PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2006 T E N T A N G

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 9/E 2006 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE BOLANGO NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

P E R A T U R A N D A E R A H K A B U P A T E N B A T A N G TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI LOMBOK TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

KEPALA DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG PERATURAN DESA LEMPUYANG NOMOR: 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH KECAMATAN PRAYA DESA MEKAR DAMAI Alamat : Jln. Taruna Jaya 01 Km Tlpn/Hp Kode Pos 8351I

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2006 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 dan Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu mengatur Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa Lainnya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa Lainnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757 ); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1986 tentang Pemindahan Ibukokota kabupaten daerah Tingkat II Pekalongan dari Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan ke Kota Kajen di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 70); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 13 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Karangdadap, kecamatan Siwalan dan Kecamatan Wonokerti Kabupaten Pekalongan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2001 Nomor 13); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 14 Tahun 2001 tentang Penetapan Kembali Wilayah Kerja Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Sragi dan Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2001 Nomor 14); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN dan BUPATI PEKALONGAN M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pekalongan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Pekalongan. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten. 5. Camat adalah Kepala Kecamatan; 6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Pekalongan. 7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa; 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa; 10. Kepala Desa adalah Pimpinan Pemerintah Desa; 11. Sekretaris Desa adalah Pimpinan Sekretariat Desa. 12. Perangkat Desa Lainnya adalah pembantu Kepala Desa selain Sekretaris Desa yang terdiri dari unsure staf, unsure teknis pelaksana dan unsure wilayah. 13. Panitia Pengangkatan Perangkat Desa Lainnya yang selanjutnya disingkat P3DL adalah satu panitia yang dibentuk untuk mengurus dan melaksanakan pengangkatan Perangkat Desa Lainnya. 14. Panitia Pengawas adalah panitia satu panitia yang dibentuk oleh Camat untuk mengawasi pelaksanaan pengangkatan Perangkat desa Lainnya. 15. Pelamar adalah orang yang mengajukan lamaran untuk pencalonan Perangkat Desa Lainnya. 16. Calon Perangkat Desa Lainnya adalah pelamar yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dan lulus serta mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian penyaringan Perangkat Desa Lainnya yang dilakukan oleh P3DL. 17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan

disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 18. Peraturan Daerah adalah Peraturan daerah Kabupaten Pekalongan. 19. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. BAB II PERSYARATAN CALON PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 2 (1) Yang dapat diangkat menjadi perangkat desa lainnya adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah; c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan/atau sederajat; d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 50 (lima puluh) tahun; e. bersedia diangkat menjadi perangkat desa; f. terdaftar sebagai penduduk desa setempat dan bertempat tinggal tetap di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun tidak terputus-putus, untuk calon Kepala Dusun harus bertempat tinggal di wilayah dusunnya; g. sehat jasmani dan rohani; h. berkelakuan baik; i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun; j. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat; k. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kepala desa dan atau isterinya/suaminya sampai derajat pertama baik ke atas, ke bawah maupun kesamping; l. telah lulus penelitian administrasi dan lulus ujian penyaringan; m. memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat yang diatur dalam Peraturan Desa. (2) Bagi desa yang bakal calon perangkat desa lainnya tidak ada yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimkasud pada ayat (1) huruf c maka persyaratan tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat atas persetujuan BPD.

BAB III PENGANGKATAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 3 (1) Perangkat desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa. (2) Proses seleksi pengangkatan perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh P3DL. Pasal 4 Untuk menjamin kelancaran proses pengangkatan perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibentuk Panitia Pengawas. BAB IV PANITIA PENGANGKATAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 5 (1) P3DL sebagaimana dimkasud dalam Pasal 3 dibentuk oleh Kepala Desa bersama BPD. (2) Pembentukan P3DL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak terjadinya kekosongan jabatan perangkat desa lainnya. (3) Pembentukan P3DL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan kepala Desa. (4) Kepala Desa melaporkan pembentukan P3DL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Camat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pembentukan. Pasal 6 (1) Anggota P3DL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terdiri dari unsur perangkat desa dan unsur BPD. (2) Apabila ada anggota P3DL yang menjadi calon perangkat desa lainnya, maka keanggotaannya digantikan oleh anggota dari unsur yang sama. Pasal 7 P3DL mempunyai tugas : a. Mengumumkan kekosongan perangkat desa lainnya; b. Melaksanakan pendaftaran pelamar perangkat desa lainnya; c. Menerima dan meneliti persyaratan administrasi pelamar perangkat desa lainnya;

d. Mengadakan ujian penyaringan calon perangkat desa lainnya bagi pelamar yang memenuhi persyaratan administrasi, termasuk juga dalam hal penyediaan soal ujian; e. Melaporkan calon perangkat desa lainnya yang lulus ujian penyaringan dengan nilai tertinggi kepada Kepala Desa. Pasal 8 (1) Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dibentuk oleh Camat. (2) Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mengawasi proses pelaksanaan pengangkatan perangkat desa lainnya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati. BAB V TATA CARA SELEKSI DAN PENGANGKATAN Pasal 9 (1) P3DL mengumumkan kekosongan perangkat desa lainnya. (2) Pelamar perangkat desa lainnya mengajukan permohonan kepada Kepala Desa melalui P3DL beserta persyaratan yang diperlukan. (3) P3DL meneliti berkas permohonan pelamar perangkat desa lainnya. (4) P3DL menetapkan pelamar perangkat desa lainnya yang memenuhi persyaratan administrasi. Pasal 10 (1) P3DL melakukan seleksi penerimaan calon perangkat desa lainnya bagi pelamar yang memenuhi persyaratan. (2) P3DL menetapkan calon perangkat desa lainnya yang dinyatakan lulus ujian penyaringan. (3) Calon perangkat desa lainnya yang dinyatakan lulus adalah calon yang memperoleh hasil tes tertinggi. (4) P3DL melaporkan hasil seleksi calon perangkat lainnya kepada Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari setelah pelaksanaan ujian penyaringan. (5) Tata cara penyaringan calon perangkat desa lainnya diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 11 (1) Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima hasil seleksi calon Perangkat Desa Lainnya dari P3DL, Kepala Desa membuat keputusan pengangkatan perangkat desa lainnya.

(2) Keputusan Kepala Desa tentang pengangkatan perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikirimkan kepada Camat paling lambat 7 (tujuh) hari. Pasal 12 (1) Sebelum memangku jabatannya, perangkat desa lainnya dilantik oleh Kepala Desa dengan mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pejabat yang melantik. (2) Sumpah/janji perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Perangkat Desa dengan sebaikbaiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB VI BIAYA PENGANGKATAN PERANGKAT DESA LAINNYA Pasal 13 Biaya pengangkatan perangkat desa lainnya dibebankan pada APBDesa, swadaya masyarakat dan dana lain yang sah. BAB VII MASA JABATAN Pasal 14 Masa jabatan perangkat desa lainnya adalah terhitung sejak tanggal pelantikan sampai usia 60 (enam puluh) tahun. BAB VIII KEWAJIBAN Pasal 15 Perangkat Desa lainnya berkewajiban : a. Mentaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Membantu Kepala Desa sesuai dengan bidang tugasnya; c. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat desa secara adil.

Perangkat desa lainnya dilarang : BAB IX LARANGAN Pasal 16 a. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; b. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan; c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD; d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah serta Kepala Desa; e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan masyarakat dan melakukan diskriminasi terhadap warga masyarakat lain; dan f. Melanggar sumpah/janji jabatan. Pasal 17 (1) Perangkat desa lainnya dilarang melakukan tindakan atau kegiatan yang merugikan kepentingan Negara, pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat desa. (2) Perangkat desa lainnya apabila tetap menjadi anggota dan atau pengurus partai politik paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini harus mengajukan permohonan kepada Kepala Desa untuk melepaskan jabatan sebagai perangkat desa lainnya. (3) Bagi perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengajukan permohonan, maka Kepala desa memberhentikan perangkat desa lainnya yang bersangkutan. BAB X PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA Bagian Pertama Pemberhentian Sementara Pasal 18 (1) Perangkat Desa lainnya yang diduga melanggar larangan bagi perangkat desa lainnya dan/atau tersangkut dalam tindak pidana dapat diberhentikan sementara paling lama 6 (enam) bulan oleh Kepala Desa. (2) Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekauatan hukum tetap maka kepala desa mencabut keputusan pemberhentian sementara perangkat desa lainnya yang bersangkutan untuk selanjutnya : a. Dikukuhkan kembali dalam hal yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah; atau b. Diberhentikan dalam hal yang bersangkutan dinyatakan bersalah. (3) Perangkat desa lainnya yang diberhentikan sementara dari jabatannya diberikan penghasilan 50 % (lima puluh perseratus) dari penghasilan

sebagai perangkat desa lainnya yang diterimanya, paling lama 6 (enam) bulan. (4) Apabila perangkat desa lainnya yang diberhentikan sementara mengajukan banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama hingga melewati batas waktu 6 (enam) bulan maka penghasilannya dihentikan. Pasal 19 (1) Perangkat desa lainnya yang terbukti melakukan pelanggaran administrasi (bukan tindak pidana) penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dengan teguran atau peringatan secara tertulis, yaitu : a. Teguran pertama dengan surat kepala desa dengan tembusan BPD; b. Teguran kedua dengan surat kepala desa yang sifatnya peringatan dengan tembusan BPD dan Camat. c. Teguran ketiga dengan surat kepala desa yang sifatnya peringatan terakhir dengan tembusan BPD, Camat dan Bupati. (2) Jangka waktu pelaksanaan setiap teguran adalah 30 (tiga puluh) hari. (3) Perangkat desa lainnya yang melakukan pelanggaran administrasi berat dan atau apabila terguran-teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak juga mendapatkan perhatian maka Kepala Desa memberhentikan sementara untuk waktu paling lama 6 (enam) bulan. (4) Apabila selama pemberhentian sementara dimaksud pada ayat (3) menunjukkan perbaikan, maka yang bersangkutan diangkat kembali sebagai perangkat desa lainnya, sebaliknya apabila yang bersangkutan tidak menunjukkan sikap perilaku kea rah perbaikan, maka yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya sebagai perangkat desa lainnya. (5) Jenis pelanggaran administrasi akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Bagian Kedua Pemberhentian Perangkat Desa Lainnya Pasal 20 Perangkat desa lainnya diberhentikan oleh kepala Desa karena : a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 Peraturan Daerah ini; d. Melanggar sumpah/janji; e. Berakhir masa jabatannya; f. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku dan atau norma-norma kehidupan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Pasal 21 (1) Perangkat desa lainnya yang diberhentikan desa jabatannya dicabut hak penghasilannya sebagai perangkat desa lainnya terhitung sejak ditetapkannya Keputusan Pemberhentian. (2) Hak penghasilan perangkat desa lainnya yang diberhentikan dimasukkan dalam kas desa sampai dengan diangkatnya perangkat desa lainnya yang baru. BAB XI PENGANGKATAN PELAKSANA TUGAS Pasal 22 (1) Dalam hal terdapat kekosongan jabatan perangkat desa lainnya, Kepala Desa dapat menunjuk pejabat pelaksana tugas perangkat desa lainnya dari perangkat desa lainnya yang lain. (2) Masa kerja pejabat pelaksana tugas perangkat desa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir setelah dilantil perangkat desa lainnya yang definitif. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Perangkat desa yang ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini tetap menjalankan tugas sampai habis masa jabatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mendasari pengangkatannya. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut dengan Bupati. Pasal 25 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2003 Nomor 26 Seri E Nomor 5) dinyatakan dicabut dan tidak berlaku, kecuali pengaturan tentang Sekretaris Desa selama belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sekretaris Desa.

Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan. Disahkan di Kajen pada tanggal 30 Nopember 2006. BUPATI PEKALONGAN TTD SITI QOMARIYAH Diundangkan di Kajen Pada tanggal 30 Nopember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TTD SUDIYANTORO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 14

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA I. UMUM Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa maka pengaturan tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa Lainnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa Lainnya. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Perangkat Desa Lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa yang bersangkutan. Proses pengangkatan Perangkat Desa Lainnya dilakukan secara obyektif dan trasparan agar Perangkat Desa Lainnya yang terpilih memiliki kapasitas yang dikehendaki masyarakat desa. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1), Huruf a, Huruf b, Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan sparatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dimaksud dengan setia kepada Pemerintah adalah yang mengakui pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Huruf c, Dibuktikan dengan ijazah dan/atau STTB. Huruf d, Huruf e, Dibuktikan dengan Surat Pernyataan Bersedia Diangkat Menjadi Perangkat Desa Lainnya dengan dibubuhi materai Rp. 6.000,- Huruf f, Yang dimaksud dengan penduduk desa setempat adalah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk Desa bersangkutan atau memiliki tanda bukti yang sah sebagai penduduk desa bersangkutan.

Huruf g, Dibuktikan Surat Keterangan Sehat dari dokter pemerintah. Huruf h, Dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan kepolisian (SKCK) Polisi Resort setempat. Huruf i, Tindak pidana sebagaimana dimaksud adalah tindak pidana dengan ancaman pidana paling singkat 5 (lima) tahun. Dibuktikan dengan surat keterangan dari Pengadilan Negeri setempat. Huruf j, Huruf k, Yang dimkasud dengan hubungan derajat pertama ke atas adalah orang tua, hubungan derajat pertama ke bawah adalah anak dan hubungan derajat pertama ke sampingadalah saudara sekandung/saudara tiri. Huruf l, Huruf m, Ayat (2) Yang dimaksud dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi desa adalah masing-masing desa dapat menentukan tingkat pendidikan calon Perangkat Desa Lainnya sesuai dengan kondisi sumber daya manusia di desa dengan ketentuan paling rendah berpendidikan SD. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Huruf a, Huruf b, Huruf c, Huruf d, Yang dimaksud menyediakan adalah merumuskan dan membuat soal ujian penyaringan. Apabila P3DL tidak mampu menyediakan sola ujian, maka P3DL dapat meminta untuk difasilitasi oleh Kecamatan.

Huruf e, Dalam hal calon tunggal, ujian penyaringan tetap dilaksanakan. Adapun stándar materi ujian disesuaikan dengan tingkat pendidikan pelamar Perangkat Desa Lainnya yang bersangkutan. Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1), Pengumumuan kekosongan Perangkat Desa Lainnya dapat dilakukan melalui Pengurus Rukun Tetangga/Rukun Warga atau selebaran yang ditempelkan di tempat umum yang mudah dijangkau anggota masyarakat. Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), Pasal 10 Ayat (1), Seleksi calon perangkat desa lainnya dilakukan secara serentak/bersamaan bagi seluruh calon perangkat desa lainnya. Ayat (2), Ketetapan tentang Penetapan Calon Perangkat Desa Lainnya terpilih ditandatangani oleh Ketua P3DL. Ayat (3), Ayat (4), Ayat (5), Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Huruf a, Seorang pengurus partai politik yang diangkat menjadi Perangkat Desa Lainnya wajib melepaskan jabatannya dari kepengurusan partai politik setelah dilantik menjadi Perangkat Desa Lainnya.

Sedangkan untuk seorang anggota partai politik yang diangkat menjadi Perangkat Desa Lainnya wajib melepaskan keanggotaannya dari partai politik setelah dilantik menjadi Perangkat Desa Lainnya. Huruf b, Seorang ketua dan/atau anggota BPD dan lembaga kemasyarakatan yang diangkat menjadi perangkat di desa yang bersangkutan wajib melepaskan jabatan atau keanggotaannya dari BPD atau lembaga kemasyarakatan seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lain, setelah dilantik menjadi Perangkat Desa Lainnya. Huruf c, Huruf d, Huruf e, Yang dimaksud dengan diskriminasi terhadap warga adalah memperlakukan warga dengan mendasarkan pada suku, agama, ras dan golongan. Huruf f, Dibuktikan dengan Hasil Pemeriksaan Badan Pengawasan Daerah. Pasal 17 Pasal 18 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Sisa penghasilan Perangkat Desa Lainnya yang diberhentikan sementara sebesar Rp 50% (lima puluh perseratus) diberikan kepada pejabat pelaksana tugas Perangkat Desa Lainnya yang bersangkutan. Jika tidak ada pejabat pelaksana tugas maka penghasilan tersebut dimasukkan ke kas desa. Ayat (4), Penghentian penghasilan dilakukan berdasarkan batas waktu maksimal pemberhentian sementara, yaitu 6 (enam) bulan. Apabila pengajuan banding atas putusan melebihi batas waktu pemberhentian sementara, maka Perangkat Desa Lainnya yang bersangkutan dianggap telah mengundurkan diri. Pasal 19 Ayat (1), Ketentuan tentang jenis dan klasifikasi pelanggaran administrasi datur lebih lanjut oleh Bupati. Ayat (2), Ayat (3), Ketentuan tentang jenis dan klasifikasi pelanggaran administrasi diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Ayat (4), Ayat (5), Pasal 20 Huruf a, Huruf b, Huruf c, Huruf d, Huruf e, Huruf f, Yang dimaksud norma-norma kehidupan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat adalah satu kesatuan nilai, adat istiadat dan tradisi baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang ada dalam masyarakat Desa setempat. Pasal 21 Pasal 22 Ayat (1) Kekosongan Perangkat Desa Lainnya dapat disebabkan karena Perangkat Desa Lainnya diberhentikan sementara atau diberhentikan dari jabatannya. Ayat (2) Pasal 23 Yang dimaksud dengan tetap menjalankan tugas sampai habis masa jabatannya adalah sampai habisnya masa bakti sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 11 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan dan atau Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 10 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2003 Nomor 26 Seri E Nomor 5) berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan untuk ketentuan selain masa bakti menganut dan merujuk pada ketentuan Peraturan Daerah ini. Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11