BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI Konsep Perencanaan dan Perancangan Studio Film di Yogyakarta

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

TEMA RANCANGAN TRANSFORMASI BENTUK. Gedung Orkestra Surabaya

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN


BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GEDUNG ORKESTRA SURABAYA Harmoni

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 5 HASIL RANCANGAN

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN 4.1 Konsep Makro Konsep makro perancangan gedung konser/concert Hall Institut Wesley Jakarta ini merupakan sebuah solusi pemecahan masalah yang merupakan sebuah pertanyaan dari latar belakang yang telah ada. Solusi ini kemudian timbul sebagai sebuah gagasan besar yang mengarungi solusi setiap masalah yang ada sehingga menjadi suatu take line dalam merancang gedung konser ini. Dari masalah-masalah yang timbul, maka konsep yang akan dibangun adalah Connect Space And Activity. Gambar 4. 1 Diagram Konsep Makro Konsep makro yang ada memiliki dua kebutuhan yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam yaitu pihak Institut Wesley Jakarta dan kebutuhan luar yaitu masyarakat luar. Dari dua kebutuhan ini maka timbulah sebuah pendekatan fleksibilitas ruang, karena ruang dalam gedung konser khususnya ruang auditorium nantinya akan dibuat untuk 117

berbagai jenis konser, yang mana membutuhkan sebuah fleksibilitas agar memudahkan perubahan suatu ruang tanpa mengurangi kualitasnya. 4.2 Konsep Messo Konsep messo merupakan konsep yang merupakan sebuah pecahan dari konsep makro yang mana lebih mengarah ke level skala kawasan. Konsep messo pada perancangan gedung konser ini dibagi menjadi tiga yaitu gedung konser yang mampu menjadi landmark di kawasan yang akan berkembang ini, menjadi fasilitas publik yang saling bersinergi dengan kawasan sekitar, dan berdampak baik terhadap kawasan sekita gedung konser. Konsep messo ini nantinya akan dibagi menjadi konsep-konsep mikro yang dapat mendukung bangunan untuk menjawab permasalahanpermasalahan sekitar ke dalam wujud desain. Gambar 4. 2 Diagram Konsep Messo 4.3 Konsep Mikro Konsep mikro merupakan perwujudan dari konsep makro yang mana dibagi menjadi konsep-konsep seperti konsep tata ruang dalam, konsep tapak, konsep bangunan, konsep ruang pertunjukan, konsep pencahayaan, konsep tata suara, serta konsep utilitas yang lain. 118

4.3.1 Konsep Tata Ruang dalam 4.3.1.1 Jenis Ruang Jenis ruang pada gedung konser ini dibagi menjadi 5 yaitu ruang publik, ruang pertunjukkan, ruang pertunjukkan, ruang pemain, ruang pendukung, serta ruang servis. Tabel 4. 1 Jenis Ruang Jenis Ruang Kebutuhan ruang Foyer Lobby Exhibition Ruang Publik Hall R.Telepon R.Tiket Ruang Pertunjukan Ruang Pemain Panggung Persiapan R.Kontrol Instrument Storage R. Penonton Manager Ruang Persiapan Ruang Make Up Ruang Istirahat Ruang Pakaian Ruang Latihan Toilet Bantuan Darurat R.Keamanan Ruang Pendukung Restoran Shop Area Cafetaria R. Meeting Bengkel Kerja R. Pengelola Umum 119

Ruang Service R. Pengelola Khusus Loading Area R. Penerima R. Istirahat R. Karyawan Storage Toilet 4.3.1.2 Organisasi Ruang Organisasi ruang di dalam gedung konser ini di susun mengenai pengelompokan ruang berdasarkan jenisnya kemudian dilihat bagaimana alurnya ke setiap ruang yang lain. Organisasi ruang dalam gedung konser ini dibagi menjadi dua yaitu organisasi ruang horizontal dan organisasi ruang vertikal. (a) (b) Gambar 4. 3 (a) Organisasi Ruang Horizontal (b) Organisasi Ruang Vertikal 120

4.3.1.3 Pola Hubungan Dan Sirkulasi Antar Ruang Pada sirkulasi ruang ini dibedakan antara setiap ruang serta jalur pengelola, performer, serta pengunjung. Alur dari pengelola, performer serta pengunjung memiliki jalan yang berbeda. Sedangkan untuk pola hubungan ruang sendiri sudah dibagi menjadi lima jenis ruang kemudian dibedakan statusnya apakah jauh atau dekat, serta langsung atau tidak langsug. Gambar 4. 4 Pola Hubungan Antar Ruang 121

Gambar 4. 5 Sirkulasi Ruang Pengunjung Gambar 4. 6 Sirkulasi Pengelola Gambar 4. 7 Sirkulasi Pemain Selain mengetahui sirkulasi dari pengelola, pengunjung serta pemain kita juga harus mengetahui hubungan ruang dari yang dilewati mereka berikut pola hubungan ruang. 122

4.3.1.4 Besaran Ruang Tiap-tiap ruang di dalam gedung konser memiliki luasan ruang masing-masing. Luasan tiap ruang disesuaikan dengan jumlah pelaku pada setiap ruangan tersebut ketika kegiatan di dalamnya sedang berjalan. Dan setiap orang memiliki rasio jumlah standar luasan masing-masing. Jadi jumlah pelaku satndar dalam suatu ruang dikalikan dengan standar luasan setiap orang akan menghasilkan luasan ruang yang dibutuhkan. Tabel 4. 2 Besaran Ruang Ruang Jumlah Pelaku Standar (m 2 ) Luas (m 2 ) Ruang Publik Foyer 250 0.5/orang 125 Lobby 250 0.5/orang 125 Café 200 0.5/orang 100 Shop Area 100 0.5/orang 50 Ticket 5 1,2/orang 6 Exhibition Hall 250 0.5/orang 125 Toilet 15 2.25/orang 33.75 Sub Total 564.75 Sirkulasi 20% 112.95 Total 677.6 Ruang Pertunjukan Panggung 1 30 2.25/orang 67.5 Panggung 2 20 2.25/orang 45 R. Penonton 1 300 0.6/orang 180 R.Penonton 2 500 0.6/orang 300 R. Persiapan 1 30 0.65/ruang 19.5 R. Persiapan 2 20 0.65/ruang 13 R. Kontrol Sound/ Lighting 8 2.25/ruang 18 Ruang Penyimpanan instrumen 100 Ruang Gudang Panggung 100 Ruang Manager 8 0.65/ruang 5.2 Sub Total 848.2 Sirkulasi 20% 169.64 123

Total 1017.84 Ruang Pemain R. Penerima 80 2.25/orang 180 R. Persiapan 80 2.25/orang 180 R. Make Up 80 2.25/orang 180 R. Istirahat 80 1/orang 80 R. Pakaian 80 2.25/orang 180 R. Latihan 80 2.25/orang 180 Toilet 10 2.25/orang 22,5 Sub Total 1002.5 Sirkulasi 20% 200.5 Total 1203 Ruang Service R. Meeting 8 2/orang 16 Workshop 15 2/orang 30 Dapur 30 2/orang 60 R. Pengelola Umum 8 2/orang 16 R. Pengelola Khusus 8 2/orang 16 Loading Area 32 32 R. Penerima 100 100 R. Istirahat Karyawan 40 1/orang 40 Gudang 200 200 Toilet 10 2.25/orang 22.5 AHU dan ME 300 300 Sub Total 832.5 Sirkulasi 20% 166.5 Total 999 Parkir Parkir Pengelola 4 Mobil 12.5/Mobil 50 20 Roda Dua 1.6/Motor 32 Parkir Pengunjung 3 Bus 28/Bus 84 150 12.5/Mobil 1875 200 1.6/Motor 320 Sub Total 2361 Sirkulasi 20% 472.2 Total 2833.2 124

4.3.2 Konsep Tapak Konsep tapak ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu penzoningan bangunan, sirkulasi, tata parkir, dan vegetasi. a. Zoning bangunan Zoning bangunan pada gedung konser dibagi menjadi tiga yaitu zona publik, semi publik dan zona privat pada zonasi ini menyesuaikan kepada zona kebisingan serta view yang berada di sekitar site. Selain itu penzoningan berguna untuk peletakan jenisjenis ruang yang akan ditempatkan di gedung konser. Gambar 4. 8 Penzoningan Bangunan b. Tata Massa Dalam menentukan pola tata massa yang cocok yang pertama kali dilkukan ialah pembagian grid vertikal, horizontal dan diagonal. Grid dibuat disesuaikan dengan arah bangunan eksisting di sekitar kawasan sehingga dengan menentukan grid maka akan 125

didapatkan konfigurasi massa yang sesuai. Pola tata massa masih disesuaikan dengan zonasi publik, semi publik serta privat. Gambar 4. 9 Pembuatan Grid Bangunan Grid sejajar dan tegak lurus dibuat dengan membagi tapak menjadi empat bagian. Kemudian setelah membaginya menjadi empat barulah dibuat garis diagonal yang mana mengarah ke eksisting sekitar. Dengan konfigurasi seperti itu tata massa yang dibentuk bisa membuat beberapa alternatif. Tata massa yang dibuat ada dua yaitu : 1. Alternatif satu Alternatif satu ini terbentuk dari tiga konfigurasi massa dibagi pada zona yang mengarah ke arah publik atau utara, zona yang mengarah ke lahan kosong atau selatan, serta zona penghubung diantara keduanya. 126

Gambar 4. 10 Pembagian Massa Gambar 4. 11 Zonasi Massa Pada zona yang mengarah ke Boulevard zona Lobi dan zozna Komersil di taruh di dekatnya, sedangkan untuk zona Auditorium berada ditengah karena bersifat semi publik. Untuk zona privat berada di bagan selatan yaitu zona servis dan MEP, serta zona kantor dan manajerial. Auditorium dibuat mengarah ke arah lahan yang kosong dan dibuat jauh dari jalan agar menghindari kebisingan.. 2. Alternatif dua Alternatif dua ini terbentuk dari konfigurasi dua massa yang dibagi pada bagian utara yang lebih publik serta bagian selatan yang bersifat privat. 127

Gambar 4. 12 Pembagian Massa Gambar 4. 13 Zonasi Massa Pada zonasi nya disebut kurang ideal tetapi cukup bisa untuk dibuat dimana pada massa yang mengarah ke lahan kosong dijadikan auditorium. Sedangkan untuk massa yang mengarah ke publik dijadikan zona komersil dan lobi. Untuk zona servis, zona MEP serta zona manajerial saling berdekatan. c. Pola Sirkulasi Pola sirkulasi dari bangunan gedung konser dibedakan menjadi dua pada bagian utara untuk sirkulasi kendaraan pengunjung. Untuk bagian selatan untuk sirkulasi pengelola serta artis. 128

Gambar 4. 14 Sirkulasi d. Pola Parkir Dan Vegetasi Pola Parkir dari gedung ini terbagi menjadi dua disesuaikan dengan sirkulasi kendaraan pengunjung atau pengelola. Bisa dilihat bahwa bagian utara untuk parkir pengunjung. Untuk bagian selatan digunakan untuk parkir pengelola. Untuk vegetasi ditempatkan pada parkir-parkir serta pada jalan yang mengarah ke entrance utama. Vegetasi selain berfungsi sebagai penghijauan juga sebagai penghalang dari kebisingan dari luar. 4.3.3 Konsep Bangunan a. Penampilan Bangunan Gambar 4. 15 Pola Parkir Dan Vegetasi 129

Untuk penampilan bangunan dibedakan menjadi beberapa bagian untuk bagian utara yang mengarah ke publik menggunakan fasad bangunan yang menonjol dengan menggunakan garis-garis dan bagian bawahnya menggunakan kaca karena berfungsi sebagai zona komersil. Untuk bagian tengahnya menggunakan konkret yang dipadukan dengan kayu sebagai fasad untuk menambah estetika bangunan selain itu kayu juga berfungsi untuk meredam suara. dan bagian bawahnya menggunakan bahan-bahan yang bersifat fleksibel yang mana dapa dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan. Untuk bagian utara menggunakan material konkrit serta dipadukan dengan material-material batu-batu alami. Gambar 4. 16 Penampilan Bangunan b. Gubahan Massa Untuk gubahan massa karena terdapat dua alternatif denah massa maka akan dibuat dua gubahan massa sesuai dengan denahnya. Untuk gubahan massa pertama bagian ruang auditorium 130

ditinggikan kemudian untuk zona yang lain di turunkan. Kelebihan dari massa ini pengaturan ruang lebih baik, begitu pula dengan pemenuhan kebutuhan ruangnya, tetapi massa lebih kompleks. Gambar 4. 17 Gubahan Massa Alternatif 1 Untuk gubahan massa kedua, massa bagian auditorium lebih ditinggikan. Kelebihannya ialah massa yang lebih simpel dan alur sirkulasi yang lebih enak. Sedangkan untuk kekurangannya ialah bangunan terlihat lebih sempit sehingga pemenuhan kebutuhan ruang terbatas. 131

Gambar 4. 18 Gubahan Massa Alternatif 2 4.3.4 Konsep Fleksibilitas Ruang Pada Ruang Pertunjukan Konsep fleksibilitas ruang yang akan dibuat ialah pembagian dua ruang pertunjukan yang mana memiliki sifat yang berbeda yaitu jenis akustik dan yang berjenis Concert Band. Dua ruangan ini dibedakan menjadi dua wilayah yang mana dibagian tengahnya terdapat ruang yang mengapitnya sehingga tidak terjadi kebocoran suara maupun mengurangi getaran yang ada. Ruang konser yang bersifat akustik berkapasitas maksimal 300 orang dengan kemampuan fleksibilitas yang rendah karena diperlukan suatu ruang yang sangat steril terhadap bunyi dari luar. Sedangkan untuk ruang konser/pertunjukan yang kedua lebih bersifat fleksibel dengan menggunakan sistem tata suara speaker. Dan lay-out ruang bisa dirubah sesuai dengan kebutuhan, baik panggung, pola kursinya serta dindingnya. Dua ruang konser ini nantinya akan dipisahkan secara vertikal ataupun secara horizontal. 132

Gambar 4. 19 Denah Konsep Ruang Pertunjukan Pada gambar bisa dilihat bahwa terdapat dua ruang pertunjukan yang mana di lantai 1 lebih bersifat fleksibel dimana ruang sekelilingnya ditutupi oleh movable wall dan didepannya terdapat ruang publik dan ruang pengunjung, serta dibagian belakangnya ialah ruang servis dan ruang pemain. Sedangkan di lantai 2 ruang pertunjukan berjenis akustik dan memiliki tingkat fleksibilitas yang rendah. Kemudian dibagian depannya terdapat ruang publik untuk para pengunjung. Gambar 4. 20 Potongan Konsep Ruang Pertunjukan 133

Pada gambar potongan bisa dilihat bahwa ruang servis serta ruang pemain diletakan tegak lurus dengan ruang pertunjukan 1 dan 2. Ini tentu saja akan memudahkan sirkulasi bagi pemain serta bagi pengelola untuk masuk ke ruang pertunjukan. Sedangkan pengunjung hanya bisa mengakses ruang pertunjukan melalui ruang yang bersifat publik. Untuk mengatur tidak masuknya kebocoran suara serta getaran suara, maka ruangan dipisah secara vertikal, kemudian diberi dilatasi agar getaran berkurang. Gambar 4. 21 Potongan Dilatasi Ruang Pertunjukan Pada ruang pertnjukan 1 yang lebih bersifat fleksibel, lay-out ruang pertunjukan ini bisa dirubah-rubah dengan menggunakan bantuan sistemsistem fleksibilitas seperti movable wall, reattracrable seating system, movable stage, serta flexible acoustic material. Gambar 4. 22 Perubahan Lay-out Ruang Pertunjukan 1 134

Selain itu ruang pertunjukan yang bersifat tertutup ini bisa dibuka sehingga menyatu dengan ruang publik. Penyatuan ruang publik dengan ruang konser ini digunakan sesuai kebutuhan pengguna. Penyatuan ruang ini ada yang bersifat masih dalam satu bangunan hingga sampai keluar bangunan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24. Gambar 4. 23 Lay-out Ruang Pertunjukan Terbuka Di Dalam Bangunan Gambar 4. 24 Lay-out Ruang Pertunjukan Terbuka Di Luar Bangunan 135

4.3.5 Konsep Sistem Tata Suara Konsep sistem tata suara pada gedung konser ini menggunakan sistem pengeras bunyi serta sistem akustik dengan memanfaatkan penggunaan elemen bangunan. Untuk ruang konser pertama lebih banyak menggunakan elemen bangunan sedangkan untuk ruang konser kedua lebih banyak menggunakan sistem penguat suara. Untuk ruang konser pertama walaupun sistem fleksibilitasnya rendah namun ada sistem fleksibilitas yang bisa diterapakan didalamnya yaitu sistem fleksibel acoustic materil. Dengan sistem ini maka pantulan suara dan penyerapan suara bisa dikontrol. Selain itu langit-langitnya bisa menggunakan langitlangit yang tidak teratur sehingga bunyi bisa maksimal tanpa pengeras suara. Gambar 4. 25 Sistem Suara Konsep sistem tata suara pada ruang konser kedua relatif lebih fleksibel dengan bisa menggunakan sistem pengeras suara. Selain itu sistem pengeras suara ini dibagi menjadi dua yaitu sitem pengeras suara low-frequency serta hi-frequency. 136

Gambar 4. 26 Gubahan Sistem Suara low-frequency Gambar 4. 27 Sistem Suara hi-frequency 4.3.6 Konsep Sistem Pencahayaan Konsep sistem pencahayaan pada gedung konser ada dua yakni menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan Pencahayaan Alami Diatur agar cahayanya tidak menimbulkan silau, bayangan ataupun panas sari matahari. Bukaan ditentukan apakah permanen atau sewaktu-waktu dapat ditutup kembali. Pencahayaan Buatan 137

Lebih banyak digunakan di ruang konser karena performa sistem pencahayaan pada ruang konser sangat diperhatikan. Menggunakan sistem performance lighting, auditorium lighting, emergency lighting, cue lights, dan blue lights. Performance lighting merupakan pencahayaan dengan intensitas tertinggi karena pencahayaan terbanyak harus mengarah ke arah performer. Gambar 4. 28 Sistem Pencahayaan 4.3.7 Konsep Sistem Pengendalian Kebisingan Suara Konsep sistem pengendalian kebisingan suara ini adalah dengan menggunakan metode-metode diman ruang yang membutuhkan akustik yang baik yaitu ruang konser tidak terganggun oleh kebisingan dari luar, seperti kendaraan maupun masyarakat sekitarnya. Sistem ini bisa digunakan dengan menambhakan vegetasi pada luar bangunan yang berfungsi mengurangi bunyi dari luar bangunan serta menggunakan bahan kedap suara pada bangunan dan pelapis ruang konser. 138

Gambar 4. 29 Sistem Pengendlian Kebisingan 4.3.8 Konsep Sistem Penghawaan Sistem Penghawaan pada ruang auditorium ada yang menggunakan AC Central dan AC Unit. Bedanya jika AC Unit digunakan di ruang-ruang yang lebih kecil seperti ruang instrumen dan kontrol, maka AC Central digunakan di ruang pertunjukkannya karena berskala besar. Selain itu untuk ruang yang bersifat publik bisa menggunakan penghawaan alami. Gambar 4. 30 Skema Distribusi AC Central Gambar 4. 31 Sistem Penghawaan 139

4.3.9 Konsep Sistem Struktur Sistem struktur yang digunakan menggunakan sistem yang fleksibilitas. Struktur atap menggunakan struktur bentang panjang. Selain itu penggunaan Struktur bangunan menggunakan struktur beton. Struktur ini kemudian dikombinasikan dengan material alami serta material kedap suara sehingga terdapat struktur utama dan struktur pendukung untuk menyiasati kebisingan ruang serta tidak merusak lingkungan. Gambar 4. 32 Material Batu Alami 4.3.10 Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PDAM dan sumur pompa untuk mengantisipasi kekeurangan kebutuhan air bersih. Pompa air berukuran besar diperlukan untuk memompa air dari sumur dalam volume yang besar dalam waktu yang singkat. 4.3.11 Sistem Penyediaan Air Kotor Sistem pembuangan air kotor menggunakan sistem konvensional yakni dengan memisahkan saluran buangan yang akan berakhir di sumur peresapan. 140

4.3.12 Sistem Suplai Energi Sistem kelistrikan menggunakan 2 sistem, yakni sistem dari PLN dan sistem Generator. Sistem PLN digunakan pada tidak saat pertunjukan karena kebutuhan dayanya relatif kecil, sedangkan sistem generator digunakan hanya pada saat pertunjukan karena pada saat pertunjukan diperlukan daya listrik yang besar, stabil dan konstan, selain itu generator juga digunakan saat aliran listrik dari PLN mengalami gangguan. Jadi bisa dibilang generator menjadi smuber utama dalam penyelenggaraan pertunjukan sedang berlangsung. 4.3.13 Sistem Pencegah Bahaya Kebakaran Pemasangan diutamakan pada tempat yang rawan dan mudah terbakar seperti gudang, bengkel dan panggung. Khusus pada panggung, alat pencegah bahaya kebakaran diletakan secara tersembunyi agar tidak mengganggu panggung dari sisi fungsional maupun visual namun masih menjamin kinerja, dan keamanan pencegah bahaya kebakaran ini. Alat-alat pemadam ini diantaranya adalah 1. Detektor asap. 2. Detektor api. 3. Detector Panas (disesuaikan dengan ruangan dan fungsinya). 4. Sprinkler. 5. Hydrant, hidran halaman dengan 60 meter. 6. Tangga darurat. 7. Sistem alarm. 4.3.14 Sistem Komunikasi Dan Pengendalian Udara Sistem komunikasi menggunakan intercom dan alat komunikasi radio yang diletakkan pada posisi tersebar. Sistem pengkondisian udara menggunakan pengkondisian buatan dengan sistem terpusat dengan tujuan 141

agar sistem pendinginan dapat merata efisien, serta mudah dalam perawatan, operasional dan instalasinya. Sistem pengkondisian udara ini harus sanggup mensirkulasi udara didalam gedung pertunjukan yang mempunyai volume yang besar. Sistem pengkondisian ini umumnya terdapat sistem cadangan untuk mengantisipasi jika nantinya terjadi kerusakan pada sistem utama. 142