BAB I PENDAHULUAN. sampah atau limbah baik rumah tangga, pabrik, maupun industri lainnya. Sampah

dokumen-dokumen yang mirip
Bayu Noviansyah, Siti Chalimah. Prodi P. Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura, 57122

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAMPURAN LIMBAH CANGKANG TELUR DAN VETSIN DENGAN PENAMBAHAN RENDAMAN KULIT

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk Indonesia bermatapencaharian dari hasil alam yang. berupa pertanian maupun perkebunan. (L.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah,

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

BAB I PENDAHULUAN. Limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah anorganik dan limbah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

BAB I PENDAHULUAN. pelindung alam sekitar (Zain, 1998). Menurut sumber dari Direktorat Jendral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pupuk akan meningkatkan kualitas lahan. dibutuhkan tanman dalam jumlah besar. Maka para petani hanya memikirkan

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHU LUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta. memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal sayuran tersebut. Sehingga menambah tumpukan sampah. Limbah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah

BAB I PENDAHULUAN. makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian.

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kebutuhan produksi pangan semakin meningkat setiap harinya

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terkandung dalam sayur dan buah. Sayuran dan buah-buahan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN. jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur shiitake dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

Nur Rahmah Fithriyah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penanaman nanas utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN. jenis jamur yang dapat serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur UKDW

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. sampah yang semakin meningkat dapat berdampak negatif terhadap. cara mengolah sampah menjadi ekstrak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Terung Ungu (Solanum Melongena L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PENYIRAMAN AIR LERI DAN EKSTRAK SARI KEDELAI (Glycine max) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI HIBRIDA (Capsium annum L) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan pangan semakin meningkat. Hal ini berakibat pada meningkatnya sisa buangan berupa sampah atau limbah baik rumah tangga, pabrik, maupun industri lainnya. Sampah organik merupakan sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (Nurcholis dan Rochimi, 2012). Hal tersebut berarti, bahwa limbah yang dapat sebagai agen pencemar dapat diberdayakan menjadi bahan yang lebih bermanfaat, misalkan limbah cangkang telur, kulit bawang merah dan lainnya. Telur merupakan salah satu sumber makanan yang bergizi bagi manusia dan menghasilkan limbah berupa cangkang telur. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produksi telur di Indonesia pda tahun 2012 mencapai 1.540.750 ton dan mengalami peningkatan 5,48% dari tahun 2011. Kenyataan ini mengakibatkan potensi limbah yang cukup besar (Mairizon, 2013). Cangkang telur jika tidak dimanfaatkan secara maksimal maka akan merusak keindahan lingkungan, hal ini karena cangkang telur membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengurai secara alami. Cangkang telur merupakan limbah buangan organik yang sudah tidak terpakai. Kulit telur kering mengandung 97% kalsium karbonat, 3% posfor, dan 3% terdiri dari magnesium, kalium, natrium, seng, mangan, besi dan tembaga (Evan, 2010). Limbah cangkang telur sudah dimanfaatkan oleh beberapa peneliti 1

2 maupun masyarakat tertentu yang mengetahui nilai ekonomis dan daya guna limbah cangkang telur tersebut, namun belum terlalu banyak masyarakat umum yang kreatif dan inovatif untuk memanfaatkannya. Ryan (2012), menyatakan bahwa dalam penelitiannya dihasilkan tinggi tanaman cabai yang paling tinggi dengan perlakuan pemberian pupuk organik yang mengandung ekstrak kulit telur kering. Hal ini disebabkan karena ekstrak kulit telur kering mengandung calsium (Ca) yang merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain nitrogen, posfor, kalium, magnesium, dan belerang. Isniati (2009), Penambahan tepung kerabang (cangkang telur) dalam proses pengomposan sampah organik menghasilkan presentase rata rata NPK yaitu N = 0,675%, P = 49,553%, K = 0,767%. Nurjayanti,dkk (2012), menyatakan dalam penelitiannya bahwa cangkang telur dapat mengganti zat kapur pada tanah aluvial dan memberikan pertumbuhan hasil tanaman cabai merah yang sama dengan penambahan campuran kompos dan tepung cangkang telur. Limbah kulit bawang merah umumnya dibuang dan belum dimanfaatkan, namun kulit tersebut yang disebut limbah, dapat lebih diberdayakan sebagai campuran pupuk. Kulit bawang merah adalah bagian terluar atau pembalut dari daging bawang yang berpotensi dapat membunuh hama serangga pada tanaman, karena mengandung senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan untuk mematikan serangga dengan menyerang sistem pernafasan sehingga akan merusak seluruh jaringan vitalnya (anti-feeden). Dalam hal ini, hama serangga tidak lagi bergairah dan menurunnya nafsu makan yang mengakibatkan hama serangga enggan untuk melahap bagian tanaman yang

3 disukainya, sedangkan dalam konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama serangga mati. Kulit bawang juga dapat memberikan kesuburan bagi tanaman (Ramadhan, 2012). Rezkiwati.dkk (2013), menyatakan dalam penelitiannya bahwa rendaman kulit bawang merah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan luas daun tanaman sawi, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang akar dan berat segar. Monosodium glutamat yang sering disebut vetsin adalah garam sodium dari asam glutamate. Asam glutamate adalah suatu asam amino yang merupakan salah satu komponen yang dibuat dari tetes tebu (molasses) yang merupakan hasil sampingan gilingan tebu. Pemanfaatan vetsin umumnya digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Masyarakat belum mengoptimalkan secara kreatif untuk mendayagunakannya, karena vetsin atau MSG tersusun atas 78% Glutamat, 12% Natrium dan 10% air (Judarwanto, 2010). Hasil beberapa penelitian dari pemanfaatan vetsin yaitu pembuatan pupuk cair MSG untuk tanaman pangan (Soeleman. dkk.,2003). Pemanfaatan limbah MSG sebagai bahan baku IKM pupuk (susilowati, 2006). Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman dan lingkungan. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman(marsono, 2001). Pertanian di Indonesia sudah membudaya dengan pemakaian pupuk anorganik, karena diterapkannya subsidi pupuk kimia (anorganik) oleh pemerintah. Pupuk anorganik haraganya relative terjangkau dan persediaan melimpah, sehingga

4 mudah didapatkan. Dampak yang ditimbulkan penggunaan pupuk kimia berlebihan akan mengakibatkan lingkungan dan tanah menjadi rusak sehingga mengganggu pertumbuhan akar. Sebagian besar petani lebih memilih untuk menggunakan pupuk anorganik dari pada pupuk organik. Karena pupuk anorganik mudah dalam aplikasinya serta memiliki kandungan unsur hara makro (NPK) yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, sehingga para petani hanya memikirkan hasil produksi tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus. Berdasarkan pendapat Lingga dan Marsono (2000), yang menyatakan banyak peneliti lingkungan yang mulai menghawatirkan mengenai pengguaan pupuk anorganik yang semakin meningkat akan mengakibatkan meningkatnya populasi tanah sehingga berdampak pada kesehatan para petani itu sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak solusi dan ide kreatif. Salah satu ide atau solusi untuk menanggulangi dampak dari penggunaan pupuk anorganik tersebut dapat ditanggulangi apabila para petani dapat menciptakan solusi dari permasalahan yang timbul tersebut, maka petani harus dapat menciptakan pupuk yang dapat menjadi alternative pengganti pupuk kimia dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan untuk produkrifitas lahan pertaian. Petani dapat memproduksi pupuk itu secara mandiri dengan memanfaatkan limbah-limbah organik yang ada dilingkungan sekitar. Pupuk tersebut adalah pupuk organik. Ariwibowo (2012), menyatkan bahwa dalam penelitian pertumbuhan tanaman tomat dengan menggunakan media hidroponik yang dialiri air biasa dengan

5 pemberian pupuk limbah kulit cangkang telur (10g dan 15g) dengan air cucian beras (leri), ternyata ada pengaruh dalam pemberian pupuk tersebut. Pada campuran air cucian beras 1000ml dan kulit telur 15g dihasilkan data rerata tertinggi pada tanaman tomat, tetapi tidak menunjukkan pengaruh nyata. Ryan (2012), dalam penelitianya menyatakan bahwa pupuk dari ekstrak kulit telur dengan penambahan daun gamal dan bonggol pisang berpengaruh dalam tinggi tanaman cabai dan dapat menekan populasi Aphids craccivore. Isniati (2009), dalam penelitiannya menyatkan bahwa dalam pupuk hasil kompos dengan penambahan tepung cangkang telur menghasilkan presentase rata rata NPK yaitu N = 0,675%, P = 49,553%, K = 0,767%. Dalam pra penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan pemanfaatan pupuk organik berbahan dasar campuran limbah cangkang telur, vetsin dan air rendaman kulit bawang merah dengan perlakuan konsentrasi 20%, 30%, dan 40% mengakibatkan tanaman percobaan menjadi layu dan mati disebabkan karena konsentrasi yang terlalu tinggi sehingga dilakukan perbaikan dengan solusi mengurangi konsentrasi pada setiap perlakuaan. Cabai merah keriting merupakan salah satu kebutuhan dalam bumbu masak yang banyak digunakan dalam masakan. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan cabai merah kriting di pasaran, disamping itu biaya produksi seperti pupuk untuk penanaman cabai merah semakin meningkat, sehingga perlu adanya solusi kreatif pembuatan pupuk organik yang dapat mengganti pupuk anorganik untuk menekan biaya penanaman cabai merah keriting.

6 Cabai merah keriting merupakan tanaman perdu yang berkayu yang merupakan familia dari solaneceae. Morfologi cabai merah keriting yaitu daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak di iklim tropis (Mulyadi, 2011). Cabai memiliki nilai ekonomi tinggi, juga banyak kandungan gizi dan vitamin diantaranya kalori, karbohidrat, protein, kalsium, vitamin A dan vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya bumbu masak, masakan, obat obatan atau jamu (Nawangsih et al, 1994). Cabai mengandung senyawa serta gizi yang berguna bagi tubuh. Kandungan senyawa tersebut adalah flavenoid, kapsidin, kapsikol, kapsaikin dan minyak esensial. Kandungan gizi cabai per 100 gram adalah kalori 31,0 kal, protein 1,0 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 mg, fosfor 24 mg, serat 0,3 g, besi 0,5 mg, vitamin A 470 SI, vitamin B1 0,05 mg, vitamin B2 0,03 mg, vitamin C 18 mg, niasin 0,2 mg (susmawati dan Widyaiswara, 2013). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai APLIKASI PUPUK ORGANIK CAMPURAN LIMBAH CANGKANG TELUR DAN VETSIN DENGAN PENAMBAHAN RENDAMAN KULIT BAWANG MERAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) Var. Longum.

7 B. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah di dalam penelitian dan mencegah terjadinya perluasan masalah serta mempermudah dalam memahami masalah, maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut : 1. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah konsentrasi pupuk organik campuran limbah cangkang telur dan vetsin dengan penambahan rendaman kulit bawang merah. 2. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum. 3. Parameter Penelitian Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pemberian konsentrasi pupuk organik campuran limbah cangkang telur dan vetsin dengan penambahan rendaman kulit bawang merah terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum?

8 2. Bagaimana pertumbuhan terbaik dari berbagai perlakuan konsentrasi pupuk organik pada tanaman cabai merah kriting (Capsicum annum L) Var. Longum? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik campuran limbah cangkang telur dan vetsin dengan penambahan rendaman kulit bawang merah terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum. 2. Mengetahui pertumbuhan terbaik dari berbagai perlakuan konsentrasi pupuk organik pada tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk sosialisasi ke masyarakat khususnya petani cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum, bahwa cangkang telur dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan campuran vetsin dan rendaman kulit bawang merah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. longum.

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat (pembudidaya) 1) Menambah pengetahuan dan informasi kepada masyarakat untuk menambah wawasan tentang pembuatan pupuk organik dari bahan campuran limbah kulit cangkang telur, vetsin dan rendaman kulit bawang merah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var.Longum. b. Bagi peneliti 1) Dapat menambah wawasan, pengetahuan, maupun keterampilan peneliti khususnya yang terkait tentang pembuatan pupuk organik dari bahan campuran limbah kulit cangkang telur, vetsin dan rendaman kulit bawang merah. 2) Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam penelitian khususnya dalam membuat pupuk organik dari bahan campuran limbah kulit cangkang telur, vetsin dan rendaman kulit bawang merah untuk pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L) Var. Longum. c. Bagi peneliti selanjutnya 1) Memberikan sumbangan pemikiran dan dapat dipakai sebagai bahan masukan apabila melakukan penelitian yang sejenis. 2) Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi bagi peneliti selanjutnya.