BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. menyerang kaum wanita. Selain itu kecenderungan peningkatan. payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

HUBUNGAN DETEKSI DINI (PAP SMEAR) DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI POLI OBGYN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KANKER SERVIKS

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh.

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Pada masa

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan modernisasi, terutama di kota besar, mengakibatkan pola penyakit di Indonesia berubah. Mengonsumsi makanan berlemak, kurang serat, maupun yang telah di proses (seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap) dapat menyebabkan frekuensi kanker terus meningkat dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, dan jenis kelamin. Dari segi status sosial, penyakit kanker dapat menyerang orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi, maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa juga tak luput dari serangan kanker. Begitu pula dengan pria maupun wanita dapat terserang penyakit yang banyak ditakuti ini. Namun, berdasarkan data yang ada di perkirakan sekitar 60% penderita kanker di Indonesia adalah wanita (Mardiana, 2004). Data Departemen Kesehatan menyebutkan kanker menduduki peringkat ketujuh sebagai penyebab kematian di Indonesia dengan persentase 5,7 persen. Menurut data Riskesdas tahun 2008, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Direktur Jendral Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Tjandra Yoga 1

Aditama mengatakan jenis penyakit kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia masih kanker payudara dan kanker serviks (Rasjidi, 2009). Kanker serviks merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim. Yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker servik ini dapat muncul pada usia 35 sampai 55 tahun. Data yang didapat dari yayasan kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Pada tahun 2007 Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks (Rasjidi, 2009). Beberapa data yang lain menyebutkan kanker serviks ternyata dapat tumbuh pada wanita yang usianya lebih muda dari 35 tahun. Di Indonesia diperkirakan dalam setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan sekitar 20 orang setiap harinya meninggal dunia karena kanker tersebut (Sukaca, 2009). Di bagian obstetri dan ginekologi FKUI / RSCM (tahun 2008) lebih dari 60% kasus kanker serviks sudah berada dalam stadium lanjut dengan ketahanan hidup sangat rendah. Di ketahui bahwa pengobatan pada tahap prakanker memberi kesembuhan 100%, sedangkan kanker serviks stadium I, II, dan III angka ketahanan hidup 5 tahun masing-masing adalah 70-80%, 50-60%, dan 30-40% (Rasjidi, 2009). Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan program yang berasal dari Rumah Sakit (tahun 2006), kasus penyakit kanker yang ditemukan sebanyak 8.182 kasus. Terdiri atas kanker mamae 3.593 kasus (43,91%), kanker servik

2.780 kasus (33,98%), kanker hepar 1.030 (12,59%), dan kanker paru 779 kasus (9,52%). Kasus terbanyak kanker Serviks adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 1.416 kasus (50,93%) dibandingkan dengan jumlah keseluruhan kanker Serviks di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah (Mardiana, 2004). Berdasarkan data yang didapat dari buku regristrasi kunjungan harian di bagian rekam medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dapat diketahui bahwa jumlah penyakit kanker serviks selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 jumlah pasien rawat inap adalah 1.065 dan rawat jalan 2063, pada tahun 2009 jumlah pasien rawat inap 1574 dan rawat jalan 2400, pada tahun 2010 sampai bulan September jumlah pasien rawat inap 1469 dan rawat jalan 3008. Rata-rata dari tahun 2008 sampai september 2010 kanker servik menyerang pada usia 45-65 tahun. Apabila ditemukan pada stadium dini maka biaya pengobatan penyakit kanker menjadi lebih murah dengan hasilnya lebih baik. Di Indonesia, sekitar 80% penderita penyakit kanker ditemukan pada stadium lanjut sehingga pengobatan menjadi lebih sulit, mahal, dan hasil pengobatan tidak memuaskan, bahkan cenderung mempercepat kematian (Dalimartha, 2004). Tingginya kasus kanker serviks ini disebabkan terbatasnya akses screening dan pengobatan. Masih banyak wanita di Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker leher rahim. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang pap smear (Mardiana, 2004).

Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrening) dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah (Mardiana, 2004). Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan pap smear, jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukkan kedalam liang senggama (vagina). Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Dalimartha, 2004). Setiap tahun wanita yang memakai alat kontrasepsi hormonal harus melakukan pemeriksaan pap smear karena penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kanker serviks. Berdasarkan data departemen kesehatan tahun 2007, perbandingan akseptor KB hormonal adalah 86,6 % dan akseptor KB non Hormonal adalah 13,2% (Depkes RI, 2007). Menurut data departemen kesehatan tahun 2005 jumlah peserta KB aktif yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal sebanyak 80,32% dan yang menggunakan metode non hormonal sebanyak 19,65%. Sedangkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada tahun 2005 di kota Surakarta terdapat 37,838 peserta aktif KB yang terdiri dari akseptor kontrasepsi hormonal sebanyak 23.218 orang dan akseptor kontrasepsi non hormonal sebanyak 13.120 orang. Banyaknya akseptor KB

yang memakai kontrasepsi hormonal memungkinkan terjadinya kanker serviks juga meningkat (BKKBN, 2009). Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2010 tercatat hanya 25 akseptor KB hormonal yang melakukan pemeriksaan pap smear dan berdasarkan hasil wawancara pada 10 akseptor KB hanya 2 orang yang sudah pernah melakukan pemeriksaan pap smear hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat dan kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan pap smear pada masyarakat umum. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang Hubungan antara Pengetahuan dengan Partisipasi Akseptor KB Hormonal terhadap Periksa Pap smear di RSUD Dr. Moewardi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah Hubungan antara Pengetahuan dengan Partisipasi Akseptor KB Hormonal terhadap Periksa Pap smear di RSUD Dr. Moewardi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi Akseptor KB Hormonal Terhadap Periksa Pap Smear di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang: a. Tingkat pengetahuan akseptor KB hormonal terhadap pemeriksaan pap smear b. Partisipasi akseptor KB hormonal terhadap periksa pap smear D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan (informasi ilmiah) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan partisipasi akseptor KB hormonal terhadap pemeriksaan pap smear. 2. Bagi Dinas Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear pada masyarakat.

3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran akan pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear. 4. Bagi peneliti Penelitian bermanfaat untuk memberikan pengalaman dan wawasan dalam metodologi penelitian yang baik dan benar. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dengan judul hubungan karakteristik ibu dan lama pemakaian kontrasepsi hormonal terhadap kejadian pra kanker leher rahim di puskesmas kepil 2 tahun 2009, jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan cross sectional di Puskesmas kepil 2 dengan jumlah sampel 70 responden yang diambil secaea acak, data analisis dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mempunyai jumlah anak kurang dari 3, sebanyak 29 orang (51,8%) yang mengalami kejadian pra kanker leher rahim dengan phi = 0,001, ada hubungan antara umur awal hubungan seks yang kurang dari 20 tahun (66,77%) dengan kejadian pra kanker leher rahim dengan nilai phi = 0,25 tidak ada hubungan antara alat kontrasepsi jormonal pil (61,5), suntik (33,3%), implant (50%), yang mengalami kejadian pra kanker rahim phi = 0,154. Ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi hormonal kurang 3 tahun dan mengalami kejadian pra kanker leher rahim (78,6%) phi = 0,004.

2. Penelitan yang dilakukan oleh Prasida dengan judul Perbedaan dan Sikap Wanita Terhadap Pemeriksaan papsmear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang papsmear di rumah bersalin budi rahayu kelurahan paadang kecamatan tembalang kota semarang tahun 2009. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimen dengan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner serta pendekatan one grup pre tes and post tes design. Populasi dalam penelitian ini seluruh wanita usia reproduksi yang periksa di RB budi rahayu semarang yang kemudian diambil secara acak sederhana untuk menentukan sampel sehingga mendapatkan sample sebanyak 49 responden. Variabel terikat pada penelitian ini pengetahuan dan sikap wanita dalam pemeriksaan papsmear, dan variabel bebasnya penyuluhan tentang papsmear. Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji wilcoxon. Hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan sebagian besar adalah kurang sebanyak 42 orang (85,7%), sesudah penyuluhan pengetahuan responden meningkat menjadi baik sebanyak 44 orang (89,8%). Sikap responden sebelum penyuluhan sebagian besar aadalah tidak mendukung sebanyak 29 orang (59,2%). Setelah diberi penyuluhan sikap responden tentang papsmear adalah mendukung sebanyak 40 orang (81,6%). Ada perbedaan yang seknifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan nilai p value = 0,000. ada perbedaan yang signifikan antara sikap sebelum dan sesudah penyuluhan dengan skor nilai p value 0,000. kesimpulan ada perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan dan sikap wanita terhadap pemeriksaan papsmear sebelum dan sesudah penyuluhan tentang papsmear. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Melva dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada penderita yang datang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. Penelitian dilakukan dengan rancangan studi Cross Sectional terhadap penderita kanker leher rahim sebanyak 60 kasus dan 60 tidak penderita kanker leher rahim. Sampel diambil pada penderita yang datang berobat dan rawat inap bulan februari_maret 2008 di RSUP H.Adam Malik Medan. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan kuosioner. Data dianalisis secara Univarian, Bivarian, Multivariant. Hasil uji chi squer menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara 4 faktor yang menentukan kejadian kenker leher rahim : usia pertama hubungan seksual (p= 0,000), paritas (p=0,034), ganti pasangan (p=0,020), infeksi kelamin (p=0,000). Hasil analisa Multivarian melalui uji Regresi Logistik Ganda menunjujkan ada pengaruh usia pertama melakukan hubungan seks (p=0,005;rasio Prevalens 2.3), infeksi kelamin (p=0,000;rasio Pravelents 2.5) 4. Penelitian yang dilakukan oleh Nikko Darnindo dengan judul Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan Yang Sudah Menikah Mengenai pap smear dan Faktor -Faktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mendampingi

responden dalam mengisi kuisioner. Dari 107 responden,kelompok terbesar respoden berusia 44-55 tahun (40,2%), usia saat menikah 21-30 tahun (71%), lama menikah lebih dari 10 tahun (68,2%), pekerjaan ibu rumah tangga (60,7%), jumlah persalinan 1-3 kali (61,7%), berpendidikan sedang (56,1%), memiliki pendapatan perkapita perbulan rendah (65,4%), sumber informasi terbanyak dari teman (48,6%). Kelompok terbesar responden berpengetahuan kurang (46,7%), bersikap cukup (63,6%), berperilaku kurang (92,5%), serta hanya 33,7 yang pernah melakukan pap smear. terdapat hubungan bermakna antara pernikahan (p=0,007) dan pekerjaan (p=0,01) terhadap pengetahuan responden. Terdapat hubungan bermakna antara usia responden (p=0,007) terhadap perilaku responden, dan antera pengetahuan dengan sikap responden (p=0,012) tentang pap smear. Tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap responden dengan perilaku responden (p=0,694) tentang pap smear. 5. Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Suwiyoga dengan judul Beberapa Masalah Pap Smear Sebagai Alat Diagnosis Dini Karakter Serviks Di Indonesia. Pap smear sebagai alat diagnosis dini kanker serviks telah dilakuka sejak tiga dasa warsa terakhir. Di negera-negara maju, pap smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif 46-76% dan metalitas kanker serviks 50-60%. Berbeda dengan Indonesia, pap smear belum terbukti mampu meningkatkan temuan kanker serviks stadium dini dan lesi perkanker. Hal ini dikarenakan bahwa kuantitas sumber daya manusia yang rendah, prosedur tes pap smear yang komplek, akurasi

pap smear yang sangat bervariasi dengan negatif palsu yang tinggi serta sistem pelaporan yang kurang praktis, wilayah Indonesia sangat luas yang terkait dengan kesulitan transportasi dan komunikasi, dan para wanita sering enggan diperiksa karena ketidak tahuan, rasa malu, rasa takut, dan faktor biaya. Hal ini umumnya karena masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Kurniawan (2002) yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan dengan partisipasi pada pemeriksaan pap smear pada wanita pekerja seks komersial. Penelitian ini adalah Deskriptif observasional dengan pendekatan Cross Sectional study. Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan menggunakan teknik Quota sampling sebanyak 67 responden. Di dapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat pengetahuan responden dengan partisipasinya untuk melakukan pap smear ( uji korelasi lambda, Lb=0,286, approx.sig.=0,151). Kecil dan tidak signifiksnnya koefisien korelasi lambda menunjukkan lemahnya hubungan antara tingkat pengetahuan dan partisipasi responden dalam penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan keaslian penelitian diatas adalah terletak pada metode penelitian, responden penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian.