BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO remaja adalah tahapan individu yang mengalami pubertas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disabilitas adalah suatu bentuk akibat dari keterbatasan seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fisik terjadinya kematangan alat reproduksi, salah satunya adalah datangnya

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

I. PENDAHULUAN. Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Perdarahan Jangka Pendek Dan Pola Kram Perut Dengan Kepuasan Metode Long-Acting Reversible Contraceptive

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian ini memperkenalkan beberapa istilah untuk menyebutkan orang dengan disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah lainnya. Istilah yang umumnya dikenal yaitu difabel, anak berkebutuhan khusus dan penyandang cacat. Difabel meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Difabel mengalami masalah pada penurunan fungsi tubuh atau struktur dan keterbatasan kegiatan, hal tersebut menjadi kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan. Sementara pembatasan partisipasi adalah masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan di lingkungan sosial (World Health Organization, 2013). Menurut Dinas Pendidikan, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Menurut Undangundang No. 4 tahun 1997 (pasal 1 ayat 1), penyandang cacat adalah setiap orang yang mengalami kelainan fisik dan mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Namun istilah penyandang cacat seakan subyek hukum yang dipandang kurang diberdayakan. Istilah Cacat berkonotasi sesuatu yang negatif. Kata penyandang memberikan predikat kepada seseorang dengan tanda atau label negatif yaitu cacat pada keseluruhan pribadinya. Namun kenyataan bisa saja seseorang penyandang disabilitas hanya mempunyai kekurangan fisik tertentu, 1

2 bukan disabilitas secara keseluruhan. Untuk itu istilah "cacat" dirubah menjadi "disabilitas" yang mempunyai pengertian suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan sebagai akibat dari suatu kelemahan untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara atau dalam batas-batas yang dipandang normal bagi seorang manusia (Tarsidi, 2009). Menurut UU no. 19 tahun 2011, penyandang disabilitas mempunyai hak asasi manusia yang merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng sehingga itu harus dilindungi, dihormati, dan dipertahankan, sehingga perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia terhadap kelompok rentan khususnya penyandang disabilitas perlu ditingkatkan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, disabilitas memiliki hak sebagaimana orang normal lainnya, antara lain hak untuk menempuh pendidikan. Sekolah khusus yang diperuntukkan bagi disabilitas dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Salah satu kategori SLB, yaitu SLB-A: sekolah untuk anak disabilitas netra (gangguan penglihatan). SLB merupakan sekolah khusus yang sudah berstandar nasional jadi karakteristik populasinya sama mulai dari kebijakan, sebaran umurnya hampir sama dan kurikulum sekolah, berbeda dengan yayasan yang didirikan perseorangan. Disabilitas netra adalah kondisi seseorang yang mengalami keterbatasan penglihatan (Somantri, 2007). Anak disabilitas netra mengalami keterbatasan dalam hal penerimaan informasi. Kondisi ini normal, informasi diperoleh dari indera penglihatan, sedangkan pada disabilitas netra informasi diterima melalui indera lain, antara lain indera penciuman, peraba, dan perasa. Selain itu juga

3 masih terbatasnya media informasi untuk remaja disabilitas netra. Hal itu menyebabkan anak dengan disabilitas netra kesulitan mengakses atau mendapat sumber informasi. Anak atau remaja dengan disabilitasnetra memiliki sikap tidak berdaya, sifat ketergantungan, tingkat kemampuan rendah dalam hal orientasi waktu, resisten terhadap perubahan, cenderung kaku dan cepat menarik tangan saat bersalaman, serta mudah mengalami kebingungan saat berada di lingkungan baru yang tidak familiar (Somantri, 2007). Disabilitas ini juga mengalami masa pubertas, salah satu tanda masa pubertas pada wanita yaitu menstruasi. Menstruasi adalah keluarnya sedikit darah selama beberapa hari melalui vagina setiap bulan (Meredith, 2007). Darah yang dikeluarkan tersebut adalah dinding endometrium yang tidak mengalami pembuahan. Biasanya menarche (menstruasi) terjadi saat usia 12 atau 13 tahun (Rosana, 2015). Pengalaman remaja putri disabilitas netra dalam menghadapi menstruasi hampir sama dengan pengalaman remaja putri normal pada umumnya kecuali praktik kebersihan menstruasi yang kurang, ketergantungan pada orang lain dalam hal deteksi kebersihan diri, serta penggunaan indera penciuman untuk menandai datangnya menstruasi. Peran orang tua, guru, teman, serta petugas kesehatan sangat penting dalam hal memberikan pendidikan kesehatan yang benar terkait menstruasi (Herningsih, 2014). Sehingga masalah saat menghadapi menstruasi pada remaja putri disabilitas netra ini perlu ditindaklanjuti. Namun pada menstruasi ini dapat terjadi keadaan yang tidak normal (Harmanto, 2006). Keadaan yang tidak normal atau gangguan yang terjadi pada menstruasi ada beberapa jenis, dan digolongkan menjadi sebelum menstruasi dan sesudah

4 menstruasi. Pada golongan sebelum menstruasi, dibagi menjadi Premenstrual Syndrome (PMS) dan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Premenstrual Syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang dimanifestasikan sebagai gejala emosional, fisik dan perilaku, dan berpengaruh pada perempuan selama 5 sampai 10 hari sebelum awal menstruasi, dan setelah dimulainya menstruasi, yang berlangsung dalam 4 sampai 7 hari. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) adalah bentuk lebih ekstrim atau berat PMS (Mandal, 2012). Sedangkan golongan sesudah menstruasi atau saat menstruasi yaitu dismenore (nyeri saat haid), hipermenorea atau menoragia (jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan adanya gumpalan darah), oligomenorea (siklus menstruasi melebihi 35 hari, dengan jumlah perdarahan yang sama, penyebabnya adalah hormonal), dan amenorea (keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut-turut). Cakir, M, et al (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti dengan ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada penelitian Bieniasz, M, et al (2007), prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Hamilton et al (2012) dalam penelitiannya tentang remaja Rett syndrome yang mengalami menstruasi menemukan bahwa setidaknya satu gejala dysmenorrhea dilaporkan oleh 76% dengan 67% melaporkan sering mengalami hal tersebut. Selama mengalami menstruasi sebanyak 57% responden melaporkan

5 satu gejala berat dismenore. Kram dan nyeri pinggang sering dilaporkan dengan persentase 38% pelaporan dan 24% melaporkan kram nyeri pinggang hampir selalu dialami. Namun gejala menstruasi tidak pernah mengganggu jadwal kehadiran di sekolah atau kegiatan terjadwal lainnya yang dialami oleh 48% dan 33% mengatakan gejala menstruasi tidak menyebabkan masalah saat berada di rumah. Lebih lanjut, Hamilton et al (2012) melaporkan bahwa selain gejala dysmenorrhea, terdapat gejala PMS yang dilaporkan oleh 71% dengan 62% melaporkan sering mengalami gejala PMS, dan 48% melaporkan satu gejala berat dari PMS. Ketika ditanya tentang hubungan antara gangguan PMS yang dialami saat melakukan kegiatan sehari-hari, 19% melaporkan bahwa tidak pernah mengalami gangguan PMS dan 19% melaporkan bahwa PMS jarang mengganggu kehadiran ke sekolah atau lainnya. Selain itu, 14% melaporkan bahwa tidak pernah mengalami gejala PMS dan 24% melaporkan gejala PMS jarang menyebabkan masalah di rumah. Penelitian pada disabilitas netra masih terbatas dan belum banyak dilakukan. Dengan melihat latar belakang di atas maka muncul ketertarikan untuk mengetahui gambaran gangguan menstruasi pada siswi disabilitas netra. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana prevalensi gangguan menstruasi pada siswi disabilitas netra di SLB DIY? 2. Bagaimana cara mengidentifikasi jenis bantuan yang diperlukan saat menstruasi?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui prevalensi gangguan menstruasi pada siswi disabilitas netra di SLB DIY. 2. Mengetahui jenis bantuan yang diperlukan saat menstruasi. D. Manfaat Penelitian 1. Bidang peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai seberapa besar permasalahan gangguan menstruasi pada siswi disabilitas khususnya disabilitas netra, dapat menambah pengalaman, serta melatih kemampuan dalam hal penelitian. 2. Bidang partisipan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi siswi disabilitas netra mengenai menstruasi dan gangguan menstruasi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi pengetahuan dan rekomendasi bagi orang tua, dan orang-orang di sekitar disabilitas netra, agar dapat membantu siswi disabilitas netra saat mengalami gangguan menstruasi. 3. Bagi institusi Bagi instansi yang menjadi lokasi penelitian, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan memberikan rekomendasi terkait gangguan menstruasi siswi disabilitas netra di SLB DIY. Sehingga pihak sekolah dapat memberikan perhatian lebih dan menjadi gambaran sebagai dasar pembuatan program-program pembelajaran kesehatan reproduksi di sekolah tersebut.

7 4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan kesehatan Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan keperawatan maternitas tentang gambaran gangguan menstruasi pada siswi disabilitas netra netra. 5. Bagi masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gangguan menstruasi pada disabilitas netra sehingga disabilitas netra tidak dipandang sebelah mata. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai Prevalensi Gangguan Menstruasi pada Siswi Disabilitas Netra di SLB Daerah Istimewa Yogyakarta belum pernah diteliti sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang serupa dengan penelitian ini yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh: 1. Hamilton et al (2012) tentang Rett syndrome dan Menstruasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan pengalaman remaja dengan Rett syndrome saat menstruasi termasuk kebersihan menstruasi, dismenore, premenstrual syndrome (PMS), dan upaya pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan survey kuesioner berisi tentang data informasi demografis umum, laporan dari perkembangan saraf yang mendasari diagnosis, dan informasi tentang riwayat menstruasi, kebersihan menstruasi, dismenore, PMS dan alat kontrasepsi hormonal yang digunakan saat ini yang disebar melalui peralatan survey online (Survey Monky). Responden penelitian ini adalah ibu dari remaja dengan Rett syndrome antara usia 10-25 yang pernah mengalami setidaknya satu kali menstruasi. Hasil dari

8 penelitian ini adalah gejala dysmenorrhea yang dilaporkan oleh 76% responden dengan 67% melaporkan sering mengalami hal tersebut. Kram dan nyeri pinggang yang sering dilaporkan oleh responden sebanyak 38% dan 24% melaporkan sering mengalami kram dan nyeri punggung. Gejala PMS dilaporkan oleh 71% dengan 62% melaporkan sering, dan 48% melaporkan setidaknya satu gejala berat. Meskipun frekuensi dan tingkat keparahan yang mereka alami tidak membatasi kegiatan, namun terdapat beberapa upaya pengobatan dilakukan, misalnya kontrasepsi hormonal untuk mengontrol siklus menstruasi dengan menggunakan pil kontrasepsi oral. Rata-rata jumlah perawatan non-hormon untuk dismenore adalah 2,4 dan untuk pramenstruasi 1,9. Ibuprofen (33%) dan acetaminophen (9,5%) sangat efektif untuk mengobati dismenore. Untuk gejala pramenstruasi, 24% melaporkan ibuprofen dan 9,5% melaporkan acetaminophen sangat efektif untuk menangani gejala premenstruasi. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang menstruasi pada anak berkebutuhan khusus. Perbedaan dari penelitian ini adalah responden remaja dengan Rett syndrome, sedangkan responden yang dipilih peneliti adalah remaja penyandang disabilitas netra. 2. Carolina R. et al (2013) tentang Menstruation Disturbances: Prevalence, Characteristics, and Effects on the Activities of Daily Living among Adolescent Girls frombrazil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi, karakteristik dan efek pada aktivitas sehari-hari gangguan menstruasi di kalangan remaja perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian

9 deskriptif dengan rancangan cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Responden yang didapat yaitu 218 remaja perempuan dengan usia antara 12 sampai 17 tahun. Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur yang terdiri dari sociodemographic dan karakteristik yang berkaitan dengan menstruasi pada remaja. Pertanyaan dalam kuesioner ini digunakan untuk mengetahui: tahun menarche, durasi menstruasi, frekuensi siklus menstruasi (hari), intensitas kehilangan darah menstruasi, jumlah pembalut yang digunakan per hari saat menstruasi, tidak adanya menstruasi, mengunjungi dokter kandungan, praktek seksual, mengunjungi dokter kandungan setelah inisiasi seksual, penggunaan metode kontrasepsi, adanya patologi ginekologi dan atau tanpa komplikasi. Hasil dari penelitian ini adalah usia rata-rata gadis remaja adalah 13,7±1,5 tahun. Siklus menstruasi 67% normal, sedangkan 33% tidak teratur. Dismenore memiliki prevalensi 73%, dan absensi sekolah dialami 31% dari total responden. Selain itu, 66% dari responden menganggap bahwa dismenore mempengaruhi kegiatan mereka sehari-hari. Hubungan yang ditemukan antara intensitas nyeri dan variabel: absensi sekolah, kegiatan yang terkena dampak dari kehidupan sehari-hari, perlu menggunakan obat, dan antara kegiatan yang terkena dampak dari kehidupan sehari-hari dan absensi sekolah. Persamaan dari penelitian ini adalah meneliti tentang gangguan menstruasi. Perbedaannya adalah responden pada penelitian ini adalah remaja normal, sedangkan peneliti akan melakukan penelitian dengan responden remaja berkebutuhan khusus. Penelitian Carolina R, et al (2013) menggunakan tiga

10 variabel yaitu prevalensi, karakteristik dan efek pada aktivitas sehari-hari gangguan menstruasi, sedangkan peneliti menggunakan variabel tunggal yaitu prevalensi gangguan menstruasi. 3. Agarwal, et al (2009) tentang Questionnaire Study on Menstrual Disorders in Adolescent Girls in Singapore. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang karakteristik siklus menstruasi di remaja Singapura untuk menentukan prevalensi gangguan menstruasi dan penggunaan perawatan medis untuk mengatasi ketidaknormalan ini. Responden yang di dapat 5.561 perempuan, berusia 12-19 tahun dari 62 SMP di Singapura. Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi tentang usia, kelompok etnis, riwayat medis atau operasi, usia menarche, tinggi, dan berat badan. Rincian riwayat menstruasi yang termasuk dalam kuesioner disertai panjang siklus, durasi, dan jumlah menstuasi; dismenore dan keparahan; persyaratan obat yang diambil untuk mengurangi rasa sakit; dan tidak bisa masuk sekolah ataupun kerja sebagai efek dari gangguan menstruasi. Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan indeks massa tubuh (BMI), ada peningkatan yang signifikan dalam prevalensi oligomenore, sedangkan polymenorrhea lebih prevalen pada remaja dengan BMI yang rendah. Masalah dismenore dialami 83,2% responden dan 24% responden mengalami absensi saat sekolah. Dismenore yang cukup parah membutuhkan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit, hal tersebut dialami oleh 45,1% dari total responden. Meskipun menstruasi masalah yang umum, hanya 5,9% anak perempuan yang

11 menggunakan pengobatan medis. Obat tradisional Cina paling sering digunakan untuk masalah siklus menstruasi, dan obat tanpa resep untuk dismenore. Penggunaan kontrasepsi oral jarang digunakan untuk masalah haid. Persamaan dari penelitian ini adalah meneliti tentang gangguan menstruasi. Perbedaan pada penelitian ini adalah responden remaja normal yang berada di Singapura, sedangkan peneliti akan melakukan penelitian dengan responden remaja berkebutuhan khusus yang berada di Yogyakarta. Penelitian Agarwal, et al (2009) menggunakan variabel tunggal yaitu karakteristik siklus menstruasi, sedangkan peneliti menggunakan variabel tunggal yaitu prevalensi gangguan menstruasi.