ETIKA PENEGAKAN HUKUM DALAM PERILAKU HAKIM Disampaikan oleh : Dr. Sri Muryanto, SH.,MH. Pada hari : Sabtu, tanggal 23 Mei 2015 Tempat : Ruang Sidang FH UII Lt. III, Jl. Taman Siswa No. 158, Yogyakarta. Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta.
Syarat menjadi Hakim : Hakim Calon Hakim Sarjana Hukum
HAKIM = PUTUSAN Dalam peta epistemologi, ajaran bahwa hakim hanyalah corong undang-undang (La bouche de la loi) dan dilarang tradisi untuk menciptakan hukum, dilihat dari tradisi hukum yang berkembang di dunia pada umumnya dianut di negara-negara yang menganut tradisi hukum kontinental (civil law) Sudut pandang Ontologi, menurut sistimatika yang ada dan benar. Secara aksiologi sudah menjadi tugas hakim untuk dapat berlaku adil dalam menjalankan tugasnya, sehingga ada kewenangan untuk menciptakan hukum (rechtscrijping) maupun menemukan hukum (rechtvinding). Psl 5 ay (1) UU No.48 Th 2009.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakimanbahwakekuasaankehakimanadalahkekuasaannegarayang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dankeadilanberdasarkanpancasiladanundang-undangdasarnegara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Dalam mencapai suatu tujuan tersebut kuncinya terletak pada aparat hukum itu sendiri. Hakim dianggap mengetahui seluruh permasalahan hukum (asas ius curia novit). Psl 10 ay (1) UU No. 48 Th 2009. Hakim --- sentral dari proses Pengadilan berlangsung. Dampak Terdakwa, korban/keluarganya, Masyarakat.
Peradilan Umum Perkara Perdata : Gugatan. Permohonan. Pengadilan khusus : Pengadilan Niaga. Pengadilan Hubungan Industrial.
ACARA PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN (KUHAP) Acara Pemeriksaan Biasa (152-182, 183-202) Acara Pemeriksaan Singkat (203-204) Acara Pemeriksaan Cepat (205-216) Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan (205-210) Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan (211-216)
Pengadilan Khusus : Pengadilan Tipikor. Pengadilan HAM. Pengadilan Perikanan.
Putusan hakim yang ideal ialah apabila mengandung unsur-unsur Gerechtigkeit (keadilan), Zweckmassigkeit (kemanfaatan), dan Rechtssicherheit(kepastian hukum) secara proporsional. Suatu putusan hakim harus adil, tetapi harus pula bermanfaat bagi yang bersangkutan maupun bagi masyarakat, dan terjamin kepastian hukumnya.
Putusan yang baik dan berkualitas adalah putusan yang eksekutabel atau putusan yang dapat dilaksanakan. Untuk mencapai kualitas sebagai putusan yang eksekutabel, maka kriteria atau tolok ukurnya adalah: Ethos atau Integritas Pathos atau putusan yang mengandung: Unsur yuridis yang merupakan unsur pertama dan utama; Unsur filosofis, berintikan kebenaran dan keadilan; Unsur sosiologis yaitu mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Logos atau dapat diterima dengan akal sehat.
Hakim pada dasarnya tidak boleh melanggar undang-undang, tidak boleh melanggar sistem, harus berpikir system oriented. Akan tetapi, kalau terjadi konflik antara kepastian hukum dan keadilan dalam keadaan tertentu, kepentingan pihak harus diutamakan berdasarkan kebebasannya (Freis Ermessen), hakim harus berani memutuskan secara adil, walaupun itu bertentangan dengan kepastian hukum atau undang-undang.
Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati Kode Etik dan Pedoman PerilakuHakim (Pasal5Ayat(3)UUNo.48Tahun2009). Dalam UU No. 49 Tahun 2009 Pasal 13 A ayat (1) Pengawasan internal atas tingkah laku hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung dan ayat (2) Selain pengawasan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta erilaku hakim, pengawasan eksternal atas perilaku hakim dilakukan oleh Komisi Yudisial. Untuk tidak kena sanksi, maka sebagai bunyi pasal 13 B Ayat (1) Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, jujur, adil, profesional, bertakwa dan berakhlak mulia, serta berpengalaman di bidang hukum dan (2) Hakim wajib menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 047/KMA/SKB/IV/2009 dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor : 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang ditetapkan di Jakarta, tanggal 8 April 2009, bahwa pada huruf A. Pembukaan di alinea terakhir menyebutkan : Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut : (1) Berperilaku Adil, (2) Berperilaku Jujur, (3) Berperilaku Arif dan Bijaksana, (4) Bersikap Mandiri, (5) Berintegritas Tinggi, (6) Bertanggung Jawab, (7) Menjunjung Tinggi Harga Diri, (8) Berdisiplin Tinggi, (9) Berperilaku Rendah Hati, (10) Bersikap Profesional.
Reward. Punishment.
Sampun Maturnuwun.