pembanding dalam pengujian klon terhadap varietas standar. Jika hasil pengujian klon-klon yang diuji terbukti memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan varietas standar, maka klon tersebut sangat berpotensi untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis bahwa: 1. Terdapat perbedaan karakter morfologi dan agronomi pada 20 klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). 2. Terdapat klon-klon ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) yang lebih unggul dibandingkan dengan klon standar UJ 3 dan UJ 5 di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan.

7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Ubi kayu Klasifikasi ilmiah Tanaman Ubi kayu Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Subfamili Bangsa Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Malpighiales : Euphorbiaceae : Crotonoideae : Manihoteae : Manihot : Manihot esculenta Crantz 2.2 Morfologi Tanaman Ubi kayu Berdasarkan morfologinya batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas, dan panjang, yang ketinggiannya dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi tergantung kulit luar, namun batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, atau coklat kelabu. Empulur berwarna putih, lunak, dan strukturnya lunak seperti gabus (Rukmana, 2000).

Tanaman ubi kayu bunganya berumah satu dan proses penyerbukannya bersifat 8 silang. Penyerbukan menghasilkan buah yang bentuknya agak bulat, di dalamnya berisi 3 butir biji. Bunga jantan mempunyai 10 buah benang sari yang tersusun dalam 2 lingkaran, yang masing-masing berisi 5 benang sari. Penyerbukan sendiri secara alamiah terjadi jika bunga jantan dan betina dari tangkai bunga berbeda (dalam satu tanaman) membuka bersamaan (Jennings dan Iglesias, 2002). Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan 5 9 lobus. Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap dan tiap tanaman dapat menghasilkan 5 10 ubi (Rukmana, 2000). 2.3 Syarat Tumbuh Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol, dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (ph) untuk tanaman ubi kayu minimum 5. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan dan perkembangan ubi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik (Wargiono, 1979 dalam Prihandana et al., 2007). Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18 0 35 0 C. Pada suhu di bawah 10 0 C pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran

9 rendah tropis dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara 25 0 C 27 0 C, namun beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1.500 m dpl. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu adalah 65%. Wilayah pengembangan ubi kayu berada pada 30 0 LU dan 30 0 LS (Suharno et al., 1999 dalam Prihandana et al., 2007). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760 1.015 mm per tahun, namun tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun, dan umbi apabila drainase kurang baik (Prihandana et al, 2007). 2.4 Masalah dan Tujuan Pemuliaan Ubi kayu Permasalahan utama dalam produksi ubi kayu di Indonesia adalah produktivitas yang masih rendah. Dari segi teknis produksi, penyebab penting atas rendahnya tingkat hasil ubi kayu di tingkat petani adalah terbatasnya penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan kurangnya penggunaan pupuk (Subandi et al., 2006). Upaya meningkatkan produktivitas tanaman ubi kayu memerlukan masukan teknologi yang dapat meningkatkan hasil per tanaman. Teknologi yang memungkinkan untuk diintroduksi dalam rangka meningkatkan hasil, salah satunya adalah penggunaan klon-klon ubi kayu dengan kombinasi antarklon yang mempunyai sumber besar yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman dengan menggunakan seleksi klon unggul dan perakitan varietas. Selain itu, cara

10 yang lain adalah seperti pemilihan tetua yang unggul, seleksi, dan pengujian daya hasil. Akan tetapi, dalam melakukan proses kegiatan tersebut terdapat banyak kendala yang menjadi masalah. Dengan kondisi demikian, perlu adanya masukan teknologi baru untuk mengatasi masalah tersebut (Simatupang, 2012). Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh informasi produktivitas varietas atau klon hasil seleksi pada lingkungan yang berbeda. Pengujian dilaksanakan pada berbagai lokasi dan tahun. Dari hasil pengujian dapat dievaluasi daya adaptasi suatu klon dan stabilitasnya. Daya adaptasi berkaitan dengan kemampuan klon untuk menunjukkan potensi maksimalnya apabila persyaratan tumbuhnya mendukung, sedangkan stabilitas berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk menunjukkan kestabilan hasilnya pada berbagai macam lingkungan (Poespodarsono, 1992). Seleksi dilakukan dengan baik untuk mendapatkan klon unggul yang memiliki karakter vegetatif yang baik dan diharapkan memiliki potensi hasil yang baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian korelasi antarkarakter vegetatif dan generatif untuk mengetahui karakter vegetatif apakah yang berpengaruh terhadap hasil tanaman. Dengan pengujian korelasi antarkarakter vegetatif dan generatif kekeliruan seleksi dapat diperkecil, sehingga seleksi dapat dilakukan dengan baik dan benar (Putri, 2009). 2.5 Manfaat Ubi kayu Ubi kayu dapat dimanfaatkan menjadi bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Di berbagai tempat di Indonesia, tanaman ubi kayu dianggap sebagai cadangan pangan. Daun ubi kayu berguna sebagai sayuran untuk dimasak.

Batang dapat digunakan sebagai pagar kebun dan kayu bakar untuk memasak 11 selain menjadi bahan tanam. Bahkan sekarang ubi kayu digunakan sebagai bahan dasar pada industri makanan, pakan ternak, dan bahan baku pembuatan etanol dengan produktivitas 2.000 7.000 liter etanol per hektar (Purwono dan Heni, 2009). 2.6 Seleksi dan Uji Daya Hasil Seleksi adalah salah satu langkah dalam pemuliaan. Kekeliruan seleksi dapat diperkecil melalui korelasi antarkarakter. Korelasi antarkarakter merupakan hal yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman, karena diperlukan seleksi dua atau tiga karakter secara bersama-sama untuk memiliki bahan tanaman yang unggul. Jika terdapat hubungan yang erat antarkarakter, maka pemilihan karakter tertentu secara tidak langsung telah memiliki karakter lain yang diperlukan dalam usaha memperoleh bahan tanaman unggul (Firmansyah, 2010). Seleksi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Seleksi dilakukan dengan memilih tanaman yang memiliki indeks panen tinggi (Aina et al., 2007). Menurut Poespodarsono (1992), dalam seleksi ubi kayu untuk memperoleh produksi tinggi perlu diperhatikan faktor lingkungan, indeks luas daun, kepadatan tanaman, ukuran daun, daya hidup daun, jumlah daun, percabangan, indeks panen, dan jumlah ubi. Uji daya hasil terdiri dari tiga tahap yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjutan (UDHL), dan uji multilokasi (UM). Pada tahap UDHP, jumlah galur yang dievaluasi sangat banyak. Galur yang terpilih dalam UDHP

akan diuji dalam UDHL. Pada tanaman kacang-kacangan, UDHL dilakukan 12 dengan mengevaluasi 15 30 galur selama dua musim di berbagai lokasi. Uji multilokasi merupakan pengujian tahap akhir dari rangkaian kegiatan pemuliaan, jumlah galur yang diuji lebih sedikit (10 15 galur) dan diuji pada lokasi dan musim yang lebih banyak daripada UDHL (Utomo, 2009). 2.7 Tahap-tahap Perakitan Varietas/ Klon Unggul Ubi kayu Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (1) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (2) identifikasi dan karakterisasi, (3) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan atau pun dengan transfer gen yang diikuti dengan (4) proses seleksi, (5) pengujian dan evaluasi, (6) pelepasan, distribusi, dan komersialisasi varietas (Carsono, 2008). Tahap-tahap perakitan varietas unggul ubi kayu secara garis besar mencakup tahap perluasan keragaman genetik populasi, seleksi, dan uji daya hasil pendahuluan serta uji daya hasil lanjutan. Klon unggul ubi kayu pada umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek. Klon-klon ubi kayu secara genetik bersifat heterozigot, karena sebagian besar tanaman menyerbuk silang dan seleksi dilakukan pada generasi F1 (Ceballos et al., 2007). Pada dasarnya, pemuliaan tanaman dapat dilakukan dengan (1) melakukan pemilihan terhadap suatu populasi tanaman yang sudah ada, (2) melakukan kombinasi sifat-sifat yang diinginkan (secara generatif dan vegetatif), (3) penggandaan secara kromosom dan/ atau mutasi sebelum melakukan pemilihan, dan (4) melalui rekayasa genetika (Mangoendidjojo, 2003).

Tahap evaluasi dalam rangka seleksi dilakukan setelah diperolehnya populasi 13 yang beragam, adapun modifikasi skema tahap-tahap pemuliaan ubi kayu oleh Ceballos et al (2006) dalam seleksi untuk perakitan varietas unggul ubi kayu tersaji pada Gambar 1 berikut ini. Sumber: Ceballos et al., 2006 Gambar 1. Skema perakitan varietas unggul ubi kayu (Ceballos et al, 2006). Berkaitan dengan hal tersebut saat ini upaya perbaikan varietas masih terus dilakukan. Untuk memperoleh varietas ubi kayu unggul dilakukan serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti umur genjah, potensi hasil tinggi, sesuai dengan selera konsumen dan lain-lain (Balitkabi, 2012).

14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung yang terletak di Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan mulai bulan Januari sampai November 2015. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, cangkul, jangka sorong, meteran, mistar, tali rafia, spidol, plastik label, timbangan digital dan kamera digital. Bahan-bahan yang digunakan adalah stek batang klon ubi kayu 20 klon (Tabel 1) dengan panjang berkisar 20 25 cm dan diameter berkisar 2 3 cm. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS), yang terdiri atas dua ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 20 baris sebagai perlakuan, tiap baris terdapat 10 tanaman sebagai satuan percobaan, kemudian dari 10 satuan percobaan diambil 3 satuan percobaan sebagai sample (Gambar 1). Data yang diperoleh dilakukan analisis ragam dengan menggunakan uji Waller Duncan pada taraf nyata 5 %.

P1 P1 Gambar 2. Tata letak percobaan 15 P1 P2 P1 I X P1 P2 II P20 P1 Z P20 Gambar 2A. Tata letak percobaan Ulangan 1 Ulangan 2 SL 106 Bayam Liwa 9 Bendo-3 UJ 3 Bayam Liwa 14 SL 51 UJ 5 SL 34 UJ 3-13 Malang 6-101 Bayam Liwa 100 Bayam Liwa 29 UJ 3 SL 109 Bayam Liwa 29 Randu SL 62 UJ 5 SL 51 UJ 3-13 SL 73 SL 106 Bayam Liwa 9 SL 87 SL 109 Bendo-3 Malang 6-101 Bayam Liwa 14 SL 87 TB 78 SL 39 CMM 25-27-143 TB 78 SL 39 SL 34 Bayam Liwa 100 CMM 25-27-143 SL 73 Randu SL 62 Gambar 2B. Nama-nama klon yang ditanam Keterangan: I = Ulangan I II = Ulangan II X = Jarak antar tanaman sebagai perlakuan (100 cm) Z = Jarak antar tanaman sebagai satuan percobaan (50 cm) P1 = Klon tanaman sebagai perlakuan = Klon ubi kayu

3.4 Deskripsi Klon-klon Ubi kayu yang diuji 16 Penelitian ini mengevaluasi 20 klon ubi kayu, yang mana dua diantaranya merupakan klon pembanding yaitu UJ 3 dan UJ 5. Deskripsi 20 klon ubi kayu diuraikan pada Tabel 1. Tabel 1. Identitas 20 klon ubi kayu yang diuji No Klon Deskripsi 1 Bayam Liwa 9 F1 keturunan Bayam Liwa 2 Bayam Liwa 14 F1 keturunan Bayam Liwa 3 Bayam Liwa 29 F1 keturunan Bayam Liwa 4 Bayam Liwa 100 F1 keturunan Bayam Liwa 5 Bendo-3 Klon kadar HCN rendah dari Sragen 6 CMM 25-27-143 F1 keturunan tetua betina CMM 25-27 7 Malang 6-101 F1 keturunan Malang 8 Randu Singkong makan 9 SL 34 F1 keturunan Sayur Liwa 10 SL 39 F1 keturunan Sayur Liwa 11 SL 51 F1 keturunan Sayur Liwa 12 SL 62 F1 keturunan Sayur Liwa 13 SL 73 F1 keturunan Sayur Liwa 14 SL 87 F1 keturunan Sayur Liwa 15 SL 106 F1 keturunan Sayur Liwa 16 SL 109 F1 keturunan Sayur Liwa 17 TB 78 F1 keturunan tetua betina UJ 3 18 UJ 3 Varietas unggul nasional 19 UJ 3-13 F1 keturunan tetua betina UJ 3 20 UJ 5 Varietas unggul nasional

17 Klon pembanding UJ 3 dan UJ 5 merupakan varietas yang umum digunakan oleh masyarakat atau petani, khususnya di Lampung. Deskripsi klon pembanding UJ 3 diuraikan pada Tabel 2 dan UJ 5 diuraikan pada Tabel 3. Tabel 2. Deskripsi ubi kayu klon UJ 3 No Deskripsi UJ 3 1 Tahun dilepas 2000 2 Nama daerah asal Rayong-6 3 Asal Introduksi Thailand 4 Umur panen 8 10 bulan 5 Tinggi tanaman > 2,5 meter 6 Bentuk daun Menjari 7 Warna pucuk daun Hijau muda 8 Warna petiole Kuning kemerahan 9 Warna kulit batang Hijau merah kekuningan 10 Warna batang dalam Kuning 11 Warna ubi Putih 12 Warna kulit ubi Kuning keputihan 13 Ukuran tangkai ubi Pendek 14 Bentuk ubi Mencengkram 15 Rasa Pahit 16 Kadar pati 20 27% 17 Kadar air 60,63% 18 Kadar abu 0,13% 19 Kadar serat 0,10% 20 Potensi hasil 20 35 ton/ ha 21 Ketahanan terhadap CBB Agak tahan Sumber: Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-umbian (2016)

Tabel 3. Deskripsi ubi kayu klon UJ 5 18 No Deskripsi UJ 5 1 Tahun dilepas 2000 2 Nama daerah asal Rayong-50 3 Asal Introduksi Thailand 4 Umur panen 9 10 bulan 5 Tinggi tanaman > 2,5 meter 6 Bentuk daun Menjari 7 Warna pucuk daun Coklat 8 Warna petiole Hijau muda kekuningan 9 Warna kulit batang Hijau perak 10 Warna batang dalam Kuning 11 Warna ubi Putih 12 Warna kulit ubi Kuning keputihan 13 Ukuran tangkai ubi Pendek 14 Bentuk ubi Mencengkram 15 Rasa Pahit 16 Kadar pati 19 30% 17 Kadar air 60,06% 18 Kadar abu 0,11% 19 Kadar serat 0,07% 20 Potensi hasil 25 38 ton/ ha 21 Ketahanan terhadap CBB Agak tahan Sumber: Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-umbian (2016)

3.5 Pelaksanaan Penelitian 19 3.5.1 Pengolahan Lahan Lahan diolah menggunakan cangkul, kemudian dibuat petak berukuran seluas 200 m 2. Terdiri dari 20 baris, tiap baris ditanami 10 stek batang dari masingmasing klon. 3.5.2 Penanaman Penanaman dilakukan pada bulan Januari 2015. Stek batang ditanam dengan jarak 100 cm x 50 cm. Penanaman dilakukan dengan menancapkan stek sedalam 1/3 dari panjang bahan tanam ke dalam tanah, mata tunas menghadap ke atas. 3.5.3 Pemeliharaan Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan curah hujan. Setelah 1 2 bulan penanaman, dilakukan pengguludan. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara disemprot menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat dengan dosis 2 ml/ L yang dilakukan pada 2 bulan sekali. Pemeliharaan dilakukan sampai tanaman berumur 36 minggu setelah tanam (mst).

3.6 Variabel Pengamatan 20 Pengamatan dilakukan terhadap variabel vegetatif dan generatif. Pengamatan variabel vegetatif dilakukan pada 28 mst dan variabel generatif dilakukan pada 36 mst. Variabel kualitatif yang diamati meliputi warna pucuk daun, warna daun, warna tangkai daun atas, warna tangkai daun bawah, warna batang, warna korteks batang, warna korteks ubi, warna kulit ubi, warna daging ubi, dan bentuk ubi. Variabel kuantitatif yang diamati meliputi bobot brangkasan, bobot ubi per tanaman, diameter batang, diameter penyebaran ubi, indeks panen, jumlah lobus daun, jumlah tingkat percabangan, jumlah ubi, lebar lobus daun, panjang lobus daun, panjang tangkai daun, rendeman pati, dan tinggi tanaman. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan panduan karakterisasi ubi kayu (Fukuda et al., 2010). 1. Warna daun pucuk Pengamatan dilakukan dengan melihat warna daun pucuk dan disesuaikan dengan pilihan warna yang ada pada prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu hijau muda, hjau tua, hjau keunguan, dan ungu (Gambar 3). Hijau muda Hijau tua Hijau keunguan Ungu Gambar 3. Warna pucuk daun

2. Warna daun 21 Pengamatan dengan melihat warna daun pada daun yang ke-10 dan disesuaikan dengan pilihan warna yang ada pada prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu hijau terang, hijau muda, ungu kehijauan, dan ungu (Gambar 4). Hijau terang Hijau gelap Ungu kehijauan Ungu Gambar 4. Warna daun 3. Warna permukaan atas tangkai daun Pengamatan dilakukan dengan melihat warna permukaan atas tangkai pada tangkai daun yang ke-10 dari pucuk dan disesuakan dengan prosedur karakterisai ubi kayu yaitu hijau kekuningan, hijau, hijau kemerahan, merah kehijauan, merah, dan ungu (Gambar 5). 4. Warna permukaan bawah tangkai daun Pengamatan dilakukan dengan melihat warna permukaan bawah tangkai pada tangkai daun yang ke-10 dari pucuk dan disesuakan dengan prosedur karakterisai ubi kayu yaitu hijau kekuningan, hijau, hijau kemerahan, merah kehijauan, merah, dan ungu (Gambar 5).

22 Hijau kekuningan Hijau Hijau kemerahan Merah kehijaun Merah Ungu Gambar 5. Warna tangkai daun 5. Warna batang Warna batang diamati pada bagian batang bawah yang terletak 30 cm dari permukaan tanah dan disesuaikan dengan pilihan warna pada prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 6). Orange Hijau kekuningan Keemasan Coklat terang Silver Abu-abu Coklat gelap Gambar 6. Warna batang

6. Warna korteks batang 23 Pengamatan warna korteks batang dilakukan dengan mengelupas lapisan kulit terluar, dan pengamatan disesuaikan dengan pilihan warna pada prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 7). Orange Hijau terang Hijau gelap Gambar 7. Warna korteks batang 7. Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah sampai pucuk daun. 8. Rata-rata diameter tanaman Pengukuran rata-rata diameter dilakukan pada batang bagian bawah, bagian tengah dan bagian atas. Pengukuran menggunakan alat jangka sorong. 9. Pengamatan tingkat percabangan dilakukan dengan menghitung berapa tingkat cabang yang terbentuk setelah percabangan tingkat 1. 10. Panjang tangkai daun Pengukuran panjang tangkai daun dari pangkal sampai ujung tangkai daun. Tangkai daun yang diukur terletak pada daun yang ke-10 dari pucuk (Gambar 8).

11. Panjang lobus daun 24 Pengukuran panjang lobus daun dari pangkal sampai ujung lobus. Panjang lobus yang diukur yaitu lobus yang berada ditengah daun yang ke-10 dari pucuk (Gambar 8). 12. Lebar lobus daun Pengukuran lebar lobus daun dengan cara mempertemukan pangkal dan ujung lobus sehingga terbentuk garis tengah. Pengukuran dengan menggunakan penggaris. Lobus yang diukur yaitu lobus yang berada ditengah pada daun yang ke-10 dari pucuk (Gambar 8). Panjang tangkai daun Panjang lobus daun Lebar lobus daun Gambar 8. Cara mengukur panjang tangkai daun, panjang dan lebar lobus. 13. Jumlah lobus daun Jumlah lobus daun dihitung dengan cara menghitung daun yang menjari pada satu tangkai daun ke-10 dari pucuk tanaman ubi kayu (Gambar 9). Gambar 9. Jumlah lobus daun

14. Diameter penyebaran ubi 25 Pengukuran diameter sebaran ubi dilakukan dengan mengukur jarak terjauh dari ujung-ujung ubi dengan menggunakan meteran. 15. Bentuk ubi Pengamatan dilakukaan dengan melihat bentuk ubi masing-masing klon dan disesuaikan dengan bentuk prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 10). Kerucut Silinder mengerucut Silinder Tidak beraturan Gambar 10. Bentuk ubi 16. Jumlah ubi Penghitungan jumlah ubi dilakukan dengan menghitung jumlah ubi pada satu tanaman. 17. Warna kulit ubi bagian luar Pengamatan dilakukan pada masing masing klon dengan melihat warna kulit ubi bagian luar dan disesuaikan dengan warna pada prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 11).

26 Putih Kuning Coklat terang Coklat gelap Gambar 11. Warna kulit ubi 18. Warna korteks ubi Pengamatan dilakukan dengan mengelupas kulit bagian luar ubi dan warna disesuaikan dengan warna pada prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 12). Merah muda Ungu Putih Kuning Gambar 12. Warna korteks ubi 19. Tekstur kulit luar ubi Pengamatan dilakukan dengan merasakan tekstur kulit luar ubi dengan tangan dan disesuaikan dengan prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu halus, sedang dan kasar (Gambar 13).

27 Halus Kasar Gambar 13. Tekstur kulit luar ubi 20. Warna daging ubi Pengamatan dilakukan dengan membelah ubi dan warna daging disesuaikan dengan prosedur karakterisasi ubi kayu (Gambar 14). Putih Putih susu Kuning Merah muda Gambar 14. Warna daging ubi 21. Bobot ubi pertanaman Penimbangan ubi dilakukan pada setiap contoh tanaman dari masing-masing klon yang sudah dibersihkan tanahnya. Penimbangan menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam gram. 22. Tingkat kesulitan kupasan Pengamatan dilakukan dengan mengupas kulit ubi dan disesuaikan tingkat kesulitan kupasan dengan prosedur karakterisasi ubi kayu yaitu mudah dan sulit.

23. Rendemen pati 28 Pengukuran rendemen pati dilakukan menggunakan metode pemerasan. Sampel ubi kayu seberat 1-2 kg yang akan dihitung rendemen patinya dikupas lalu ditimbang, misal X gram. Ubi kemudian diparut menggunakan mesin parutan, apabila ada sisa dari ubi yang diparut, maka sisa ini dijadikan sebagai koreksi yaitu bobot kupasan dikurangi bahan tidak terparut, misal Y gram. Hasil parutan lalu ditambah air dan dibilas sebanyak 3 kali. Wadah nampan ditimbang dan dicatat bobotnya, misal A gram. Hasil perasan ditampung dalam wadah nampan. Hasil perasan diendapkan dan dibuang yang bukan endapan lalu diletakkan ditempat terbuka atau dijemur selama 7 hari. Wadah nampan beserta patinya lalu ditimbang, misal B gram. Rumus yang digunakan untuk menghitung rendemen pati sebagai berikut: Berat aci (C) = B-A Kadar aci = Keterangan: A: Berat wadah nampan B: Berat wadah beserta pati C: Berat pati Y: Bobot kupasan - bahan yang tidak terparut (faktor x ) (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, 2008 dalam Sunyoto, 2013).

1 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Klon Malang 6-101 memiliki bobot ubi lebih besar dari UJ 3 dan UJ 5, sedangkan Bayam Liwa 100, CMM 25-27-143, dan SL 106 memiliki bobot ubi lebih besar dari UJ 3, namun lebih kecil dari UJ 5. Klon Malang 6-101 memiliki jumlah ubi lebih banyak dari UJ 3 dan UJ 5, sedangkan Bendo-3, UJ 3-13, dan Bayam Liwa 100 memiliki jumlah ubi lebih banyak dari UJ 3, namun lebih sedikit dari UJ 5. Klon SL 34, Bayam Liwa 14, SL 73, Bayam Liwa 9, dan Bayam Liwa 100 memiliki rendemen pati lebih tinggi dari UJ 3 dan UJ 5. Klon CMM 25-27-143 memiliki indeks panen lebih besar dari UJ 3 dan UJ 5, sedangkan TB 78, SL 34, dan SL 62 memiliki indeks panen lebih besar dari UJ 5, namun lebih kecil dari UJ 3. 2. Telah dideskripsikan 20 klon ubi kayu yang diuji. 5.2 Saran Perlu dilakukan uji daya hasil lanjutan terhadap klon Malang 6-101, Bayam Liwa 100, CMM 25-27-143, SL 106, Bendo-3, UJ 3-13, SL 34, Bayam Liwa 14, SL 73, Bayam Liwa 9, TB 78, dan SL 62, sehingga dapat dirakit menjadi varietas baru yang lebih unggul daripada varietas yang telah ada serta perlu dilakukan pemupukan dengan sistem berimbang.

DAFTAR PUSTAKA Aina, O.O., A.G.O. Dixon, dan E.A. Akinrinde. 2007. Trait association and path analysis for cassava genotypes in four agroecological zones of Nigeria. J. Biol. Sci. 7 (5): 759 764. Aldiansyah. 2012. Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 101 hlm. Amaliyah, N. 2015. Evaluasi Karakter Agronomi dan Respon Klon-Klon Ubi Kayu Terhadap Dosis Pupuk Bio-Slurry Padat di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 67 hlm. Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubi kayu Seluruh Provinsi. http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. Diakses tanggal 14 Januari 2016. Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian dan Pemuliaan. Diktat Universitas Padjajaran. Bandung. 91 hlm. Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-umbian. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Ubi kayu. http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/images/stories/uploads/publikasi/juknis/2 016_deskripsi/ubikayu.pdf. Diakses tanggal 17 Februari 2016. Balitkabi. 2012. Deskripsi Varietas Kacang-kacangan dan Umbian. Malang. 180 hlm. Carsono, N. 2008. Peran pemuliaan tanaman dalam meningkatkan produksi pertanian di Indonesia. Seminar on Agricultural Sciences. Ceballos, H., J.C Perez, N. F. Calle, G. Jaramillo, J.I. Lenis, N. Morante, and J. Lopez. 2006. A New Evaluation Scheme for Cassava Breeding at CIAT. Dalam Cassava Research and Development in Asia: Exploring New Opportunities for an Ancient Crop. Proceedings of the 7 th Regional Cassava Workshop, DOA- CIAT, Bangkok, Thailand (pp. 125-135).

Ceballos, H., M. Fregene, J. C. Perez, N. Morante, and F. Calle. 2007. Cassava genetic improvement. In : Kang, M. S, and P. M. Priyadarshan (Eds.). 2007. Breeding major food staples. Blackwell Publishing. Iowa 15: 437. Darkwa, N.A., F.K. Jetuah, and D. Sekyere. 2003. Utilization of cassava flour for production of adhesive for the manufacture of paperboards. Sustainable industrial markets for cassava project. Final reports on project output 2.2.2. Forestry Research Institute of Ghana. pp. 1 16. Firmansyah. 2010. Korelasi, Pengaruh Langsung, dan Seleksi Karakter Agronomi Kacang Panjang (Vigna sinensis var sisquipedalis L. Koern.) Populasi F4 Keturunan Persilangan Testa Coklat x Coklat Putih. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 83 hlm. Fukuda, W. M. G., C. L. Guevara, R. Kawuki, and M. E. Ferguson. 2010. Selected morphological and agronomic descriptors for the characterization of cassava. International Institute of Tropical Agriculture (IITA), Ibadan, Nigeria. pp. 1-19. Hatta, M. dan Nurhayati. 2006. Pengaruh penambahan bahan organik pada tanah bekas tsunami terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kacang hijau di Desa Blang Kreung. J. Floratek. 2 (1): 100 106. Islami, T. 2015. Ubi Kayu Tinjauan Aspek Ekofisiologi serta Upaya Peningkatan dan Keberlanjutan Hasil Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta. 100 hlm. Jennings, D. L. and C. A Iglesias. 2002. Breeding for crop improvement. pp. 149 - - 166. In: R. J. Hillocks, J. M. Thresh, and A. C. Belloti (Eds.). Cassava: Biology, production, and utilization. CABI Publ. New York, USA. Kawano, K. 2003. Thirty years of cassava breeding for productivity-biological and social factors for succes. Crop Sci. 43: 1325-1335. Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 184 hlm. Minantyorini, N. Zuraida, dan A. Dimyati. 1993. Penampilan sifat - sifat utama pada seleksi lanjut klon-klon ubi kayu. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Bogor: Balittan. pp. 11 15. Poespodarsono, S. 1992. Pemuliaan ubi kayu. Dalam Kasno, A., M. Dahlan, dan Hasnam. Prosiding simposium pemuliaan tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia Komda Jawa Timur. Malang. pp. 69 78. Prihandana, R., K. Noerwijari, P. Gamawati, dan Adinuraini. 2007. Bioetanol Ubi Kayu, Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 195 hlm.

Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm. Putri, S.N., 2009. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Ubi kayu (Manihot esculenta) berdasarkan Lokasi Penanaman dan Umur Panen yang Berbeda. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 84 hlm. Rukmana, R. 2000. Ubikayu: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 82 hlm. Sholihin. 2009. Genotypes x environment interaction for strach yield in nine month old cassava promising clones. Balitkabi: Indonesian Journal of Agricultural Sciences. 10 (1): 12 18. Simatupang, D. 2012. Evaluasi Karakter Generatif Klon - klon Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 83 hlm. Soetanto, N.E. 2008. Tepung Kasava dan Olahannya. Kanisius. Yogyakarta. 81 hlm. Sundari, T., K. Noerwijati, dan I. M. J. Mejaya. 2010. Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 35 hlm. Sunyoto. 2013. Panduan Praktikum Perhitungan Kadar Aci. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 1 hlm. Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta. 124 hlm. Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 348 hlm. Tumewu, P., C.P Paruntu., T.D. Sondakh. 2015. Hasil Ubi Kayu (Mannihot esculenta Crantz.) terhadap Perbedaan Jenis Pupuk. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 2 (2): 16 27. Utomo, S.D. 2009. Inovasi Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman dan Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm. Wahyuningsih, S. dan Sundari, T. 2012. Potensi Hasil Umbi dan Pati Beberapa Klon Harapan Ubi kayu. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 9 hlm. Wijayanto, T. 2007. Karakterisasi sifat-sifat agronomi beberapa nomor koleksi sumberdaya genetik jagung Sulawesi. Jurnal Agrin. 11 (2): 75-83.

Zuraida, N. 2010. Karakterisasi beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif plasma nutfah ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Buletin Plasma Nutfah. 16 (1): 49-56.