BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkat SDM di masing-masing Desa. Satu dasawarsa terakhir ini diketahui banyaknya perangkat desa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sistem terpusat menjadi sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah. Akuntansi Keuangan Daerah ini diperlukan sejalan dengan semangat

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi, dan pelaporan kinerja pemerintahan oleh pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

BAB 1 LATARBELAKANG. adanya era reformasi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami. kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kerja finansial Pemerintah Daerah kepada pihak pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB1 PENDAHULUAN. Tahun-tahun awal pelaksanaan otonomi daerah merupakan masamasa. yang berat dan penuh tantangan bagi sebagian besar daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : HARYONO,SE.,MMSI

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi. menjadi suatu fenomena yang umumnya sering terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. dana pemerintah yang seharusnya untuk rakyat menjadi disalah gunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa harapan akan terciptanya good governance yang terbebas dari tindakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jawa Timur Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penganggaran partisipatif..., 1 Amaliah Begum, FE Universitas UI, 2009 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kini telah menerapkan otonomi daerah dengan tujuan demi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan sebuah sistem yang power share pada setiap level

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan kepada orang atau instansi yang memberi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah saat ini sedang mengupayakan peningkatan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Demokratisasi Desa merupakan fase tersendiri yang sengaja dibedakan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan bagian intergral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil di negara ini. Mayoritas penduduknya sejumlah keluarga yang berpenghasilan dari hasil Alam negara ini. Di desa mayoritas Fasilitas-fasilitas nya masih kurang memadai untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, maka dari itu pemerintah selalu menganggarkan dana desa yang bertujuan untuk terciptanya fasilitas fasilitas untuk meningkat SDM di masing-masing Desa. Satu dasawarsa terakhir ini diketahui banyaknya perangkat desa yang mempunyai tugas mengelola dana ADD masih kurang menguasai pengetahuan ataupun wawasan mengenai pengelolaan maupun pelaporan Alokasi Dana Desa. Maka sering terjadinya kesalahan yang disebabakan kurang pahamnya perangkat desa dalam menyususn laporan pengelolaan dana ADD. Banyaknya dana yang diberikan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah terlebih ke Pemerintah Desa yang tidak diimbangi dengan kemampuan dalam melakukan pengelelolaannya menyebabkan banyak terjadinya kesalahan dan ketidaksesuaian dalam mencapai sasaran anggaran. Pemerintah Kabupaten sebagai atasan langsung dari Pemerintah Desa seharusnya melakukan pengawasan dan pelatihan terkait dengan pengelolaan dana yang telah diberikan kepada Pemerintah Desa. Dengan adanya, pengawasan dan pelatihan dapat sedikit mengurangi terjadinya praktik penyalah gunaan anggaran 1

2 dan ketidaksesuaian sasaran anggaran (Alipius, 2013). Pemerinah Kabupaten terkesan hanya menggelontorkan anggaran dan petunjuk teknis pelaksanaanya yang tidak dibarengi dengan pelatihan, pendampingan dan pengawasan yang ketat. Hal ini menyebabkan Pemerintah Desa terkesan semaunya dalam menggunakan anggaran karena tidak dibekali dengan kemampuan yang memadai dalam mengelola anggaran Desa yang ujungnya tidak tepat sasaran. Pemerintah Desa merupakan bagian dari sebuah kawasan otonom, dimana Pemerintah Desa diberi hak-hak istimewa terutama terkait dengan pengelolaan keuangan. Untuk melaksanakan fungsinya, Desa diberi dana oleh Pemerintah melalui Pemerintah Daerah. Hal ini mengacu pada UU No.32/2004 tentang Pemerintah daerah. Oleh karena itu, Desa dibekali dengan pedoman dan petunjuk teknis pengelolaan dan pelaporan keuangan Desa (Abdullah, 2008). Dengan diberikannya kekuasaan penuh dalam mengelola keuangan, Desa wajib menerapkan prinsip akuntabilitas dalam mengelola dan melaporkan keuangan, sehingga pengelolaan dan pelaporan keuangan tersebut dapat dipertanggunjawabkan kepada Pemerintah Daerah maupun Pusat sebagai pihak pemberi dana dan kepada masyarakat. Diterbitkanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa memberikan landasan semakin otonomnya Desa secara praktik. Dengan diberikanya kewenangan pengelolaan keuangan Desa (berdasarkan Permendagri 113/2014) dan adanya Alokasi Dana Desa (berdasarkan PP No.72/2005), seharusnya Desa semakin terbuka dan responsibilitas terhadap

3 proses pengelolaan keuangan (Furqani, 2010). Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang diperoleh dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit l0%, dan dari bagi hasil retribusi/pajak daerah Kabupaten/Kota. Semua itu dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Sistem pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa termasuk didalamnya mekanisme penghimpunan dan pertanggungjawaban merujuk pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Subroto, 2009). Selanjutnya dijelaskan bahwa pengelolaan dana desa atau alokasi dana desa (ADD) yang sesuai kebutuhan merupakan salah satu bentuk desentralisasi guna mendorong good governance, karena mendekatkan negara ke masyarakat dan sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat, yang akhirnya mendorong akuntabilitas, transparansi dan responsivitas pemerintah lokal. Akuntabilitas merupakan elemen yang tidak dapat terpisahkan dalam pelaksanaan good governance dan merupakan tantangan bagi pemerintah untuk dapat mempertanggungjawabkan dan selalu terbuka kepada masyarakat dalam pelaksanaan program serta kebijakan yang ditetapkan. Ulum (2008:40)

4 menyebutkan bahwa terdapat tiga prinsip dasar dalam setiap penyelenggaraan good governance. Tiga prinsip tersebut adalah akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Penerapan prinsip akuntabilias harus ditaati secara konsisten oleh semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pelaopran ADD tanpa terkecuali. Akuntabilitas ini pada dasarnya diterapkan dengan memberikan akses kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan pemeriksaan bertanya atau menggugat pertanggungjawaban dari pihak pengelola ADD. Dalam pengelolaan dan pelaporan ADD ini dapat diterapkan dengan memberi akses kepada semua pihak untuk mengetahui konsep yang berkaitan dengan ADD, kebijakan dalam pengambilan keputusan, perkembangan kegiatan keuangan, serta informasi lainnya dari para pengelola ADD di Pemerintah Desa. Beberapa penelitian sebelumnya telah melakuan pengujian mengenai tingkat akuntabilitas suatu lembaga publik dalam mengelola keuangan seperti Subroto (2009) dan Setyoko (2012) dengan objek penelitian pemerintah desa. Sejalan dengan penelitian Subroto (2009) dan Setyoko (2012) peneliti berusaha menguji tingkat akuntabilitas Pemerintah Desa dalam mengelola keuangan, dengan objek penelitian yang lebih luas yaitu Pemerintah Desa yang ada di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar yang menggunakan laporan pertanggungjawaban ADD tahun anggaran 2014. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kesamben karena total dana ADD yang diterima lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Dengan damikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis

5 Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penilitian ini bertujuan untuk menganilisis hasil pelaporan akuntabilitas pada ADD. Rumusan Masalah dalam Penilitian ini adalah : 1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar? 2. Bagaimana pelaporan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar. 2. Untuk mendeskripsikan akuntabilitas pelaporan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

6 1. Perkembangan Kajian Akuntansi Sebagai bahan merumuskan khasanah ilmu tentang pengelolaan dan akuntabilitas Alokasi Dana Desa (ADD) 2. Dunia Praktik Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi desa-desa di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar dalam mengelola dan meningkatkan akuntabilitas sehingga bisa melakukan perbaikan dalam merumuskan, menyusun, dan menetapkan keputusan tentang kebijakan dalam penggunaan dan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) 3. Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil tema yang sama, sehingga dapat memberikan kajian yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.

7