BAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga. menuju tercapainya Prestasi Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan pekerjannya guna memenuhi kebutuhan

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seseorang yang memiliki cita-cita untuk memajukan. demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat utama bagi kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pusat kegiatan pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi adalah mahasiswa yang rata-rata masuk perguruan tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evinaria Esahastuti, 2014 Studi Pembelajaran Seni Dihomeschoolingtaman Sekar Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan. membangun karakter bangsa. Karena, pendidikan adalah wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum telah menjadi bagian terpenting dalam dunia pendidikan. kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran dan metode yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Peraturan Pemerintah No. 19. Tentang Standart Nasional Pendidikan. 2005 : 4). Semua aktivitas yang diperentukkan bagi kegiatan pembelajaran untuk siswa di sekolah merupakan suatu grand concept dari sebuah kurikulum. Kurikulum menjadi kunci utama terlaksananya pembelajaran yang terarah dan efisien. Hal ini dikarenakan kurikulum dijadikan pedoman bagi seorang guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sehingga tidak mengherankan apabila kurikulum selalu dirombak dan ditinjau kembali untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan 1

kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22, Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2006 : 6). Desain kurikulum peserta didik berbakat dan berkecerdasan istimewa sangat diperlukan karena kurikulum reguler tidak mencukupi dan tidak cocok untuk peserta didik berbakat dan berkecerdasan istimewa. Seperti yang kita ketahui bahwa peserta didik berbakat dan berkecerdasan istimewa mampu bertindak cepat, berkemampuan belajar mendalam, berkemampuan memanipulasi konsep, berkebutuhan khusus dan memerlukan pembelajaran yang menantang. Hal ini menunjukan bahwa sekolah harus mendesain dan memodifikasi kurikulum khusus yang berbeda dengan kurikulum reguler bagi mereka. Berdasarkan pada realita tersebut kurikulum reguler harus dimodifikasi dengan menyusunnya bukan mengurangi atau menambahnya, sesuai dengan kebutuhan dan tingkat intelektualnya. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (2003:10-13) menjelaskan bahwa : Warga negara yang memiliki potensi kecerdasaan dan bakat istimewa mendapat layanan pendidikan khusus sesuai dengan kebutuhan dan keunggulannya, mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat minat dan kemampuannya serta menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Pelaksanaan pendidikan khusus pada peserta didik berbakat dan berkecerdasan istimewa dilakukan dengan bermacam-macam tipe, yaitu acceleration (percepatan), 2

segregation (pengelompokan) dan enrichment (pengayaan) (Tirtonegoro. 2006 : 108). Berdasarkan Pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa selama ini telah dilakukan dengan bentuk program percepatan belajar (akselerasi). Akselerasi dapat diselenggarakan dalam 4 (empat) bentuk pilihan, yaitu kelas biasa, kelas khusus, sekolah khusus, dan Penerapan Sistem Kredit Semester ( Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Islam Nomer 1976 Tahun 2014:7-8) Berdasarkan ketentuan tersebut, MTsN Ponorogo melaksanakan program akselerasi dengan diselenggarakan dalam bentuk kelas khusus, yaitu kelas di mana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus. Sedangkan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP / MTs) yang tadinya ditempuh dalam waktu 3 (tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun, yaitu pada awal masuk kelas VII (Tujuh) dan tahun berikutnya langsung kelas IX (Sepuluh). Kurikulum yang diterapkan di Indonesia dan berlaku sampai saat ini sudah ditentukan bahwa isi kurikulum yang diberlakukan di sekolah harus dikembangakan dari standar nasional pendidikan yang telah ditentukan pemerintah, sehingga perbedaan kurikulum antar sekolah hanya dibedakan oleh indikator yang dikembangkan masing-masing sekolah, sesuai dengan karakter dan kebutuhan peserta didik sekolah yang bersangkutan, dan keunggulan yang ingin dicapai. 3

Langkah pertama yang penting ditempuh sekolah adalah penyesuaian dengan ketentuan yang berlaku bagi peserta didik cerdas istimewa serta karakternya, di mana perlakuan yang kurang maksimal dan tidak sesuai dengan karakter peserta didik cerdas istimewa disebabkan terjadinya miss konsepsi serta ketidak sesuaian (lack of it) antara tuntutan yang seharusnya dengan kenyataan pelaksanaan pada saat di kelas. Hal ini yang kemudian menyebabkan perlakuan dan pelayanan pembelajaran pada kelas akselerasi di sekolah menjadi kurang maksimal bahkan kurang berguna untuk mengembangkan potensi peserta didik cerdas istimewa. Kurikulum berdiferensiasi untuk program percepatan belajar dapat dilakukan dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal dengan cara memodifikasi alokasi waktu, memodifikasi isi/materi, memodifikasi saranaprasarana, memodifikasi lingkungan belajar, dan memodifikasi pengelolaan kelas, Kurikulum program akselerasi di MTsN Ponorogo juga mengikuti pola pengembangan kurikulum diferensiasi tersebut. Pola diferensiasi kurikulum program akselerasi di MTsN Ponorogo sudah diterapkan sejak awal pembukaan program akselerasi tahun 2009, pola tersebut menjadi embrio yang terus berkembang mengikuti perubahan kurikulum di Indonesia. Pada awal pembukaan program akselerasi sampai sekarang di MTsN Ponorogo masih menggunakan acuan kurikulum KTSP dan mulai mencanangkan kurikulum diferensiasi 2013 pada Pembelajaran akademik ditahun depan yaitu pada tahun demik 2016/2017. 4

Pengembangan pola kurikulum diferensiasi tersebut terus berjalan dengan berbagai modifikasi. Sehingga kemampuan pendidik serta tenaga kependidikan MTsN Ponorogo akan sangat menentukan hasil yang dicapai dalam kurikulum diferensiasi. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk meneliti secara mendalam mengenai pola diferensiasi kurikulum tersebut, yang dispesifikasi lagi dalam implementasinya ketika di sekolah. Melalui penelitian skripsi ini, peneliti mengambil judul implementasi kurikulum diferensiasi pendidikan kewarganegaraan pada kelas akselerasi peserta didik cerdas inklusif MTsN Ponorogo B. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang di atas, penulis menentukan rumusan masalah yang akan menjadi acuan mendasar dalam skripsi ini. Fokus penelitian tentang implementasi kurikulum berdiferensiasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas akselerasi akan dijabarkan ke dalam beberapa poin di bawah ini: 1. Bagaimanakah langkah langkah dalam mengimplementasikan Kurikulum Diferensiasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Akselerasi Peserta Didik Cerdas Inklusif Yang Dilaksanakan Di MTsN Ponorogo? 2. Apa Saja Kendala Yang Dihadapi Dalam Mengimplementasikan Kurikulum Diferensiasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Akselerasi Peserta Didik Cerdas Inklusif MTsN Ponorogo? 3. Bagaimana Solusi terhadap Kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan 5

kurikulum diferensiasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Akselerasi Peserta Didik Cerdas Inklusif MTsN Ponorogo? C. Tujuan Penelitian Tujuan disini akan memperjelas ruang lingkup pencapaian yang sudah dihimpun dalam rumusan masalah di atas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mengidentifikasi desain kurikulum diferensiasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas akselerasi Peserta didik cerdas Inklusif yang dilaksanakan oleh MTsN Ponorogo. 2. Mengetahui Kendala Kendala serta solusi dalam mengimplementasikan kurikulum diferensiasi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas akselerasi Peserta didik cerdas Inklusif yang dilaksanakan oleh MTsN Ponorogo. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan memberikan pengetahuan mengenai proses dan pengembangan kurikulum Diferensisasi beserta implementasinya dalam kurikulum diferensiasi pendidikan kewarganegaraan pada kelas akselersi. Yang digunakan dalam pengembangan ilmiah baik oleh akademisi, praktisi maupun mahasiswa serta kalangan umum yang ingin mempelajarinya. 6

2. Praktis. a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pelaksanaan Kurikulum Diferensiasi Pendidikan Kewarganegaraan Pada Kelas Akselerasi Peserta Didik Cerdas Inklusif serta diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis maupun pembaca dan bisa pula di jadikan referensi bagi peneliti selanjutnya. b. Bagi Sekolah Manfaat bagi sekolah MTsN Ponorogo agar Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah yaitu meningkatkan kualitas layanan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. E. Penegasan Istilah Untuk menjelaskan tentang pengertian judul skripsi ini, maka peneliti memberikan penjelasan beberapa istilah dalam penulisan skripsi ini dengan judul Kesadaran Orang Tua terhadap kepemilikan akta kelahiran anak didesa Djudek Kecamatan Pagak Istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum Pengertian kurikulum secara luas disampaikan oleh Mulyasa, sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada 7

peserta didik di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan pribadi dalam kompetensi sosial peserta didik. (2008:178) 2. Kurikulum Deferensiasi Kurikulum diferensiasi disini berarti kurikulum yang dipakai dalam program akselerasi, memodifikasi atau mendesain sebagian kurikulum reguler sampai pada sebatas menyesuaikan materi, proses dan keterampilan dengan karakter dan keunikan peserta didik akselerasi. Dengan demikian, diferensiasi kurikulum merupakan kegiatan perencanaan, pendokumentasian, pelaksanaan dan pemodifikasian kurikulum menjadi lebih menantang sesuai dengan kemampuan peserta didik akselerasi yang mempunyai karakter lebih cepat belajar, mampu menyelesaikan problem lebih cepat maupun keunggulan lain. (Departemen Pendidikan Nasional 2009:17-18) 3. Akselerasi Peserta Didik Cerdas Inklusif Menurut Colangelo dalam Davis (2012:101) program cerdas istimewa/berbakat istimewa atau akselerasi membantu siswa yang cerdas secara akademis, tanpa mengubah mereka secara sosial maupun emosional. Semua siswa yang luar biasa berbakat (misalnya, mereka dengan IQ 150+) jelas-jelas membutuhkan akselerasi. Menurut Supriyanto (2012: 25) siswa cerdas istimewa mempunyai kemampuan belajar yang lebih, kemampuan menerima dan menerapkan pengetahuan jauh lebih cepat dibandingkan dengan siswa biasa. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada kelas cerdas istimewa/bakat istimewa yang ada di MTsN Ponorogo. 8

Berdasarkan Pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa selama ini telah dilakukan dengan bentuk program percepatan belajar (akselerasi). Akselerasi dapat diselenggarakan dalam 4 (empat) bentuk pilihan, yaitu kelas biasa, kelas khusus, sekolah khusus, dan Penerapan Sistem Kredit Semester (Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Islam Nomer 1976 Tahun 2014:7-8). Dan berdasarkan pedoman pelaksanaan layanan pendidikan Khusus Kantor wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur (2010:8) menyatakan program akselerasi untuk siswa yang mempunyai keistimewaan kecerdasan belajar pada kelas khusus yaitu Kelas Peserta Didik Cerdas Inklusif yang disingkat PDCI. 9