BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil di negara ini. Mayoritas penduduknya sejumlah keluarga yang berpenghasilan dari hasil Alam negara ini. Di desa mayoritas Fasilitas-fasilitas nya masih kurang memadai untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, maka dari itu pemerintah selalu menganggarkan dana desa yang bertujuan untuk terciptanya fasilitas fasilitas untuk meningkat SDM di masing-masing Desa. Satu dasawarsa terakhir ini diketahui banyaknya perangkat desa yang mempunyai tugas mengelola dana ADD masih kurang menguasai pengetahuan ataupun wawasan mengenai pengelolaan maupun pelaporan Alokasi Dana Desa. Maka sering terjadinya kesalahan yang disebabakan kurang pahamnya perangkat desa dalam menyususn laporan pengelolaan dana ADD. Banyaknya dana yang diberikan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah terlebih ke Pemerintah Desa yang tidak diimbangi dengan kemampuan dalam melakukan pengelelolaannya menyebabkan banyak terjadinya kesalahan dan ketidaksesuaian dalam mencapai sasaran anggaran. Pemerintah Kabupaten sebagai atasan langsung dari Pemerintah Desa seharusnya melakukan pengawasan dan pelatihan terkait dengan pengelolaan dana yang telah diberikan kepada Pemerintah Desa. Dengan adanya, pengawasan dan pelatihan dapat sedikit mengurangi terjadinya praktik penyalah gunaan anggaran 1
2 dan ketidaksesuaian sasaran anggaran (Alipius, 2013). Pemerinah Kabupaten terkesan hanya menggelontorkan anggaran dan petunjuk teknis pelaksanaanya yang tidak dibarengi dengan pelatihan, pendampingan dan pengawasan yang ketat. Hal ini menyebabkan Pemerintah Desa terkesan semaunya dalam menggunakan anggaran karena tidak dibekali dengan kemampuan yang memadai dalam mengelola anggaran Desa yang ujungnya tidak tepat sasaran. Pemerintah Desa merupakan bagian dari sebuah kawasan otonom, dimana Pemerintah Desa diberi hak-hak istimewa terutama terkait dengan pengelolaan keuangan. Untuk melaksanakan fungsinya, Desa diberi dana oleh Pemerintah melalui Pemerintah Daerah. Hal ini mengacu pada UU No.32/2004 tentang Pemerintah daerah. Oleh karena itu, Desa dibekali dengan pedoman dan petunjuk teknis pengelolaan dan pelaporan keuangan Desa (Abdullah, 2008). Dengan diberikannya kekuasaan penuh dalam mengelola keuangan, Desa wajib menerapkan prinsip akuntabilitas dalam mengelola dan melaporkan keuangan, sehingga pengelolaan dan pelaporan keuangan tersebut dapat dipertanggunjawabkan kepada Pemerintah Daerah maupun Pusat sebagai pihak pemberi dana dan kepada masyarakat. Diterbitkanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa memberikan landasan semakin otonomnya Desa secara praktik. Dengan diberikanya kewenangan pengelolaan keuangan Desa (berdasarkan Permendagri 113/2014) dan adanya Alokasi Dana Desa (berdasarkan PP No.72/2005), seharusnya Desa semakin terbuka dan responsibilitas terhadap
3 proses pengelolaan keuangan (Furqani, 2010). Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan Desa yang diperoleh dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit l0%, dan dari bagi hasil retribusi/pajak daerah Kabupaten/Kota. Semua itu dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Sistem pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa termasuk didalamnya mekanisme penghimpunan dan pertanggungjawaban merujuk pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Subroto, 2009). Selanjutnya dijelaskan bahwa pengelolaan dana desa atau alokasi dana desa (ADD) yang sesuai kebutuhan merupakan salah satu bentuk desentralisasi guna mendorong good governance, karena mendekatkan negara ke masyarakat dan sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat, yang akhirnya mendorong akuntabilitas, transparansi dan responsivitas pemerintah lokal. Akuntabilitas merupakan elemen yang tidak dapat terpisahkan dalam pelaksanaan good governance dan merupakan tantangan bagi pemerintah untuk dapat mempertanggungjawabkan dan selalu terbuka kepada masyarakat dalam pelaksanaan program serta kebijakan yang ditetapkan. Ulum (2008:40)
4 menyebutkan bahwa terdapat tiga prinsip dasar dalam setiap penyelenggaraan good governance. Tiga prinsip tersebut adalah akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Penerapan prinsip akuntabilias harus ditaati secara konsisten oleh semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pelaopran ADD tanpa terkecuali. Akuntabilitas ini pada dasarnya diterapkan dengan memberikan akses kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan pemeriksaan bertanya atau menggugat pertanggungjawaban dari pihak pengelola ADD. Dalam pengelolaan dan pelaporan ADD ini dapat diterapkan dengan memberi akses kepada semua pihak untuk mengetahui konsep yang berkaitan dengan ADD, kebijakan dalam pengambilan keputusan, perkembangan kegiatan keuangan, serta informasi lainnya dari para pengelola ADD di Pemerintah Desa. Beberapa penelitian sebelumnya telah melakuan pengujian mengenai tingkat akuntabilitas suatu lembaga publik dalam mengelola keuangan seperti Subroto (2009) dan Setyoko (2012) dengan objek penelitian pemerintah desa. Sejalan dengan penelitian Subroto (2009) dan Setyoko (2012) peneliti berusaha menguji tingkat akuntabilitas Pemerintah Desa dalam mengelola keuangan, dengan objek penelitian yang lebih luas yaitu Pemerintah Desa yang ada di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar yang menggunakan laporan pertanggungjawaban ADD tahun anggaran 2014. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kesamben karena total dana ADD yang diterima lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Dengan damikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis
5 Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penilitian ini bertujuan untuk menganilisis hasil pelaporan akuntabilitas pada ADD. Rumusan Masalah dalam Penilitian ini adalah : 1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar? 2. Bagaimana pelaporan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar. 2. Untuk mendeskripsikan akuntabilitas pelaporan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
6 1. Perkembangan Kajian Akuntansi Sebagai bahan merumuskan khasanah ilmu tentang pengelolaan dan akuntabilitas Alokasi Dana Desa (ADD) 2. Dunia Praktik Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi desa-desa di wilayah Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar dalam mengelola dan meningkatkan akuntabilitas sehingga bisa melakukan perbaikan dalam merumuskan, menyusun, dan menetapkan keputusan tentang kebijakan dalam penggunaan dan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) 3. Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil tema yang sama, sehingga dapat memberikan kajian yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.
7