FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT Salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Banyaknya kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan beberapa perusahaan yang dahulunya dianggap mempunyai kualitas audit yang tinggi seperti kimia farma dan Bank Lippo akan berpengaruh pada persepsi masyarakat tentang kualitas audit. Kualitas audit penting karena laporan keuangan yang telah diaudit akan lebih dipercaya masyarakat untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keptusan. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Adapun pengertian Kualitas Audit Menurut Konsorsium Organisasi Audit Internal (2004: 9) yaitu karakteristik audit internal yang memenuhi standar yang seragam dan konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya. Faktor-faktor penentu Kualitas Audit diantaranya adalah Kompetensi dan Profesionalisme Auditor Internal. Hal ini didapat dari pernyataan AAA Financial Accounting Committe (2000) dalam Christiawan (2002: 83) menyatakan bahwa Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Selanjutnya menurut M. Taufik, Hidayat (2011) dalam Putri (2015) selain Kompetensi dan independensi, Kualitas Audit juga dipengaruhi oleh Profesionalisme.
Menurut Nataline (2007) ada sembilan elemen pengendalian kualitas, yaitu: 1) Independensi Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan tugas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah dengan mengkomunikasikan aturan mengenai independensi kepada staf. 2) Penugasan personel untuk melaksanakan perjanjian Personel harus memilik pelatihan teknis dan profesionalisme yang dibutuhkan dalam penugasan. Prosedur dan kebijakan yang digunakan yaitu dengan mengangkat personel yang tepat dalam penugasan untuk melaksanakan perjanjian serta memberi kesempatan partner memberikan persetujuan penugasan. 3) Konsultasi Jika diperlukan personel yang dapat mempunyai asisten dari orang yang mempunyai keahlian, judgement, dan otoritas yang tepat. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah mengangkat individu sesuai dengan keahliannya. 4) Supervisi Pekerjaan pada semua tingkat harus disupervisi untuk meyakinkan telah sesuai dengan standar kualitas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah menetapkan prosedur-prosedur untuk me-review kertas kerja dan laporan serta menyediakan supervisi pekerjaan yang sedang dilaksanakan. 5) Pengangkatan Karyawan baru harus memiliki karakter yang tepat untuk melaksanakan tugas secara lengkap. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah selalu menerapkan
suatu program pengangkatan pegawai untuk mendapatkan karyawan pada level yang akan ditempati. 6) Pengembangan profesi Personel harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab yang disepakati. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menyediakan progam peningkatan keahlian spesialisasi serta memberikan informasi kepada personel tentang aturan profesional yang baru. 7) Promosi Personel harus memenuhi kualifikasi untuk memenuhi tanggung jawab yang akan mereka terima di masa depan. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk setiap tingkat pertanggungjawaban dalam kantor akuntan serta secara periodik membuat evaluasi terhadap personel. 8) Penerimaan dan kelangsungan kerjasama dengan klien Kantor akuntan publik harus meminimalkan penerimaan penugasan sehubungan dengan klien yang memiliki manajemen dengan integritas yang kurang. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan kriteria dalam mengevaluasi klien baru serta me-review prosedur dalam kelangsungan kerja sama dengan klien. 9) Inspeksi Kantor akuntan harus menentukan prosedur-prosedur yang berhubungan dengan elemen-elemen yang lain yang akan diterapkan secara efektif. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah mendefinisikan luas dan isi program inspeksi serta menyediakan laporan hasil inspeksi untuk tingkat yang tepat.
Hasil penelitian Nizarul dkk (2007) menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Gash dan Moon (2003) dalam Kusharyanti (2003) menghasilkan temuan bahwa kualitas audit meningkat dengan semkin lamanya audit tenure. Temuan ini menarik karena ternyata mendukung pendapat yang menyatakan bahwa pertimbangan auditor antara auditor dan klien berkurang. Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak AUEP-08 5 mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga (Siti, 2010). Menurut Lowensohn et al (2007) dalam Siti (2010) kualitas audit dapat diukur dengan tiga pendekatan, yaitu: (1) menggunakan proksi kualitas audit, misalnya ukuran auditor (Mansi et al, 2004), kualitas laba (Kim, 2002), reputasi KAP (Beatty, 1989), besarnya audit fee (Copley, 1991), adanya tuntutan hukum pada auditor (Palmrose, 1988), dan lain lain; (2) pendekatan langsung, misalnya dengan melihat proses audit yang dilakukan dan sejauh mana ketaatan KAP terhadap standar pemeriksaan audit (Dang, 2004; O Keefe et al, 1994); (3) menggunakan persepsi dari berbagai pihak terhadap proses audit yang dilakukan KAP (Carcello, 1992). Deis dan Giroux (1992), dengan menggunakan variabel Metrik (QUALITY) yang diukur berdasarkan hasil Quality Control Review (QCR).
Referensi Christiawan, Y.J. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory : Kumpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan Unika Petra. Vol. 4 / No. 2. Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal.25-60 Nizarul Alim, dkk. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X Nugrahini, Putri.2015. Pengaruh kompetensi dan profesionalisme auditor internal terhadap kualitas audit (studi empiris pada bumn dan bumd di kota yogyakarta). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Nur, Siti Mawar Indah. 2010. Pengaruh kompetensi dan independensi Auditor Terhadap kualitas audit (studi empiris pada auditor kap di semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro http://zetzu.blogspot.com/2011/11/kualitas-audit.html (diakses pada 13 April 2015)