Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

Analisis Saluran dan Margin Pemasaran... Aditya Fauzi Alamsyah ANALISIS SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN SAPI POTONG DI PASAR HEWAN TANJUNGSARI

IV. METODOLOGI PENELITIAN

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi dari Rumah Pemotongan Hewan sampai Konsumen di Kota Surakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

MARJIN TATANIAGA AYAM BROILER DARI HULU KE HILIR DI PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH JURNAL. Oleh : SAPTA BAYU PUTRA NPM

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO. Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita ABSTRAK

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

MARKETING ANALYSIS OF SMALL AND LARGE BROILER FARMING ON SINAR SARANA SENTOSA PARTNERSHIP SCHEME AT MALANG REGENCY

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN CENGKEH DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

NILAI EKONOMI TATANIAGA KERBAU DARI KABUPATEN PANDEGLANG DAN KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO (Study kasus di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

PEMASARAN SAPI POTONG PADA KELOMPOK TANI TERNAK KAROMAH MITRA MANDIRI

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

Transkripsi:

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar M Zainul Ifanda Mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak Fakultas Peternakan Universitas Islam Balitar Jl. Majapahit No. 4 Kota Blitar ABSTRACK At the process trade of goat in Blitar, esspecially in animal market Terpadu Wlingi that is pasaran (in Indonesia) Tuesday, Thrusday, and Saturday and also there is some channel of trade, and kinds of cost that issued efery channel.this research to know groove of trading goat and farmer s share in Blitar especiaally animal market terpadu Wlingi. Method of research that used is survey, used sunaple more that 1 traders that experienced of trader minimal 5 years. Result of research to show that there is marketing that blantik, breeder, customer, and grocier big. Margin of marketing higher is Rp 75. efery goat. Farmer s share that received breeder higher that first channel (breeder-costumer) is 1%. The channel of marketing that first channel is so eficient. Cost and margin a lowest at first channel. Farmer s share is lowest at third channel. Channel of marketing at first channel more eficientli because it has done Farmer s share more higher is 1%. Keywords: Goat, Commerce, Wlingi Blitar. PENDAHULUAN Peternakan merupakan salah satu subsektor dari kegiatan Pertanian yang dapat di jadikan sebagai komoditas unggulan bagi suatu wilayah. Peternakan dapat dibedakan menjadi 3 komoditi, yaitu ternak besar, ternak kecil, unggas. Yang tergolong dalam ternak besar yaitu : sapi ( potong dan perah ), kerbau, dan kuda. Komoditi ternak kecil terdiri dari kambing, domba, dan babi. Sedangkan yang tergolong dalam ternak unggas adalah ayam, itik, dan burung (BPS, 27). Kabupaten Blitar mempunyai komoditas unggulan dari sektor peternakan yaitu salah satunya kambing. Kabupaten Blitar merupakan sentra perdagangan kambing. permintaan akan kambing di Kabupaten Blitar ini semakin hari semakin meningkat, hal ini dikarenakan kambing tersebut mempunyai beberapa manfaat yaitu dapat menghasilkan daging, kulit, dan susu segar. Peningkatan permintaan terhadap kambing menyebabkan fluktuasi harga dan pasokan kambing tersebut. Dalam proses distribusi dan pemasaran kambing tersebut dari produsen ke konsumen tidak lepas dari peran beberapa lembaga pemasaran yang dalam proses pemasaran sering disebut lembaga perantara. Para produsen kambing kadang tidak mengetahui harga pasar. Hal ini di sebabkan oleh adanya jarak antara produsen dengan konsumen akhir yang terlalu jauh. Sehingga peran dari lembaga perantara tersebut sangat penting dalalm proses distribusi dan pemasaran. Dengan semakin banyaknya peran lembaga perantara maka rantai pemasaran dari produsen ke konsumen akhir semakin panjang dan mengakibatkan marjin pemasaran semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai biaya pemasaran kambing yang terjadi di Kabupaten Blitar khususnya di Pasar Hewan Wlingi dan manakah saluran pemasaran yang menguntungkan bagi lembaga pemasaran. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar. Penelitian di lakukan dengan survey langsung mendatangi ke lokasi pasar, penelitian ini di lakukan tiga ANALISA TATA NIAGA...(IFANDA) 1

kali dalam satu minggu pada hari selasa, kamis, dan sabtu, di mulai pada bulan januari sampai mei 215. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data prirner diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan 1 responden serta melalui pengisian kuesionar yang di lakukan oleh Petani Peternak, Blantik, pedagang dan konsumen yang di gunakan sebagai sampel. Data sekunder diperoleh dari laporan kegiatan umum dari masing-masing pedagang. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Kohls dan Uhl, (22), saluran tataniaga dibagi menjadi dua sistem penyaluran suatu produk dari produsen ke konsumen yaitu: a. Petani peternak menjual produknya ke konsumen tanpa lembaga perantara b. Petani peternak menjual produknya ke konsumen melalui lembaga perantara Sedangkan berdasarkan hasil dari pengamatan pola umum aliran barang dan jasa dari produsen sampai konsumen akhir yang terjadi dalam pemasaran kambing di Kabupten Blitar, Tabel 3. Rata-rata biaya pada saluran pemasaran ke I Uraian biaya -Peternak harga jual1ekor kambing -konsumen harga beli 1 ekor kambing -Farmer s share Rp/ekor 2.. 2.. 1% Saluran pemasaran ternak kambing yang pertama (Tabel 3) mempunyai nilai farmer s share tertinggi yaitu 1%, sehingga saluran tersebut pemasarannya paling efisien dibandingkan dengan saluran 2, dan 3, karena biaya yang dikeluarkan paling sedikit. Hal ini sesuai pendapat Soekartawi, (22), bahwa untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah persentase antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan dan pemasaran tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dari nilai produk yang dipasarkan atau pemasaran yang efisien jika biaya pemasaran lebih rendah dari nilai produk yang dipasarkan. Pedagang yang terkait pada saluran pemasaran ke II adalah blantik. Peternak pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya transportasi karena biaya sudah dikeluarkan oleh blantik. Harga kambing yang diterima blantik sebesar Rp. /ekor karena kondisi kambing tersebut masih berada di peternak (Tabel 4). Blantik mengeluarkan biaya sebesar Rp.31. dan keuntungan yang diperoleh blantik sebesar Rp.319./ekor. Margin pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 35./ekor. Harga jual ternak kambing ditingkat blantik sebesar Rp. 2.1./ekor. Tabel 4. Rata-rata biaya pada saluran pemasaran ke II Uraian biaya - Peternak harga jual 1 ekor kambing -Blantik harga beli 1 ekor kambing biaya pemasaran -transport/pengangkutan -retribusi pasar Jumlah biaya Harga Jual Margin Pemasaran Keuntungan Total Biaya Pemasaran Rp/ekor/hari 3. 1. 31. 2.1. 35. 319. 31. ANALISA TATA NIAGA...(IFANDA) 2

Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Farmer s Share 35. 319. 83.33% Pedagang pada saluran pemasaran III yang terlibat antara lain blantik, pedagang besar dan konsumen. Saluran pemasaran ini blantik mengeluarkan biaya transportasi dan retribusi pasar. Biaya paling tinggi adalah biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 3./ekor. Hal ini disebabkan karena blantik harus melakukan pengangkutan ternak kambing dari peternak sampai ke pasar hewan. Blantik menjual ternak kambing dengan harga Rp. 2.1./ekor kepada pedagang pengepul dan keuntungan yang diperoleh blantik sebesar Rp. 319./ekor. Harga jual pedagang pengepul ke konsumen adalah Rp. 2.5./ekor sehingga margin pemasarannya sebesar Rp. 4./ekor. Tabel 5. Rata-rata biaya pada saluran pemasaran ke III Uraian biaya - Peternak Harga jual 1 ekor kambing - Blantik Harga beli 1 ekor kambing Biaya pemasaran -Transport -Retribusi pasar Jumlah biaya Harga Jual Margin Pemasaran Keuntungan -Pedagang besar Harga beli 1 ekor kambing Biaya pemasaran -Pengangkutan -Retribusi pasar -Pakan -Tenaga kerja Jumla biaya Harga jual Marjin pemasaran Keuntungan Total Biaya Pemasaran Total Margin Pemasaran Total Keuntungan Farmer s Share Rp/ekor/hari 3. 1. 31. 2.1. 35. 319. 2.1. 3. 1. 25. 25. 81. 2.5. 4. 319. 112. 75. 638. 7% Berdasarkan Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5, keuntungan yang terbesar diperoleh pada saluran pemasaran pertama yaitu petani peternak sebesar 1%. Sedangkan saluran pemasaran kambing di Kabupten Blitar yang paling menguntungkan bagi petani peternak adalah saluran pemasaran pertama karena saluran pemasaran tersebut petani peternak tidak mengeluarkan biaya sekecil apapun. Farmer's Share ANALISA TATA NIAGA...(IFANDA) 3

Farmer's share digunakan untuk membandingkan antara harga di tingkat petani peternak dengan harga di tingkat konsumen akhir. Analisis Farmer's Share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga. Semakin tinggi bagian yang diterima oleh petani peternak maka akan semakin rendah marjin tataniaga yang di peroleh pedagang dan konsumen akhir. Sedangkan menurut Kohls dan Uhl, (22), Farmer s Share adalah perbedaan antara eceran dan marjin tataniaga dan merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Tabel 6. Farmer s Share Saluran Tataniaga Harga di tingkat petani peternak (Rp/ekor) Harga di Tingkat konsumen (Rp/ekor) Farmer s Share (%) 1 2.. 2.. 1% 2 2.1. 83.33% 3 2.5. 7% Farmer s Share terbesar terdapat pada saluran pemasaran pertama yaitu petani peternak sebesar 1%. Oleh karena itu petani peternak di saluran pemasaran pertama merupakan saluran pemasaran yang paling menguntungkan. Hal ini disebabkan karena pada saluran pemasaran pertama petani peternak memperoleh bagian yang paling tinggi dan tidak mengeluarkan biaya. Untuk saluran pemasaran kedua, Farmer s Share yang diperoleh blantik sebesar 83.33%. Sehingga saluran pemasaran kedua merupakan saluran pemasaran yang kurang menguntungkan di bandingkan dengan saluran pemasaran kambing yang pertama. Hal ini di sebabkan pada saluran kedua blantik mengeluarkan biaya diantaranya: biaya transport dan biaya retribusi pasar. Bagi saluran ketiga yaitu pedagang besar, Farmer s Share yang diperoleh sebesar 7%, karena pedagang besar mengeluarkan biaya seperti biaya transport, biaya parkir, biaya pakan dan tenaga kerja. Sebagai penerima harga akhir yaitu konsumen, konsumen disini mendapatkan harga yang cukup tinggi sebagai penerima harga akhir. Rasio Keuntungan dan Biaya Penyebaran keuntungan pada setiap lembaga tataniaga diukur melalui analisa rasio keuntungan dan biaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiarto, (25), tentang tingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem tataniaga semakin efisien. Besarnya rasio keuntungan dan biaya pada setiap saluran pemasaran dapat dilihat Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9. Tabel 7: Rasio pada saluran pemasaran ke 1 Pelaku Pasar Petani peternak Rasio / Saluran tataniaga 1 (Rp/ekor) 2.. 1% Pada saluran pemasaran pertama, ditingkat petani peternak, rasio keuntungan dan biaya adalah. Karena pada saluran pertama di tingkat petani peternak tidak mengeluarkan biaya pemasaran sama sekali. Berdasarkan Tabel 4, untuk saluran pemasaran kedua, rasio keuntungan dan biaya terbesar terdapat pada blantik yaitu sebesar 1,29. Rasio ini ANALISA TATA NIAGA...(IFANDA) 4

menunjukkan bahwa setiap Rp.1 per ekor biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.129 per ekor. Tabel 8: Rasio pada saluran pemasaran ke 2 Pelaku Pasar Petani peternak Rasio / Blantik Rasio / Saluran Tataniaga 2 (Rp /ekor) 319. 31. 1,29 Pada saluran ketiga, rasio keuntungan dan biaya yang terbesar terdapat pada pedagang besar yaitu sebesar 3,7. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 per ekor biaya tataniaga yang dikeluarkan maka akan menghasilkan keuntungan Rp. 37 per ekor. Sedangkan rasio keuntungan dan biaya di tingkat petani peternak sebesar. Tabel 9: Rasio pada saluran pemasaran ke 3 Pelaku Pasar Petani peternak Rasio / Pedagang besar Rasio / 299. 81. 3,7 Saluran Tataniaga 3 (Rp /ekor) Kesimpulan - Marjin tataniaga kambing di Pasar Hewan Wlingi dikelompokkan menjadi tiga saluran, marjin paling besar pada saluran ke 3 sebesar Rp 75.,- pada saluran ini terjadi proses jual beli dari peternak > lembaga perantara (blantik + pedagang pengepul) > konsumen. - Farmers share pada saluran 1 sebesar 1%, pada saluran 2 sebesar 83.33%, pada saluran 3 sebesar 7%. Ini menunjukkan bahwa saluran 1 lebih menguntungkan di banding saluransaluran lainnya karena tidak adanya biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 214. statistik indonesia. BPS. Jakarta.. 214. Jawa timur dalam angka. BPS jawa timur. Budiarto, Arif. 26. Tatalaksana dan Produkstivitas Kambing Peranakan Etawah pada Peternakan Rakyat Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. ANALISA TATA NIAGA...(IFANDA) 5

Daniel M. 24. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara Disnak. Jatimprov. Go. Id. 214. Indhra, Rya Paramitha. 27. Analisis Daya Saing dan Efisiensi Tataniaga Nanas di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fitria, Noer Astri. 24. Sistem Pemasaran Pisang di Kabupaten anjur. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kohls, Richard L. and Joseph N. Uhl. 22. Marketing of Agricultural Products. prentice hall. new jersey Marimin, N Maghfiroh. 21. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. Nachrowi DN, H Usman. 26. Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nuryono, Rahmat. 212. Studi Kelayakan Pengembangan Pasar Hewan di Kabupaten Bekasi. Permadi, Galih. 28. Analisis Tataniaga Kambing Peranakan Ettawa (PE) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dansumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 22. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudiono, A. 22. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. Suriyana, Nanang. 25. Analisis Tataniaga Beras di Pasar Tradisional dan Modern di DKI Jakarta. Skripsi. di DKI Jakarta. Skripsi. Departemen Iimu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sugiarto at al. 25. Ekonomi Mikro. Cetakan ke-3 Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. 514 hlm. Tambunan TTH. 23. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yulianto P, C Saparinto. 21. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya. ANALISA TATA NIAGA...(IFANDA) 6