SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

dokumen-dokumen yang mirip
SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

SERTIFIKASI GREENSHIP

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

SERTIFIKAT LAIK FUNGSI & GREENSHIP. KhususGedungdiLuarDKI Jakarta

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EVALUASI KRITERIA KELAYAKAN GREEN BUILDING PADA GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT

Green Building Concepts

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN I.1

MENGUKUR APRESIASI KONSULTAN ARSITEKTUR MENGENAI KRITERIA RANCANGAN GREEN BUILDING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PENERAPAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TOLOK UKUR GREENSHIP PADA BANGUNAN

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

MODEL RUMAH-C3 (CEDHAK-CILIK-CIUT) SEBAGAI SOLUSI GREEN BUILDING PADA RUMAH TINGGAL DI PERKOTAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN

Version: Bahasa Indonesia GREENSHIP NEW BUILDING (NB)

GREENSHIP HOMES Version 1.0

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur

PENGENDALIAN AIR DALAM REKLAMASI DI DKI JAKARTA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

AGRICULTURE EDUTAINMENT PARK UNTUK ANAK-ANAK DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK KONSERVASI AIR DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION REKTORAT IPB

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia.

ANALISIS PENERAPAN GREENSHIP NEIGHBORHOOD VERSION 1.0 PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

PANDUAN. AUDIT LINGKUNGAN MANDIRI MUHAMMADIYAH (ALiMM) ENVIRONMENT SELF AUDIT GUIDE MLH PP MUHAMMADIYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh. Firmansyah Gusasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

Transkripsi:

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP JUNDI FAARIS ALHAZMI A (Epiphyllum anguliger) IMAM AHMAD A (Cedrus atlantica) DINA MAULIDIA (Rosemarinus officinalis) CHALVIA ZUYYINA (Cinnamonum burmanii)

ANALISIS TELUK BENOA Meninjau Ulang Reklamasi Teluk Benoa Dari Sisi Ekologis

LATAR BELAKANG Teluk Benoa merupakan perairan pasang surut, terletak di belahan selatan pulau Bali dan bertipologi teluk semi tertutup dengan penyempitan hingga 75%. Dan sebagai reservoir atau tampungan banjir aliran permukaan daerah sekitarnya Memiliki karakteristik ekosistem estuary dangkal dengan hutan mangrove dan merupakan fishing ground dengan kelimpahan komunitas strategis dan infauna lainnya Teluk Benoa memegang peranan penting dari segi konservasi, wisata, ekonomi, dan transportasi

LATAR BELAKANG Karakteristik ekosistem yang unik dan kondisi geografis sebagai reservoir dengan dominasi tanah alluvial yang tinggi membuat Tanjung Benoa mati perlahan Instalasi berbagai infrastruktur dan pesatnya pertumbuhan daerah periwisata membuat Teluk Benoa semakin parah Terbentuklah wacana untuk melakukan revitalisasi teluk benoa lewat adanya reklamasi teluk benoa yang telah disetujui pemerintah namun kontra dengan masyarakat

TUJUAN Tujuan dari analisis ini adalah untuk mempelajari dampak reklamasi teluk benoa dari sisi ekologis.

PEMBAHASAN Teluk Benoa akan direklamasi dengan 16 gugus pulau dan berbagai fasilitas.

PEMBAHASAN Reklamasi Teluk Benoa akan menerapkan system pintu air yang meregulasi aliran air di dalam kluster pulau reklamasi Teluk Benoa

PEMBAHASAN Proyek reklamasi yang akan berjalan memiliki kemungkinan untuk mengubah air kualitas air yang ada di Teluk Benoa

PEMBAHASAN Reklamasi yang akan dilakukan akan berdampak besar bagi arah arus air laut yang menuju teluk dan dapat menimbulkan banjir di sepanjang pantai Tanjung Benoa Perubahan ekosistem secara besar-besaran jelas akan terjadi dengan berubahnya estuarine dan seascape menjadi landscape, meskipun dalam prosesnya akan dibuat mirip dengan ekosistem aslinya Dengan nilai indeks kepekaan lingkungan yang sangat peka, perubahan tipe ekosistem pada Teluk Benoa akan memberikan ipact yang sangat besar pada fauna-fauna penghuni ekosistem estuarine terutama burung air dan beberapa keystone spesies yang berada di bawah mangrove

KESIMPULAN Teluk Benoa memerlukan tindakan Revitalisasi Pemilihan Reklamasi sebagai tindakan revitalisasi Teluk Benoa dinilai kurang tepat dari segi ekologis Perlu diadakan peninjauan ulang tentang tindakan revitalisasi yang tepat untuk Teluk Benoa

REKLAMASI DAPAT MEMPERBAIKI EKONOMI, NAMUN TIDAK DENGAN EKOSISTEM DAN KEBUDAYAAN

ANALISIS GREEN BUILDING GEDUNG SINAR MAS FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Meninjau Ulang Sertifikasi Greenship Pada Gedung Sinar Mas

LATAR BELAKANG Konsumsi energi Indonesia dikategorikan menjadi empat sektor utama yaitu industri, transportasi, rumah tangga, dan komersial Pada tahun 2013 persentase konsumsi energi sektor industri sebanyak 37%, rumah tangga 31%, transportasi 27%, dan komersial 5% dari total konsumsi energi nasional (BPPT) Konsumsi energi pada bangunan (rumah tangga dan komersial) digunakan untuk sistem penerangan, pengkondisian udara, dan kebutuhan rumah tangga Salah satu upaya untuk meminimalkan konsumsi tersebut adalah dengan menerapkan konsep green building

LATAR BELAKANG Green building adalah suatu konsep dalam mendesain, membangun, mengelola, dan memelihara bangunan Atau merupakan upaya untuk meningkatkan efisiensi bangunan dan lingkungannya menggunakan sumber daya energi, air dan bahan material yang mana mengurangi dampak negatif pembangunan Tujuannya menjaga kesehatan penghuni, meningkatkan produktivitas penghuni, menggunakan bahan-bahan alam dengan baik, dan mengurangi dampak buruk bangunan terhadap lingkungan Di Indonesia sertifikasi Green Building dilakukan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) yang merupakan emerging member dari World Green Building Council (WGBC), dengan sertifikasi bertajuk Greenship

LATAR BELAKANG Di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada telah berdiri gedung sinar mas dengan predikat Greenship Certification on Progress

TUJUAN Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk meninjau ulang Gedung sinar mas sebagai gedung yang tengah disertifikasi Greenship oleh GBCI dari parameterparameter capaian yang telah disediakan sesuai dengan Greenship New Building v1.2

METODE Tahapan Analisis Tahapan sertifikasi Greenship Koleksi data objek Koleksi parameter analisis Desain Recognition Final Assesment Hasil

METODE Pelaksanaan analisis disesuaikan dengan standar sertifikasi dari Greenship dengan persyaratan awal : Minimum luas gedung adalah 2500 m2 Kesediaan data gedung untuk diakses GBC Indonesia terkait proses sertifikasi Fungsi gedung sesuai dengan peruntukan lahan berdasarkan RTRW setempat Kepemilikan AMDAL dan/atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kesesuaian gedung terhadap standar keselamatan untuk kebakaran Kesesuaian gedung terhadap standar ketahanan gempa Kesesuaian gedung terhadar standar aksesibilitas difabel

METODE Sertifikasi Green Building diawali dengan penerbitan SLF (Sertifikat Laik Fungsi) dengan alternatif untuk daerah luar DKI sebagai berikut: Pemda setempat menerbitkan SLF definitif yang syah Melakukan audit gedung yang sudah terbangun (Arsitektur,Struktur, Sistem Proteksi Kebakaran, Mekanikal & Alternatif Dokumen Laik Fungsi Elektrikal) Melakukan audit gedung yang sudah terbangun(struktur & Sistem Proteksi Kebakaran) Hanya berlaku 18 bulan.

METODE Parameter standar dari Greenship: Appropriate Site Development-ASD Energy Efficiency and Conservation-EEC Water Conservation-WAC Material Resources and Cycle-MRC Indoor Health and Comfort-IHC Building Environment Management-BEM

HASIL KATEGORI PRASYARAT DAN NILAI MAKSIMUM CHECKLIST ASD-P P ASD 1 2 ASD 2 2 ASD 3 2 ASD 4 2 ASD 5 2 ASD 6 ASD 7

HASIL KATEGORI EEC P EEC P 2 PRASYARAT DAN NILAI MAKSIMUM P CHECKLIST EEC 1 15 EEC 2 2 EEC 3 1 EEC 4 1 EEC 5

HASIL KATEGORI WAC P1 WAC P 2 Wac 1 Wac 2 wac 3 wac 4 PRASYARAT DAN NILAI MAKSIMUM p p CHECKLIST wac 5 3 wac 6

HASIL KATEGORI PRASYARAT DAN NILAI MAKSIMUM CHECKLIST IHCP p IHC1 p - IHC 2 2 IHC 3 3 IHC 4 1 IHC 5 1 IHC 6 1 IHC 7 1 -

PEMBAHASAN Gedung sinar mas secara umum memiliki kriteria sebagai greenbuilding namun peringkat greenshipnya belum dapat dietahui karena diperlukan seorang Greenship Profesional Penilaian terhadap gedung sinarmas belum dapat dilakukan secara optimal mengingat belum beroperasinya gedung Terdapat beberapa kriteria yang masih belum dipenuhi oleh gedung sinar mas

PEMBAHASAN Karakteristik greenbuilding gedung sinarmas sebatas pada standar sertifikasi greenship tanpa ada suatu desain futuristic maupun desain zero energy Terdapat beberapa kriteria yang masih belum dapat di tinjau oleh tim Gedung sinarmas bukan satu-satunya bakal greenbuilding pertama di Yogyakarta dengan klasifikasi New Building, perpustakaan pusat UGM telah terdaftar dalam proses sertifikasi greenship oleh GBCI UGM memiliki 2 bakal greenbuilding dengan sertifikasi greenship dari GBCI

KESIMPULAN Gedung sinarmas secara umum dapat dikategorikan sebagai greenbuilding Karakteristik greenbuilding gedung sinarmas bukan sebuah gedung dengan konsep futuristik Perlu dilakukan tinjauan ulang saat gedung telah beroperasi Terdapat banyak pembenahan yang harus dilakukan untuk benar-benar menjadi greenbuilding

MODERN TECHNOLOGY OWES ECOLOGY AN APOLOGY