BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan bermakna. Arti pendidikan itu sendiri menurut Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1 mengemukakan: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Salah satu pendidikan yang diberikan di sekolah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK). Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006, mengemukakan yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani adalah : suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pendidikan jasmani merupakan wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan alat untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat disepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalamanpengalaman gerak lewat aktivitas olahraga. Dengan aktivitas olaraga ini diharapkan akan berkembangnya kemampuan gerak dasar siswa. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas (2003:1) yaitu:
2 Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kempuan fisik, pengetahuan, penalaran dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dapatlah dikatakan bahwa pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikam jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Tidaklah mengherankan, apabila banyak pakar yang meyakini dan mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Dalam kegiatan pendidikan jasmani ini, semuanya dipusatkan untuk memacu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu, pertanyaan yang sering muncul adalah sudah seberapa jauh tujuan pendidikan tercapai? Bagaimanakah kemajuan belajar siswa, apakah mereka mencapai tingkat kemajuan yang lebih baik dari pada waktu sebelumnya? Pendidikan jasmani memiliki ciri bermain dan olahraga, tetapi secara eksklusif bukanlah suatu kombinasi yang setara diantara istilah bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada bagian awal tulisan ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik dan juga aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain atau olahraga (sebagai sport), keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan untuk pencapaian kepentingan pendidikan. Dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa dapat menangkap seluruh apa yang dijelaskan oleh guru, oleh sebab itu prestasi belajar siswa juga akan berbeda beda dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik dalam dirinya ataupun dari luar dirinya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004:91), bahwa prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).
3 1. Faktor Yang Berasal dari Diri Sendiri (Internal) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan apek psikologis. a. Faktor Fisiologis (jasmaniah), Kondisi umum jasmani yang memadai (baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh), dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas belajarnya sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. b. Faktor Psikologis, Banyak faktor yang termasuk aspek psokologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan belajar siswa. Muhibbin Syah (1995:132), bahwa Diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa. 2) Sikap siswa. 3) Bakat siswa. 4) Minat siswa. 5) Motivasi siswa. 2. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri (eksternal). Faktor eksternal, yaitu faktor yg melibatkan lingkungan luar (lingkungan masyarakat), yg dapat membantu siswa mencapai prestasi belajar. Peserta didik dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak. Masalah yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar relatif kecil,sehingga hasil belajar anak didik akan lebih baik, Fasilitas tersebut dapat berupa prasarana yang menunjang dan dapat membantu peserta didik untuk menemukan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan serta mendorong peserta didik untuk aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Selain menyediakan fasilitas belajar, sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
4 Pada dasarnya keberhasilan siswa tergantung terhadap fasilitas belajar siswa tersebut, karena apabila siswa tidak di iringi dengan fasilitas belajar yang baik maka tanpa adanya sarana dan prasarana yang sangat memadai dan mendukung terhadap tercapainya keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Dan fakta yang ada di lapangan mengatakan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas sehingga jumlah waktu aktif belajar siswa hanya sebagian dari seluruh alokasi waktu yang tersedia. Fasilitas belajar merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar. Agar siswa dapat mencapai tujuan secara maksimal maka siswa perlu pengadaan fasilitas belajar yang tersedia di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Adanya fasilitas belajar akan memunculkan motivasi siswa dalam melakukan aktivitas belajar yang biasa dilakukan oleh siswa atau dalam bahasa sederhana disebut dengan kebiasaan belajar yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan belajar siswa. Kebiasaan ini meliputi kebiasaan belajar di sekolah dan di rumah. Memang ada berbagai faktor yang membuat siswa tidak mampu menerima materi pelajaran secara maksimal. Salah satunya adalah jumlah alat yang kurang lengkap dalam satu sekolah, sehingga dapat menghambat kebebasan anak dalam bergerak adapun fasilitas lain yang kurang mendukung, antara lain minimnya lapangan luas yang berada di lingkungan sekolah. Hal ini tentu saja terkadang membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif. Kegaduhan, inilah yang umumnya terjadi. Selain itu, terkadang suasana yang ramai juga membuat siswa jadi enggan untuk bertanya atau mengungkapkan kalau mereka masih belum mengerti pelajaran yang diberikan. Keberhasilan belajar bisa diketahui dengan evaluasi karena evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar. Terpenuhinya fasilitas belajar seperti sarana prasarana dalam belajar dan adanya kondisi lingkungan belajar yang baik dapat mendukung proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
5 Betapa pentingnya peranan fasilitas dan lingkungan yang baik dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun, pentingnya keberadaan fasilitas dan lingkungan yang baik, seringkali terabaikan. Hal ini, terbukti dengan seringnya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik mengenai gambaran pendidikan di tanah air. Dalam pemberitaan tersebut sering kali mengeluhkan adanya bangunan sekolah yang roboh atau rusak dan ironisnya yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat. Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat proses belajar karena proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Jika proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan dari pembelajaran juga tidak akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini juga akan berdampak pada prestasi siswa yang nantinya merujuk pada kualitas lembaga sekolah dan pada akhirnya pemerintah. Fasilitas dan lingkungan belajar merupakan faktor yang sama-sama berasal dari luar diri siswa yang biasanya berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan prestasi siswa. Akan tetapi, tidak tersedianya fasilitas dan lingkungan belajar yang baik dapat menjadi masalah dan penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi belajar yang baik oleh karena terabaikan ketersediaannya. Namun tidak hanya oleh faktor fasilitas dan lingkungan belajar saja yang mendukung dalam pencapain pembelajaran peserta didik melainkan dari sumber daya pengajar itu sendiri (guru penjas). Guru penjas harus berfikir kreatif dalam memecahkan masalah dalam hal ketersediaan fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, harus bisa kreatif dan inovatif dalam memodifikasi fasilitas yang dianggap kurang, jadi guru penjas itu sendiri tidak harus menunggu sampai ketersediaan fasilitas cukup, sehingga dalam proses pembelajaran siswa/i dapat memenuhi hak dan kewajiban sebagai peserta didik. Sehingga hak peserta didik tidak di rampok hanya karena oleh maslah ketersediaan alat yang kurang memadai. Penjas memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam penglaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolahraga yag dilakukan secara terarah dan terencana. Pembekalan penglaman belajar diarahkan untuk
6 membina, sekaligus membentuk gaya idup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pembelajaran penjas guru diharapkan mengajarkan beberapa keterampilan gerak dasar dengan yang terkandung nilai-nilai di dalamnya (sprtivitas, jujur, kerjasama, dll) dan pola pembinaan hidup sehat yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengjaran di dalam kelas yang bersifat teoritis, namun melibatkan unsure fisik, mental, intelektual, emosi dan social. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan, didaktik, metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengjaran. Salah satu bagian dati mata pelajaran penjas adalah permainan dan olahraga adapun sepak bola merupakan salah satu materi termasuk dalam permainan bola besar, cabang olah raga ini sangat dikenal luas di daerah perkotaan pedesaan ataupun di daerah-daerah terpencil lainnya. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan minat terhadap permainan bola besar dalam hal ini permainan (sepak bola) sangatlah besar, peserta didik sangat menyukai permainan sepak bola tersebut karena menurut mereka (peserta didik) permainan sepak bola sangatlah menarik dan lebih menantang, sehingga ingin menjadi bagian di dlamnya. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat meningkatkan keterampilan dan perkembangannya dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya dalam setiap periode. Misalnya pada tes lari 100 m data yang diperoleh berupa catatan waktu, pada tes awal siswa menempuh waktu 14 detik kemudian pada tes akhir siswa menempuh waktu 11 detik, dengan demikian siswa tersebut mengalami peningkatan waktu 3 detik. Peningkatan seperti inilah yang diharapkan sebagai bentuk peningkatan keterampilan. Penghargaan guru terhadap peningkatan waktu ini sangat berarti bagi siswa sehingga ada keinginan dalam dirinya untuk meningkatkan lagi prestasi belajarnya karena merasa dihargai. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik utnuk mengetahui lebih jelas dan merumuskan sebuah judul Perbandingan Keberhasilan Pembelajaran Bola Besar Terkait Fasilitas Pembelajaran Di Tingkat SD Negeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung.
7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah penelitian ini sebagai berikut : a. Kurangnya fasilitas yang memadai tidak dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran bola besar. b. Antusias siswa terbatasi oleh sarana dan prasarana yang tersedia. c. Proses berlangsungnya pembelajaran kurang efektif. d. Kurangnya jumlah alat yg memadai. C. Batasan Masalah Untuk menghindari timbulnya penafsiran dan agar tidak menyimpang dari permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada: a. Hanya akan meneliti tingkat keberhasilan pembelajaran Bola Besar yaitu permainan sepak bola. Untuk siswa SD se- Kecamatan Coblong Kota Bandung. b. Penelitian ini terbatas pada hubungan antara perbandingan fasilitas terhadap keberhasilan pembelajaran bola besar (Sepak Bola). D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan spesifikasi sebagai pokokpokok permasalahan sebagai berikut: a. Seberapa lengkap fasilitas pembelajaran yang ada di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung? b. Bagaimana proses pembelajaran yang ada di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung.? c. Bagaimana perbandingan keberhasilan pembelajaran bola besar terkait fasilias pembelajaran di tingkat SD?
8 E. Tujuan Penelitian Bertitik tolak pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh gambaran tentang ada atau tidaknya hubungan antara fasilitas belajar dengan keberhasilan pembelajaran Bola Besar di SDN se- Kecamatan Coblong Kota Bandung. F. Manfaat Penelitian Telah penulis kemukakan sebelumnya uraian mengenai latar belakang masalah, maslah penelitian dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam masalah ini, maka penulis mengharapkan manfaat atau kegunaan dari masalah ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis a. Bahan pemikiran bagi program studi pendidikan jasmani dalam melakukan masalah tentang pengaruh fasilitas belajar terhadap keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani di SD. b. Sebagai informasi bagi pihak sekolah dapat di jadikan dasar kebijakan sekolah yang berhubungan dengan perbaikan pengajarannya. 2. Secara Praktis a. Sebagai motivasi bagi siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. b. Sebagai informasi bagi orang tua siswa tentang pengaruh fasilitas belajar terhadap keberhasilan pembelajaran. G. Penjelasan Istilah Untuk lebih memahami dan memudahkan istilah-istilah penelitian, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan. Undang-undang sistem pendidikan Nasional No 2 tahun 1998, pasal 1 mengemukakan: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
9 2. Pendidikan Jasmani. Charles A. Bucher (2004:16) menyatakan, Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, social serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktifitas jasmani. 3. Siswa. Poerwadarmiata (1982:955) menjelaskan, Siswa adalah pelajar pada (sekolah, akademi atau sebagainya ). 4. Fasilitas merupakan segala hal yang dapat memudahkan perkara (kelancaran tugas). Dalam penelitian ini fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas penjas. Menurut Yoyo Bahagia (2010:3) segala sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relative permanen atau susah untuk dipindah-pindahkan. 5. SD. Anne ahira (http://anneahira/pengertian-sekolah-dasar.html) dapat dikatakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. H. Anggapan Dasar Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah anggapan dasar, hal ini dimaksudkan untuk sebuah titik tolak di dalam penelitian itu sendiri. Penelitian yang dilakukan harus terkonsep dengan benar artinya dalam penelitian harus terdaapat sebuah konsep yang dapat mendasari terhadap proses penelitian yang dilakukan. Anggapan dasar itu sendiri pada dasarnya merupakan sebuah konsep dasar dalam penelitian, hal ini berguna untuk mengetahui kebenaran terhadap sebuah penelitian. Suharsimi (1996:17), dalam hal ini menjelaskan bahwa : Anggapan Dasar adalah suatu kebenaran yang diyakini oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak pada peneliti dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mempunyai alasan yang merupakan masalah bagi penulis, kemudian alasan tersebut penulis jadikan sebuah anggapan dasar dalam penelitian ini. Adapun alasan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengelolaan sekolah, management tata letak lingkungan sekolah seharusnya di kelola dengan baik, sehingga dalam proses pembelajaran
10 berlangsung tidak carut-marut sehingga waktu yang tersedia dapat terpakai dengan efektif. 2. Agar guru efektif dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pengelolaan waktu serta harus di dukung pula dengan sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga tingkat keberhasilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai. Fasilitas, sarana dan prasarana adalah suatu komponen yang saling berkaitan di lingkungan sekolah dan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan adanya fasilitas, sarana, dan prasarana yang memadai dan juga kualitas dari si pengajar yang sangat potensi dalam segi mengajar, sehingga diharapkan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum.