BAB II LANDASAN TEORI. 1.1 Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing. a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing. sumber data dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

PERBANDINGAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN UNIT COST DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA RUMAH SAKIT (Studi Kasus Pada RSUD Kota Yogyakarta).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, penentuan harga

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. secara terperinci mengenai biaya yang berhubungan dengan produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Pentuan Harga Pengertian Harga Harga merupakan nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat semakin mendorong perusahaan untuk tetap going

BAB II LANDASAN TEORI

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber data dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh: a. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective b. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost c. Adanya strategi perusahaan yng menerapkan market diven strategi 1.2 Akuntansi Biaya (Cost Accounting) Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya. (Firdaus dan Wasillah 2009 dalam Widayanti, 2013). Akuntansi biaya (cost accounting) berhubungan dengan penetapan dan pengendalian biaya. Pengumpulan dan analisis data biaya, baik biaya yang telah terjadi maupun yang akan terjadi, digunakan sebagai bahan 1

10 pertimbangan dalam penyusunan program perhitungan biaya di masa yang akan datang. Akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya untuk memenuhi berbagai macam tujuan. Untuk tujuan penentuan harga pokok produksi, akuntansi biaya menyajikan biaya yang telah terjadi di masa yang lalu. Untuk tujuan pengendalian biaya, akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian menyajikan analisis terhadap penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang relevan dengan keputusan yang akan diambil, dan biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya masa yang akan dating, ( Widayanti,2013). Akuntansi biaya adalah akuntansi yang berkaitan dengan proses terjadinya biaya sehingga dapat memberikan pandangan komperhensif tentang semua kegiatan dalam perusahaan baik penggunaan sumber daya (resources) maupun laba, dan sebagainya. ( Kuswadi, 2005) Selain neraca, kita bisa melihat perhitungan laba rugi melalui angka-angka pedapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam akuntansi keuangan (financial accounting), sedangkan dengan akuntansi biaya dan sistem biaya(acocting system) kita dapat melihat lebih jauh tentang perincian total biaya dan biaya-biaya aktual tertentu. (Kuswadi, 2005) Dengan akuntansi biaya, manajemen perusahaan akan mengetahui dengan jelas beberapa hal berikut :

11 a. Besar biaya produksi yang tercakup dalam harga penjualan b. Struktur biaya untuk setiap jenis produk yang dihasilkan c. Perbandingan biaya dan waktu untuk produk-produk yang dihasilkan d. Struktur biaya untuksetiap produk yang dihasilkan e. Membuat perkiraan-perkiraan untuk keperluan tender dan sebagainya. Selain itu, dengan akuntansi biaya, perusahaan juga dapat dengan mudah mengetahui dan melaksanakan hal-hal berikut : a. Pembebanan biaya pada bagian-bagian yang berkaitan b. Membandingkan biaya actual dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya c. Tempat-tempat terjadinya pemborosan, hambatan-hambatan dan sebagainya d. Efisiensi, baik yang berkaitan dengan material, buruh maupun hal lain e. Menentukan unsur biaya tetap dan biaya variable 1.3 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 1.3.1 Konsep biaya Sebelum membahas tentang proses penentuan biaya, baiknya kita melihat beberapa defenisi mengenai biaya (cost). Menurut Kuswadi, (2005) Biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Barang atau jasa dapat dijual kembali, baik yang berkaitan dengan usaha pokok

12 perusahaan maupun tidak. Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Pada dasarnya, perhitungan biaya mempunyai empat tujuan pokok, yaitu menilai persediaan, menghitung laba, dan untuk maksud perencanaan dan pengendalian. Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan member manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Dikatan sebagai ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang inginkan. Jadi, kita dapat menganggap biaya sebagai ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan tertentu. (Hansen dan Mowen, 2006 dalam Widayanti, 2013) Biaya (cost) merupakan suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrifed) atau di lepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. (Horngren, Datar dan Foster 2005 : 34 dalam Anisa, 2014) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi, 2005 dalam Ricky, 2016) Derdasarkan beberapa pengertian biaya di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa barang dan jasa yang di ukur dalam satuan uang dengan

13 tujuan untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang. 1.3.2 Klasifikasi Biaya Menurut (Mulyadi 2009:13-16 dalam Widayanti, 2013), penggolongan atau pengklasifikasian biaya dapat dilakukan berdasarkan : 1.) Objek Pengeluaran Biaya dapat digolongkan atas dasar objek yang dibiayai. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran pada perusahaan kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat warna. 2.) Fungsi dalam perusahaan Penggolonganbiaya ini di hubungkan dengan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya-biaya tersebut terdiri dari : a). Biaya produksi Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan

14 baku, biaya gaji karyawan baik yang langsung maupun tidak langsung b). Biaya pemasaran Biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya gaji karyawan bagian kegiatan pemasaran. c). Biaya administrasi dan umum Biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy. 3). Hubungan biaya dengan produk yang dibiayai a). Biaya produksi langsung Biaya yang sejak terjadinya sudah mempunyai hubungan sebab akibat dengan kesatuan produk yang dibiayai. Apabila biaya ini tidak terjadi maka tidaka aka nada produk yang di hasilkan. Biaya bahan baku dan biaya tenga kerja adalah biaya produksi langsung. b). Biaya produksi tidak langsung

15 Biaya produksi yang tidak mempunyai hubungan sebab akibatdengan kesatuan produk yang dibiayai. Biaya ini pasti terjadi meskipun tidak ada produk yang dihasilkan. Biaya produksi tidak langsung disebut juga biaya overhead pabrik (BOP). 4.) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas Biaya-biaya ini terdiri dari : a. Biaya variabel Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b. Biaya semivariabel Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c. Biaya semifixed Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah degan jumlah konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap Biaya yang jumlah totalnya tetap pada kisaran volume kegiatan tertentu. 5.) Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Biaya-biaya ini digolongkan menjadi :

16 a. Pengeluaran modal (captal expendi tures) Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap. b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. 1.4 Metode Akuntansi Biaya Tradisional Akuntansi biaya tradisional adalah akuntansi biaya yang dirancang berdasarkan kondisi perusahaan manufaktur dengan teknologi yang bersifat mekanik. Dengan perkembangan pesat pemanfaatan komputer dalam perancangan, pengujian rancangan, dan pengendalian proses pengolahan produk, kondisi pabrik moderen dipenuhi dengan otomatisasi yang menggunakan komputer sebagai pengendali utama berbagai mesin dan peralatan produksi. Kondisi pabrik moderen menjadi sangat berlainan dengan kondisi pabrik yang dirancang pada jaman reolusi industri. Dengan perubahan drastic kondisi pabrik-pabrik modern, informasi biaya yang dihasilkan oleh akuntansi biaya tradisonal tidk lagi mampu menggambarkan konsumsi sumber daya dalam proses pembuatan produk. (Anisa, 2014).

17 Metode akuntansi biaya tradisional yang menggunakan pemandu biaya yang berhubungan dengan volume produksi beranggapan bahwa biaya-biaya akan meningkat secara proporsional dengan besarnya volume output. Sistem ini tidak dapat menjelaskan mengapa biaya-biaya produksi semakin meningkat dengan hasil yang semakin beragam. Metode akuntansi biaya tradisonal rentan akan kelemahan yang dapat mengakibatkan untuk pembuatan keputusan terdistorsi. Metode ini cenderung mengandalkan alokasi tingkat unit. Akibatnya produk dibebani oleh sumber daya yang tidak digunakan. (Widayanti, 2013) Defenisi sistem akuntansi biaya tradsional menurut (Willam K. Carter dan Milton F. Usri 2006 ; 496) dalam Widayanti 2013) menyatakan bahwa perhitungan biaya tradisional hanya menelusuri biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sedangkan menurut (Ray H. Garrison dan Eric W. Noreen 2006 : 293 dalam Widayanti 2013) bahwa dalam biaya akuntansi tradisional hanya biaya produksi yang dibebankan ke produk, bahkan biaya produksi yang tidak disebabkanoleh produk. Jadi dapat di simpulkan bahwa akuntansi biaya tradisional merupakan penentuan cost produk dengan fokus ke biaya produksi.

18 1.5 Keterbatasan sistem akuntansi biaya tradisonal Perhitungan harga pokok (biaya) produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk tidak memiliki tantangan khusus. Biaya- biaya ini dibebankan pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran pendorong yang sangat akurat. Sedangkan untuk biaya overhead hubungan sebab akibat tidak tersedia, seperti yang secara fisik dapat diamati pada bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan produk. Karenanya, pembebanan biaya overhead harus bergantung pada penelusuran pendorong (dan mungkin alokasi). Pada sistem biaya tradisional, pembebanan biaya overhead pada produk dilakukan atas dasar kuantitas produk yang dihasilkan. Metode pembebanan biaya overhead ini disebut dengan unitbased system. Metode pembebanan seperti ini menimbulkan biaya yang terdistorsi. (Anisa, 2014). (Hansen dan Mowen 2006 dalam Ricky 2016) memberikan beberapa batasan sistem akuntansi biaya tradisonal sebagai berikut : a. Non unit related overhead costs Akuntansi biaya tradisonal hanya menggunakan unit level divers dalam membebankan biaya overhead tingkat non-unit-related. Hal ini dapat menyebabkan distorsi biaya produk

19 b. Produc diversity Diversitas produk adalah produk-produk yang mengkonsumsi biaya overhead dengan masing-masing proporsi konsumsi yang berbedabeda. Proporsi aktivitas yang dikonsumsi setiap produk disebut rasio konsumsi. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mampu mengakomodasi diversitas produk karena hanya menggunakan cost allocation based. Menurut Rudianto (2013), dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan biaya produk yang akurat lagi. Hal ini karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain: a. Sistem akuntansi biaya tradisional menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang di jual. Akibatnya, sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. b. Berkaitan dengan biaya overhead, sistem akuntansi biaya tradisional terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead ketimbang berusaha keras mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. c. Sistem akuntasi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena sering kali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal, seperti volume produk atau jam kerja langsung.

20 d. Sistem akuntansi biaya tradisonal sering kali menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang justru menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan. e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan tidak tetap dan biaya variabel hanya berdasarkan faktor penyebab tunggal, yaitu volume produk. Padahal dalam lingkungan teknologi maju, metode pemggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai aktivitas. 1.6 Activity Based Costing 2.6.1. Pengertian Activity Based Costing Activity Based Costing merupakan sistem yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih akurat. Namun dari prespektif manajerial, sistem ABC tidak hanya menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan pendekatan perhitungan biaya yang membebankan sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa atau

21 pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan objek biaya tersebut. (Gabryela, 2012). Terdapat beberapa defenisi tentang Activity Based Costing yaitu: Activity Based Costing adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang di desain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengerahkan dan mengarahkan seluruh aktivitas organisasi ke penyediaan produk / jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan costumer. (Mulyadi, 2003). Menurut Rudianto (2013), Activity Based Costing adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. (Carter Usry 2006 : 496 dalam Widayanti 2013) menjelasakan bahwa : Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity Based Costing system) adalah suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukan satu atau lebih

22 faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor). Dari beberapa defenisi tentang Activity Based Costing diatas, dapat di simpulkan bahwa ABC adalah sebuah metode perhitungan yang biaya dan pembebanan produk dengan menggunakan berbagai cost driver dan dilakukan dengan mnelusuri biaya dari aktivitas setelah itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk. 2.6.2. Syarat-syarat Penerapan Activity Based Costing System Menurut Anisa (2014) dalam penerapan Activity Based Cost System agar optimanl, penentuan harga pokok dengan menggunakan ABC mensyaratkan tiga hal : a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masingmasing produk. b. Tingkat persaingan industri yang tinggi Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang ketat

23 tersebut dibutuhkan pembebanan biaya yang akurat. Informasi tentang pembebanan biaya yang akurat akan memudahkan bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan. c. Biaya pengukuran yang relatif rendah Biaya pengukuran (measurement cost) merupakan biaya yang terkait dengan pengukuran yang digunakan oleh suatu sistem biaya. Agar penerapan ABC system dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi biaya aktivitas harus relatif rendah. Tahap-tahap pembebanan BOP menurut Mulyadi (2007) Pembebanan BOP (tahap 1) dengan metode ABC adalah 1.) Biaya overhead pabrik di bebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai 2.) Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen. 3.) Menentukan tariff untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam cost pool dengan suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit pemicu biaya (cost driver). Pembebanan (tahap II) dengan metode ABC adalah : Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusuri ke produk dengan

24 menggunakan tarifpool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemasuk biaya di konsumsi oleh tiap produk. Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktifitas, aktivitas yang berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok - kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarifkelompok dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok di ukur dan biaya-biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarifkelompok yang mewakili. Namun, untuk menghindari setiap pembahasan detail dari beberapa langkah prosedur pertama. Konsep ABC system, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan biaya yang akan distribusikan kepada produkberdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan berdasarkan volume. Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukantarif per unit cost driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Tarif per unit cost driver = Jumlah aktifitas Cost driver

25 2.6.3 Kendala penerapan ABC Selain mempunyai manfaat dan keunggulan, ABC ternyata juga memiliki beberapa batasan, antara lain : 1. Alokasi Walaupun data aktifitas penting diperoleh, tetapi beberapa biaya masih memerlukan akolasi biaya berdasarkan volume. Misalnya biaya-biaya yang berhubungan dengan gedung, biayanya mencakup biaya-biaya seperti sewa, asuransi, dan pajak bangunan. Usaha-usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biayabiaya ini merupakan tindakan yang sia-sia dan tidak praktis. 2. Pengabaian biaya Dalam menganalisis biaya produksi berdasarkan aktivitas, beberapa biaya yang sebenarnya berhubungan dengan hasil produk diabaikan begitu saja dalam pengukurannya. Aktifitas-aktifitas seperti pemasaran, promosi, riset dan pengembangan servis purna jual dan sebagainya juga menimbulkan biaya. 3. Biaya dan waktu yang diperlukan periode-periode waktu yang arbiter masih digunakan dalam menghitung biaya-biaya produk. Banyak manajer yanng ingin mengertahui apakan produk yang dihasilkan menguntungkan atau tidak. Tujuannya tidak saja untuk mengukur seberapa banyak biaya yang sudah diserap oleh produk tersebut, tetapi juga untuk

26 mengukur segi kompetitifnya dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain. 2.7 Tarif Menurut (Buchari Alma 2007:304 dalam Widayanti 2013) istilah harga yang kita kenal pada umumnya di perusahaan jasa pelayanan di sebut tarif. (Fandy Tjiptono 2001 dalam Widayanti, 2013) menyatakan bahwa harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya. Selain itu, menurut Laksono Trisnantoro, (2006) dalam Widayanti, (2013) Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa keada pasien. Istilah harga dengan tarif sama-sma memiliki keterkaitandengan uang. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tarif adalah harga atau uang yang dibayarkan oleh seseorang yang telah mendapatkan suatu produk atau jasa. Adapun tujuan dari penentuan tarif menurut (Laksono Trisnantoro, 2006 dalam Widayanti, 2013), sebagai berikut : a. Penentuan tarif untuk pemulihan biaya Tarif ditentukan untuk meningkatkan pemulihan biaya umah sakit. Keadaan ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang

27 semakin lama semakin berkurang subsidinya berdasarkan teori, namun pada kenyataannya subsidi tersebut bertambah. b. Penentuan tarif untuk subsidi silang Kebjakan tarif untuk tujuan ini ditentukan oleh manajemen rumah sakit agar masyarakat ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. Kebijakan ini dilakukan dengan penentuan tarif yang berbeda pada bagian-bagian dalam rumah sakit. c. Penentuan tarif untuk meningkatkan akses pelayanan Keadaan dimana rumah sakit mempunyai misi untuk melayani masyarakat miskin. Oleh karena itu, pemerintah atau pemilik rumah sakit mempunyai kebijakan penentuan tarif serendah mungkin sehingga diharapkan akses orang miskin terhadap layanan kesehatan menjadi lebih baik. d. Penentuan tarif untuk meningkatkan mutu pelayanan Diberbagai rumah sakit, misalnya pada rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penentuan tarif pada bangsal Very Important Person (VIP) dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis. e. Penentuan tarif untuk tujuan lain 1.) Penentuan tarif untuk mengurangi pesaing Kebijakan ini dapat dilakukan untuk mencegah adanya rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing. Dengan cara ini, rumah sakit

28 yang sudah terlebih dahulu beroperasi mempunyai strategi agar tarifnya tidak sama dengan rumah sakit baru. 2.) Penentuan tarif untuk memperbesar keuntungan Kebijakan ini dapat dilakukan pada pasar rumah sakit yang cenderung dikuasai satu rumah sakit (monopoli). Oleh karena itu, penentuan tarif dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalkan pendapatan. Tanpa kehadiran pesaing dalam suasana pasar dengan demandtinggi, maka tarif dapat dipasang pada tingkat yang setinggi-tingginya, sehingga dapat meningkatkan surplus secara maksimal. 3.) Penentuan tarif untuk meminimalisasi penggunanan pelayanan atau mengurangi pemakaian Tarif ditentukan secara tinggi dengan cara ini, maka fungsi rujukan dapat ditinggikan sehingga masyarakat hanya menggunakan rumah sakit apabila perlu saja. 4.) Penentuan tarif untuk meningkatkan corporate image Penentuan tarif dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah sakit golongan masyarakat kelas atas. Sebagai contoh, berbagai rumah sakit di Jakarta yang menentukan tarif super VIP dengan nilai yang sangat tinggi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan citra rumah sakit yang super mewah. Penulis juga membandingkan dengan beberapa peneliti terdahulu diantaranya: