RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap dambaan masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga pendidikan, pelayanan pengobatan, pelestarian tanaman obat dan sekaligus sebagai produsen obat herbal. Pengelolaan Taman Sringanis dipimpin oleh pemiliknya langsung dan dibantu oleh beberapa orang karyawan dan pembantu umum. Instansi ini dalam struktur organisasinya memiliki beberapa divisi, yaitu Divisi Kunjungan dan Pelatihan, Divisi Klinik Pengobatan, Divisi Rumah Jamu, Divisi Pembibitan, dan Divisi Buku Tanaman Obat Taman Sringanis mengoleksi sekitar 400 jenis tanaman obat dan sebagian dari tanaman itu diperjualbelikan. Selain itu, Taman Sringanis juga memproduksi berbagai jenis obat herbal berupa minuman instan, teh, kapsul bubuk, simplisia dan kapsul ekstrak. Produk tersebut dipasarkan di Taman Sringanis sendiri dan outlet Rawamangun Jakarta. Di Indonesia sebanyak 31,7 persen masyarakat menggunakan obat tradisional, sedangkan 9,8 persen masyarakat mencari pengobatan dengan cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan dan 57,7 persen melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat modern maupun tradisional. Sementara itu harga obat dari satu apotik dengan apotik yang lainnya cukup variatif dan perbedaannya cukup signifikan antara 10 30 %. Selanjutnya adanya keinginan sebahagian masyarakat Indonesia untuk menggunakan dan mengkonsumsi produk alamiah yang diyakini tidak memiliki efek samping.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan akan produk tanaman obat memberikan kesempatan bagi pelaku usaha dalam mengusahakan komoditi tanaman obat. Taman Sringanis merupakan salah satu jenis usaha kecil dan menengah yang terdapat di Bogor ikut memanfaatkan peluang usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis dengan menghitung besarnya nilai Net Present Value (NPV), Interna Rate Return (IRR), Net Benevit Cost ratio (Net B/C) dan Payback Period. 2) Menganalisis Switching Value usaha Rumah Jamu terhadap perubahan dalam penurunan penjualan produk dan peningkatan harga bahan baku. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pemilik usaha Rumah Jamu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan dan buku-buku yang ada pada lembaga terkait dengan melakukan studi literatur.analisis data dalam penelitian ini dilakukan denan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan yang telah dilakukan usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, juga digunakan untuk mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan proyek seperti : aspek teknis, aspek pemasaran dan aspek manajerial. Sedangkan analisis kuantitatif untuk mengetahui aspek finansial kelayakan usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis. Analisis finansial meliputi perbandingan biaya dan manfaat yang diperoleh pada masa kini dan masa yang akan datang. Analisis Switching Value dilakukan untuk melihat seandainya ada perubahan pada penurunan penjualan produk dan peningkatan harga bahan baku di Taman Sringanis berada pada tingkat kelayakan minimum.
Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis secara finansial layak untuk diusahakan. Hasil analisis kelayakan usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 42.439.133,89, artinya nilai ini lebih besar dari nol berarti bahwa usaha rumah jamu di Taman Sringanis masih layak untuk dilaksanakan. IRR sebesar 28.51 persen, artinya dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku pada saat ini 16 %, maka dari tingkat pengembalian modal usaha rumah jamu di Taman Sringanis masih layak untuk dilaksanakan.sedangkan NBCR sebesar 1.42 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,00 akan memberikan keuntngan Rp 1,42. Analisis switching value usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis dilakukan pada dua skenario perubahan.pada penurunan penjualan produk dan peningkatan harga bahan baku. Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis switching value usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis tetap akan mencapai keuntungan asalkan penurunan nilai penjualan produk tidak lebih dari 6.09 % dan peningkatan harga bahan baku tidak lebih dari 38.17 %. Hasil analisis tingkat pengembalian usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis dengan tingkat diskonto 16 persen menunjukkan bahwa pada usaha Rumah Jamu masa pengembalian investasinya lebih kecil dari umur proyek yaitu 7 tahun. Hasil analisis ini berlaku jika tidak ada perubahan penurunan penjualan dan peningkatan harga bahan baku. Berdasarkan uraian diatas maka saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah : 1) Perluasan lahan areal penanaman, supaya pasokan bahan baku tidak mengalami kendala, karena selama ini pemasokan bahan baku sebagian masih dilakukan pihak lain. 2) Modernisasi peralatan, supaya kapasitas produksi lebih banyak, lebih rapi sehingga akan menambah kepercayaan
pelanggan. 3) Melakukan pengarsipan data penerimaan dan biaya untuk memudakhan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan dapat mengambil keputusan terhadap kegiatan yang akan dilakukan serta mengetahui posisi keuangan dalam usaha.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA RUMAH JAMU DI TAMAN SRINGANIS Oleh Ejen Muhamadjen A14103532 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERTANIAN DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Dengan ini Kami menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama Nomor Pokok Program Studi Judul : Ejen Muhamadjen : A14103532 : Ekstensi Manajemen Agribisnis : Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Prorgam Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Netty Tinaprilla,MM NIP :... Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Tanggal Kelulusan : Dr.Ir.Nunung Kusnadi NIP :...
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, Juli 2008 PENULIS EJEN MUHAMADJEN A14103532
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan primer seluruh masyarakat. Pemenuhan atas kebutuhan ini selalu menjadi perhatian manusia. Berbagai bidang keahlian manusia ditujukan untuk menemukan suatu metode dan solusi terbaik guna memenuhi kesehatan. Oleh karena itu, kemudian kesehatan berkembang menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire, dengan jumlah tumbuhan berbunga sebanyak 30.000 jenis, 7.000 jenis diantaranya merupakan tanaman obat, 1.000 jenis tumbuhan penghasil racun, dan 50 jenis tanaman aromatika. Disamping itu, Indonesia juga memiliki kearipan lokal dari 370 jenis dalam memanfaatkan tanaman sebagai bahan obat untuk memelihara kesehatan, pengobatan penyakit, perawatan tubuh dan kecantikan. Selanjutnya sekitar 85 % dari sekitar 300 jenis herba yang digunakan secara rutin dalam industri obat tradisional di Indonesia masih mengandalkan sumberdaya tanaman obat yang tumbuh di habitatnya, terutama dihutan. Hanya 15 % jenis tanaman obat yang digunakan berasal dari sumber hasil budidaya petani, itupun belum ada yang dibudidayakan dalam skala besar (Balitro, 2007). Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional sudah berlangsung sejak jaman dahulu kala. Tumbuhan obat telah digunakan oleh nenek moyang kita dan memberikan hasil positif bagi pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (Guzman- Ladion 2001). Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat
2 tradisional sebagai warisan nenek moyang. Obat tradisional ini, baik berupa jamu maupun tanaman obat masih digunakan hingga saat ini (Santoso 2003). Secara historis, pengobatan tradisional dengan menggunakan daun dan akar tumbuh-tumbuhan terbukti dapat menyembuhkan berbagai penyakit, yang kadang jika diobati dengan cara modern akan memakan waktu lama dan biaya yang cukup besar. Pengalaman histories tersebut telah mendorong masyarakat dunia dan khususnya Indonesia untuk back to nature atau kembali ke alam, yaitu memanfaatkan kekayaan alam kembali ke obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada. Selain dari pengalaman historis di atas, adanya keinginan untuk menggunakan dan mengkonsumsi produk alamiah yang diyakini tidak memiliki efek samping juga timbul akibat maraknya isu dampak negatif dari produk yang menggunakan bahan kimia terhadap lingkungan. Fenomena-fenomena inilah yang mendukung perkembangan tanaman obat dan industri jamu di Indonesia. Pemakaian tanaman obat dalam dekade ini cenderung meningkat sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi, kosmetik dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya dalam bentuk simplisia yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, dan kulit batang. Pemanfaatan obat tradisional Indonesia akan terus meningkat seiring kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan untuk memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal sebagai penyumbang devisa Negara. Selanjutnya pasar herbal dunia tahun 2000 mencapai 43 miliar US$, tetapi kontribusi Indonesi hanya 100 juta US$. Omzet penjualan produk tanaman obat 1 www.balitro.com
3 Indonesia tahun 2007 baru mencapai Rp. 3 triliun, sementara China mencapai 6 miliar US$ dan Malaysia 1,2 miliar US$. Indonesia menargetkan untuk meningkatkan nilai perdagangan Rp 8 triliun pada tahun 2010 1. Berdasarkan hal tersebut diatas menunjukkan bahwa kebutuhan akan produk tanaman obat ini oleh negara-negara tujuan ekspor semakin bertambah. Pasar Internasional memberikan kesempatan bagi pelaku usaha di Indonesia dalam mengusahakan komoditi tanaman obat. Sebanyak 31,7 persen masyarakat menggunakan obat tradisional, sedangkan 9,8 persen masyarakat mencari pengobatan dengan cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan dan 57,7 persen melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat modern maupun obat tradisional. Sementara itu di Indonesia harga obat dari satu apotik dengan apotik yang lainnya cukup variatif dan perbedaannya cukup signifikan antara 10 30 persen, sehingga kalau konsumen mau membeli obat yang harganya lebih murah dibutuhkan waktu ekstra sebagai pertimbangan untuk membeli ( Hasil Susenas dalam Melaniawati, 2004) Pertumbuhan ekonomi Kota Bogor tahun 2007 sebesar 6,21 persen, salah satunya diperoleh dari sektor jasa dan usaha masyarakat, termasuk usaha kecil dan menengah yang memiliki potensi besar bagi pertumbuhan perekonomian Kota Bogor. Taman Sringanis merupakan salah satu jenis usaha kecil dan menengah yang terdapat di Kota Bogor ikut memanfaatkan peluang pasar tersebut. Dalam pengusahaannya dibutuhkan suatu kegiatan investasi jangka panjang. Oleh karena itu dalam suatu proyek perlu dilakukan analisis kelayakan melalui studi kelayakan usaha. Hal ini untuk menghindari terjadinya investasi yang ternyata tidak mendatangkan keuntungan dan tidak layak.