PROFIL BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

Representasi Eksternal Siswa dalam Pemecahan Masalah SPLDV Ditinjau dari Kemampuan Matematika

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

PROSES BERPIKIR DALAM PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 2 PALU

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 6 Tahun 2017 ISSN :

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5

Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN GAYA BELAJAR

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT BAGI SISWA SMP

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORITIK

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MAHASISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 6 No.2 Tahun 2017

Profil Berpikir Analitis Masalah Aljabar Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer

Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

PROFIL KEMAMPUAN KOMUNIKASI VISUAL-VERBAL DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA SMAN 17 MAKASSAR

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN MAHASISWA PGSD UNIPA SURABAYA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SEKOLAH

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 SURABAYA

A. PENDAHULUAN. Moh Zayyadi, Berpikir Kritis Mahasiswa. 11

Learning Trajectory Siswa dalam Memecahkan Masalah Kelipatan Persekutuan Terkecil Ditinjau dari Kemampuan Matematika

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

Khafidhoh Nurul Aini Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan :

Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

ANALISIS KEMAMPUAN REVERSIBILITAS SISWA MTS KELAS VII DALAM MENYUSUN PERSAMAAN LINIER

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS

PROSES BERPIKIR MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DALAM MEMECAHKAN MASALAH

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI TRIGONOMETRI DIKAJI DARI SELF CONCEPT SISWA KELAS XI IPA

Unnes Journal of Mathematics Education Research

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DIMENSI DUA

Key words: models of cooperative learning, the ability to solve math problems, operating the algebra

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

Oleh: RIZKY LINAR PALUPI A

PROSES BERPIKIR SISWA SMK DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK, LOGIKA MATEMATIKA, DAN VISUAL SPASIAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA (Anton Sujarwo)

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

Norma I. M. J. et al., Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa...

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

TERBENTUKNYA KONSEPSI MATEMATIKA PADA DIRI ANAK DARI PERSPEKTIF TEORI REIFIKASI DAN APOS

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

DEFRAGMENTING STRUKTUR BERPIKIR MELALUI REFLEKSI UNTUK MEMPERBAIKI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BALOK

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 No.5 Tahun 2016 ISSN :

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

ANALISA KESULITAN SISWA KELAS DUA SDN WONOPLINTAHAN II DALAM PEMECAHAN MASALAH PEMBAGIAN BILANGAN DUA ANGKA

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 2 PALU

Transkripsi:

JRPM, 2017, 2(2), 93-105 JURNAL REVIEW PEMBELAJARAN MATEMATIKA http://jrpm.uinsby.ac.id PROFIL BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA Ahmad Isroil 1, I Ketut Budayasa 2 dan Masriyah 2 1 Program Studi Matematika, Universitas Billfath Lamongan 2 Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Surabaya Abstract This study aims to describe the profile thinking of junior high school students in solving math problems. The subjects of this research are three students of high, medium, and low in mathematical ability. Thinking profile of students described as follows: understanding the problem, students received information by reading problems, than they recalled, processed, and stored information. Devising a plan, students processed, stored, and recalled information. Carry out the plan, students recalled, processed, and stored information. Looking back, students stored information by performing a repletion of steps looking back. Keywords: Profile thinking; Math problems; Mathematical ability; Problem solving PENDAHULUAN Pengajaran matematika di sekolah lebih berorientasi pada matematika sebagai produk berpikir dan kurang memberi perhatian pada proses berpikir siswa. Dengan demikan, proses pembelajaran hanya menekankan pada latihan (drill) tanpa diimbangi dengan pemahaman konsep yang memadai (Kusaeri, 2017). Lebih lanjut Marpaung (1999) menjelaskan bahwa tugas pokok pengajaran matematika di sekolah adalah mengetahui proses berpikir siswa dalam mempelajari matematika dan bagaimana pengetahuan matematika itu diinterpretasikan dalam pikiran. Proses berpikir siswa dalam melakukan interpretasi terhadap yang diterimanya, dapat dilihat melalui pengamatan terhadap tingkah laku siswa tersebut ketika sedang belajar matematika. Santrock (2011) mengatakan berpikir melibatkan manipulasi dan transformasi dalam memori. Dari kutipan tersebut dapat didefinisikan bahwa berpikir adalah aktivitas memproses yang diterima oleh memori. Lailiyah (2015) menjelaskan bahwa berpikir adalah proses kognitif yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan sehingga menghasilkan tindakan dalam memecahkan suatu Alamat Korespondensi 2017 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Email: ahmadisroil@mhs.unesa.ac.id e-issn 2503 1384

masalah atau menuju solusi secara langsung. Sehingga berdasarkan beberapa pendapat di atas maka menurut peneliti berpikir adalah aktivitas mental yang terjadi dalam pikiran siswa untuk memproses yang diterima dan dapat diamati pada perilaku yang nampak. Slavin (2006) mengungkapkan arti teori pemrosesan sebagai teori kognitif yang menggambarkan proses, penyimpanan, dan pemanggilan kembali dari pikiran manusia. Bagan pemrosesan secara umum disajikan pada Gambar 1. Mengolah Informasi (pengolahan awal untuk disimpan di STM) Menyimpan Informasi Menerima Informasi LTM External Stimulus Sensory Register Initial Processing Men gola h Info rma si Rehear sal Coding Ret rie val Me man ggil kem bali Info rma si Forgotten STM Repeti tion Forgotten Menyimpan Informasi (sementara) Gambar 1. Teori Pemrosesan Informasi (Slavin, 2006) Teori pemrosesan Slavin (2006) di atas didapat bahwa aktivitas pemrosesan sebagai berikut: (1) Menerima adalah memperoleh tertentu dari lingkungan untuk diolah selanjutnya; (2) Mengolah adalah upaya mengait-ngaitkan pengetahuan terdahulu dengan yang diterima; (3) Menyimpan adalah mempertahankan yang diterima dan mempertahankan pengetahuan terdahulu dalam memori, dan (4) Memanggil kembali adalah mengingat yang diterima dan mengingat pengetahuan terdahulu. Berdasarkan teori pemrosesan dan pendapat beberapa ahli di atas, dalam 94

penelitian ini profil berpikir siswa adalah gambaran atau deskripsi tentang aktivitas mental yang terjadi dalam pikiran siswa untuk memproses yang diterima dan dapat diamati pada perilaku yang nampak. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu menerima, mengolah, menyimpan, serta memanggil kembali. Dalam memecahkan masalah matematika maupun masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam memecahkannya. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan kemampuan setiap individu itu berbeda. Begitu juga dengan siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda di bidang matematika. Ormrod (2009) menyatakan bahwa penyelesaian masalah adalah menggunakan (mentransfer) pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit. Hal ini berarti bahwa untuk menyelesaikan masalah dalam suatu pembelajaran dibutuhkan cukup banyak penguasaan konsep dengan baik sebagai dasar bagi siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam penguasaan konsep matematika, sehingga sangat berpengaruh pada kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika. Penyelesaian masalah dalam penelitian ini adalah usaha menemukan solusi atau jawaban dari masalah yang diberikan dengan menggunakan pengetahuan atau konsep matematika yang telah dimiliki sebelumnya. Penyelesaian masalah dalam penelitian ini menggunakan langkah Polya (1973) yaitu: (1) memahami masalah; (2) merancang rencana penyelesaian; (3) melaksanakan rencana penyelesaian; dan (4) memeriksa kembali. Hasil penelitian Zuhri (1998) menunjukkan bahwa siswa-siswa yang memiliki kemampuan berbeda dalam hal matematika juga memiliki cara berpikir yang berbedabeda. Lebih lanjut Nurman (2008) menemukan bahwa kemampuan matematika mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa. Siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. Siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang cukup baik. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah memiliki kemampuan pemecahan masalah yang kurang baik. Berdasarkan uraian di atas, salah satu hal yang menjadi ketertarikan peneliti 95

adalah melihat bagaimana profil berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika tinggi, kemampuan matematika sedang, dan kemampuan matematika rendah. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika tinggi, kemampuan matematika sedang, dan kemampuan matematika rendah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah 3 siswa kelas VII SMP pada semester genap tahun pelajaran 2016 2017. Subjek penelitian ditetapkan dengan rincian satu siswa yang berkemampuan matematika tinggi, satu siswa berkemampuan matematika sedang dan satu siswa berkemampuan matematika rendah. Penentuan kategori kemampuan matematika siswa didasarkan pada skor tes kemampuan matematika siswa. Selain itu, pertimbangan lain adalah berjenis kelamin yang sama, kemampuan komunikasi baik, kesediaan siswa dan masukan dari guru. Setelah subjek penelitian didapat, maka subjek penelitian diberi Tugas Penyelesaian Masalah (TPM) kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pedoman wawancara yang dibuat peneliti. Adapun instrumen tugas penyelesaian masalah tersebut disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Instrumen Tugas Penyelesaian Masalah Analisis data dalam penelitian ini dimulai dari reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Profil berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dalam penelitian ini dianalisis menggunakan indikator berpikir yang disajikan pada Tabel 1. Suatu timbangan, salah satu sisinya terdapat 2 kantong plastik beras. Sedangkan pada sisi yang lain terdapat setengah kantong plastik beras dan 3 anak timbangan yang berat setiap anak timbangan adalah 2 kg. Jika timbangan dalam posisi setara, maka berapakah berat satu kantong plastik beras? 96

Tabel 1. Indikator Profil Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah matematika Tahap Penyelesaian Memahami masalah Merancang rencana penyelesaian Melaksanakan rencana penyelesaian Memeriksa kembali penyelesaian Aktivitas Berpikir Indikator Menerima Membaca yang diterima Mengolah Mengaitkan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menyimpan Melakukan pengulangan hal yang diketahui dan ditanya. Mengatakan pengetahuan terdahulu Memanggil kembali tentang pengertian yang diketahu dan yang ditanya Mengolah Mengaitkan pengetahuan sebelumnya Menyimpan Memanggil kembali Mengolah Menyimpan Memanggil kembali Mengolah Menyimpan Memanggil kembali dengan yang diberikan. Melakukan pengulangan rencana yang dibuat. Mengatakan pengetahuan terdahulu tentang konsep, operasi, atau rumus yang sesuai dengan yang diterima Mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan yang diberikan. Melakukan pengulangan pada langkah merancang rencana penyelesaian Menggunakan pengetahuan terdahulu tentang konsep, operasi, atau rumus yang sesuai dengan yang diterima. Mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya ketika memeriksa solusi yang diperoleh. Melakukan pengulangan langkah penyelesaian. Menggunakan pengetahuan terdahulu tentang konsep, operasi, atau rumus yang sesuai dengan yang diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek dengan kemampuan matematika tinggi (S1) dalam menyelesaikan masalah matematika yaitu ketika memahami masalah, S1 menerima dengan cara membaca dalam hati tanpa keluar suara. Fokus S1 perhatian S1 pada yang diterima tanpa bantuan hal-hal lain. Slavin (2006) menjelaskan bahwa perhatian adalah pemusatan pikiran secara aktif pada rangsangan tertentu dengan menyingkirkan rangsangan-rangsangan lain. S1 memanggil kembali dengan mengingat kembali pengetahuan terdahulu mengenai pengertian yang diketahui yang tidak memuat 97

kata tanya dan pengertian yang ditanya yang memuat kata tanya. S1 mengolah dengan mengecek kalimat yang terdapat pada yang diterima dengan cara mengaitkan yang diterima dengan pengetahuan terdahulu yaitu pengertian yang diketahui dan yang ditanyakan. S1 mengatakan apa yang diketahui yang tidak memuat kata tanya berapakah dan kalimat yang menunjukkan apa yang ditanyakan memuat kata tanya berapakah. Ketika S1 menerima infomasi baru, pikiran langsung mulai menafsirkan (persepsi) dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan yang diterima, hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2006) bahwa persespi siswa melibatkan penafsiran pikiran yang dipengaruhi oleh keadaan pikiran dari pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, serta banyak faktor yang lainnya. Ketika S1 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu mengatakan kembali serta menuliskan yang diketahui dan yang ditanya, hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2006) bahwa pengulangan adalah repetisi dalam pikiran yang dapat meningkatkan penyimpananya. Pada langkah merancang rencana penyelesaian S1 mengolah dengan mengaitkan pengetahuan terdahulu tentang kesetaraan timbangan dan persamaan linier satu variabel yang melibatkan operasi hitung bilangan dengan terlebih dahulu membuat gambar timbangan dengan posisi setara. Gambar 3. Foto Hasil S1 Merepresentasikan Masalah Sejalan dengan hal tersebut Slavin (2006) menyatakan bahwa menvisualisasikan yang ada di pikiran pada gambar-gambar untuk meningkatkan daya ingat. S1 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan yang ada pada langkah memahami masalah dengan cara membuat model matematika dari yang diberikan yaitu 2x = 1 x + 2 3 (Gambar 4). Model matematika yang dibuat sesuai 2 dengan yang ada pada soal. S1 memanggil kembali yang diterima, yaitu dengan mengatakan pengetahuan terdahulu tentang persamaan linier satu variabel. Gambar 4. Foto Hasil S1 Membuat Model Matematika 98

Pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian S1 memanggil kembali dengan menggunakan cara yang telah direncanakan pada langkah merancang rencana penyelesaian masalah, yaitu melaksanakan rencana penyelesaian sesuai dengan rencana yakni menggunakan persamaan linier satu variabel. S1 mengolah dengan menggunakan cara mengaitkan pengetahuan terdahulu, yaitu menggunakan pengetahuan tentang operasi hitung bilangan dan operasi hitung aljabar dengan benar dalam menyelesaikan persamaan linier satu variabel, dan hasil yang didapat benar (Gambar 5). Gambar 5. Foto Hasil Pekerjaan S1 S1 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan dengan menggunakan cara yang sudah direncanakan pada langkah merancang rencana penyelesaian masalah. Pada langkah memeriksa kembali S1, menyimpan dengan cara melakukan pengulangan langkah-langkah penyelesaian sesuai rencana yang berlangsung selama proses dan setelah memperoleh hasil akhir. Pada langkah memahami masalah, S2 dalam menyelesaikan masalah matematika menerima dengan cara membaca tugas sambil mengeluarkan suara pelan dan menggunakan tangan untuk menunjuk kata-kata yang dibaca, fokus perhatian S2 dengan menggunakan tangannya. S2 memanggil kembali dengan cara mengatakan pengetahuan terdahulu yaitu pengertian apa yang diketahui sebagai sesuatu yang dijelaskan dan apa yang ditanya sebagai sesuatu yang ditanyakan yang memuat kata tanya. S2 mengolah dengan mengecek kalimat yang ada pada yang diterima yaitu mengaitkan apa yang diterima dengan pengetahuan terdahulu tentang pengertian apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. S2 mengatakan apa yang diketahui sebagai sesuatu yang dijelaskan dan yang ditanya sebagai sesuatu yang ditanyakan yang memuat kata tanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2006) 99

bahwa persespi siswa melibatkan penafsiran pikiran yang dipengaruhi oleh keadaan pikiran dari pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, serta banyak faktor yang lainnya. S2 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu mengatakan kembali serta menuliskan yang diketahui dan yang ditanya. Hal ini sejalan dengan Slavin (2006) bahwa pengulangan adalah repetisi dalam pikiran yang dapat meningkatkan penyimpanannya. Pada langkah merancang rencana penyelesaian, S2 mengolah dengan mengaitkan pengetahuan terdahulu tentang kesetaraan timbangan dan persamaan linier satu variabel yang melibatkan operasi hitung bilangan, dengan terlebih dahulu membuat gambar timbangan dengan posisi setara (Gambar 6). Gambar 6. Foto Hasil S2 Merepresentasikan Masalah Sejalan dengan hal tersebut, Slavin (2006) menyatakan bahwa menvisualisasikan yang ada dipikiran pada gambar-gambar untuk meningkatkan daya ingat. S2 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan pada langkah memahami masalah dengan cara membuat model matematika dari yang diterima yaitu 2x = 1 x + 3 2. Model matematika yang dibuat sesuai dengan yang ada 2 pada soal. S2 memanggil kembali yang diterima, yaitu dengan mengatakan pengetahuan terdahulu tentang persamaan linier satu variabel (Gambar 7). Gambar 7. Foto Hasil S2 Membuat Model Matematika Pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian, S2 memanggil kembali dengan menggunakan cara yang telah direncanakan pada langkah merancang rencana penyelesaian masalah, yaitu melaksanakan rencana penyelesaian sesuai dengan rencana yakni menggunakan persamaan linier satu variabel. S2 mengolah dengan menggunakan cara mengaitkan pengetahuan terdahulu, yaitu menggunakan pengetahuan tentang operasi hitung bilangan dan operasi hitung aljabar dengan benar dalam menyelesaikan persamaan linier satu variabel, dan hasil yang didapat benar (Gambar 8). 100

Gambar 8. Foto Hasil Pekerjaan S2 S2 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu menggunakan cara yang sesuai dengan rencana pada langkah merancang rencana penyelesaian masalah. Pada langkah memeriksa kembali penyelesaian, S2 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan langkah-langkah penyelesaian sesuai rencana yang berlangsung selama proses dan setelah memperoleh hasil akhir. Pada langkah memahami masalah S3 dalam menyelesaikan masalah matematika menerima dengan cara membaca sambil mengeluarkan suara yang pelan serta menggaris-garis bawahi sebagian kata-kata yang dibaca, hal ini sejalan dengan pendapat Snowman bahwa salah satu strategi yang dapat membantu siswa dalam memahami masalah yang sudah umum adalah dengan menggaris bawahi atau memberi tanda warna pada kata-kata penting yang ada dalam masalah (Slavin, 2006). S3 memanggil dengan cara mengingat pengetahuan yang terdahulu tentang pengertian apa yang diketahui yang tidak memuat kata tanya, dan hal yang ditanyakan yang memuat kata tanya. S3 mengolah dengan cara mengecek kalimat yang ada pada yang diterima dengan cara mengaitkan yang diterima dengan pengertian apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. S3 mengatakan hal yang diketahui yang tidak memuat kata tanya, dan kalimat yang ditanyakan yang memuat kata tanya. S3 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu mengatakan ulang serta menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Pada langkah merancang rencana penyelesaian S3 mengolah dengan mengaitkan pengetahuan terdahulu tentang kesetaraan timbangan dan persamaan linier satu variabel yang melibatkan operasi hitung bilangan, dengan membuat ilustrasi timbangan pada masalah (Gambar 9). 101

Gambar 9. Foto Hasil S3 Merepresentasikan Masalah Ketika mengolah yang diterima S3 tidak konsisten atau mengalami kesulitan (hambatan) dalam membuat model matematika dari yang diterima. Sejalan dengan hal tersebut Slavin (2006) menjelaskan bahwa gangguan terjadi ketika bercampur, atau disingkirkan oleh lain. Salah satu bentuk gangguan terjadi ketika orang dicegah secara mental mengulangi yang baru dipelajari. Gangguan tersebut adalah hambatan dalam memanggil kembali yang akan dihadirkan dari dalam memori (Slavin, 2006). S3 menyimpan dengan melakukan pengulangan pada yang diterima sesuai langkah memahami masalah yang diolah dengan membuat model matematika dari yang diterima yaitu 2x = 1 + 3 2, namun model matematika yang dibuat kurang sesuai dengan 2 dengan yang ada pada soal (Gambar 10). Gambar 10. Foto Hasil S3 Membuat Model Matematika S3 memanggil kembali yang diterima, yaitu dengan mengatakan pengetahuan terdahulu tentang persamaan linier satu variabel. Pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian S3 memanggil kembali dengan menggunakan cara sesuai dengan yang direncanakan pada langkah merancang rencana penyelesaian masalah. S3 menyimpan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu menggunakan cara yang telah direncanakan pada langkah merancang rencana penyelesaian. S3 mengolah dengan menggunakan cara mengaitkan pengetahuan terdahulu, yaitu menggunakan pengetahuan tentang operasi hitung bilangan dan operasi hitung aljabar dalam menyelesaikan persamaan linier satu variabel, namun siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan pengetahuan terdahulunya tentang operasi hitung pecahan, serta hasil yang didapat tidak benar (Gambar 11). 102

Gambar 11. Foto Hasil Pekerjaan S3 Hal ini sejalan dengan pendapat Engle, Nations, & Cantor (1990) bahwa salah satu faktor utama dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan adalah latar belakang pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan tentang sesuatu yang dimiliki seseorang maka semakin sanggup seseorang tersebut mengorganisasikan serta menyerap baru. Pada langkah memeriksa kembali, S3 melakukan penyimpanan karena telah melakukan pengulangan pada langkah-langkah penyelesaian yang pernah dilalui. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa persamaan profil berpikir subjek dengan kemampuan matematika tinggi, kemampuan matematika sedang, dan kemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan masalah matematika pada langkah memahami masalah, ketiga subjek menerima dengan cara membaca soal, namun dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Ketika memanggil dengan cara mengingat pengetahuan terdahulu tentang pengertian apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Ketika mengolah dengan cara mengecek kalimat pada yang diterima dengan menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Ketika melakukan pengulangan secara lisan dan tulisan tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Pada langkah merancang rencana penyelesaian ketiga subjek mengolah dengan mengaitkan pengetahuan terdahulu tentang kesetaraan timbangan dan persamaan linier satu variabel, namun dalam mengolah subjek berkemampuan rendah mengalami hambatan dalam membuat model matematika. Ketiga subjek menyimpan dengan cara melakukan pengulangan pada langkah memahami masalah dengan cara membuat model matematika dari yang diterima, dan memanggil kembali yang diterima, yaitu mengingat pengetahuan terdahulu tentang persamaan linier satu variabel. Pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian ketiga subjek melaksanakan rencana sesuai dengan rencana penyelesaian 103

yang telah dibuat. Subjek menggunakan pengetahuan terdahulu tentang operasi hitung bilangan bulat, pecahan dan aljabar dalam melaksanakan rencana penyelesaian. Ketiga subjek menyimpan dengan cara melakukan pengulangan, yatu menggunakan cara yang telah direncanakan pada langkah merancang rencana penyelesaian. Pada langkah memeriksa kembali, ketiga subjek menyimpan dengan cara melakukan pengulangan langkah-langkah penyelesaian sesuai dengan rencana yang berlangsung selama proses dan setelah memperoleh hasil akhir. Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini adalah perbedaan profil berpikir subjek berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dalam menyelesaikan masalah matematika: Tabel 2. Perbedaan Profil Berpikir Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi, Sedang, dan Rendah Dalam Menyelesaian Masalah Matematika Langkah Penyelesaian Memamahami Masalah Merancang Rencana Penyelesaian Melaksanakan Rencana Penyelesaian Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi Sedang Rendah Menerima dengan cara membaca tugas sambil mengeluarkan suara pelan dan menggunakan tangan untuk menunjuk kata-kata yang dibaca Menerima dengan cara membaca tanpa mengeluarkan suara. Membuat model matematika sesuai dengan yang ada pada soal. Menggunakan pengetahuan terdahulu tentang operasi hitung bilangan dan aljabar dengan benar, serta hasil yang didapat benar Membuat model matematika sesuai dengan yang ada pada soal. Menggunakan pengetahuan terdahulu tentang operasi hitung bilangan dan aljabar dengan benar, serta hasil yang didapat benar Menerima dengan cara membaca sambil mengelurkan suara pelan serta menggarisgaris bawahi sebagian kata-kata yang dibaca Membuat model matematika yang kurang sesuai dengan yang diterima. Menggunakan pengetahuan terdahulu tentang operasi hitung bilangan dan aljabar, namun melakukan kesalahan dalam menggunakan pengetahuan terdahulunya tentang operasi hitung pecahan, serta hasil yang didapat tidak benar SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan berpikir pada saat subjek berkemampuan tinggi (S1), sedang (S2), dan rendah (S3) dalam menerima dan mengolah. Sehingga peneliti menyarankan agar guru lebih 104

memperhatikan tingkat kemampuan matematika siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kajian dalam penelitian ini masih terbatas pada tingkat kemampuan matematika, dan pada subjek perempuan, peneliti menyarankan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan tinjauan dari aspek lainnya. DAFTAR RUJUKAN Engle, R. W., Nations, J. K., & Cantor, J. (1990). Is" working memory capacity" just another name for word knowledge?. Journal of Educational Psychology, 82(4), 799-804. Kusaeri, K. (2017). Terbentuknya konsepsi matematika pada diri anak dari perspektif teori reifikasi dan APOS. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 101-105. Lailiyah, S. (2015). Proses Berpikir Versus Penalaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2015. 1016-1023. Marpaung, Y. (1999). Mengejar ketinggalan kita dalam pendidikan matematika, mengutamakan proses berpikir dalam pembelajaran matematika. (Makalah disampaikan dalam Upacara Pembukaan Program S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya Tanggal 10 September 1999). Nurman, T. A. (2008). Profil kemampuan siswa sekolah menengah pertama dalam memecahkan masalah matematika open-ended ditinjau dari perbedaan tingkat kemampuan matematika siswa. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan membantu siswa tumbuh dan berkembang, edisi keenam jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Polya, G., (1973). How to solve it: A new aspect of mathematical method. Princeton: Princeton University Press. Santrock, J. W. (2011). Educational psychology (5 th edition). New York: The McGrawe-Hill Companies. Inc. Slavin, R. E. (2006). Educational psychology: Theory and practice (8 th edition). Boston: Pearson Education, Inc. Zuhri, D. (1998). Proses Berpikir Siswa Kelas II SMPN 16 Pekanbaru dalam Menyelesaikan Soal Soal Perbandingan Senilai dan Perbandingan Berbalik Nilai. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 105