HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Proses pertumbuhan dan perkembangan individu akan mengalami siklus berbeda dalam kehidupan manusia. Faktor pengetahuan ibu balita memegang peranan penting dalam mendeteksi dini pertumbuhan dan perkembangan balita. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2015 pemantauan tumbuh kembang berdasarkan SDIDTK didapatkan hasil sebagai berikut : Balita dengan perkembangan meragukan yaitu sebanyak 356 balita dan balita yang perkembangannya mengalami penyimpangan sebanyak 23 balita. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap bidan terhadap pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang balitan usia 0-5 tahun di Majalengka Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2015 yaitu sebanyak 31 orang. Data yang digunakan adalah data primer. Analisis yang digunakan univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan kurang dari setengahnya (41.9%) bidan tidak melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita, kurang dari setengahnya (45.2%) berpengetahuan kurang tentang deteksi dini tumbuh kembang balita, kurang dari setengahnya (48.4%) bersikap kurang baik. Ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini tumbuh kembang balita pada, p value = (0,008). Ada hubungan antara sikap dengan deteksi dini tumbuh kembang balita pada, p value = (0,019). Saran diajukan puskesmas agar bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menambah sarana dan prasarana informasi dan mengadakan pelatihan kepada bidan tentang deteksi dini tumbuh kembang balita. Bidan agar mengikuti kegiatan pelatihan SDIDTK untuk meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang Balita.
PENDAHULUAN Kesehatan merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini seperti yang dijelaskan menurut Depkes RI (2012:32) bahwa pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Pembangunan kesehatan Indonesia difokuskan untuk mengurangi Angka Kematian Bayi (AKB) dan juga Angka Kematian Balita (AKABA) yang merupakan salah satu indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2012:76). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKABA di Indonesia dari 45 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 menunjukkan bahwa AKABA mencapai 49 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2012:7). Menurut Dinas Kesehatan Majalengka (2014:27) AKABA di Kabupaten Majalengka pada tahun 2014 adalah 15,79 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Dinas Kesehatan Majalengka (2014:45) menjelaskan bahwa penyebab utama kematian balita adalah : Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (15,79%) dan pneumonia (15,79%). AKABA dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan serta faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak dan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan perkembangan balita. Menurut Depkes RI (2007:72) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya dan mampu bersaing di era global. Menurut Depkes RI (2012) pelayanan SDIDTK minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada Kohort anak balita dan atau pencatatan pelaporan lainnya. Pemantauan pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan per tinggi badan (BB/TB); pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian; pemeriksaan daya dengar, daya lihat. Berdasarkan laporan pencapaian rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun (2014:34) menjelaskan bahwa cakupan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita sebesar 71,40% dari target 90,0%. Sedangkan cakupan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita dan anak pra sekolah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013
adalah 52,1% dan tahun 2014 adalah 53,14%. Cakupan SDIDTK tahun 2013-2014 tersebut masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2014 sebesar 90% (Dinkes Jabar, 2014:36). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2014 pemantauan tumbuh kembang berdasarkan SDIDTK didapatkan hasil sebagai berikut : Balita dengan perkembangan meragukan yaitu sebanyak 356 balita dan balita yang perkembangannya mengalami penyimpangan sebanyak 23 balita. Menurut data UPTD Puskesmas Kasokandel yang dilakukan oleh peneliti didapatkan laporan hasil stimulasi dini tumbuh kembang anak oleh petugas kesehatan menunjukan bahwa balita dengan perkembangan meragukan sebanyak 16 orang dan balita yang perkembangannya mengalami penyimpangan sebanyak 10 orang. Hasil studi pendahuluan didapatkan sebanyak 6 orang (60%) bidan tidak melaksanakan SDIDTK dan sebanyak 4 orang (40%) melaksanakan SDIDTK. Pada bidan yang tidak melakukan SDIDTK dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan sikap bidan tentang SDIDTK. Menurut penelitian Rogers, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010:156). Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang secara relatif berlangsung lama yang ditujukan kepada orang, ide, obyek dan kelompok orang tertentu. Sikap merupakan suatu kondisi di dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya terhadap obyek sikap, misalnya kepatuhan bidan terhadap pelaksanaan program SDIDTK. Penelitian Hanik (2014) tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bidan dalam Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah di Puskesmas Kabupaten Sidoarjo menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan kinerja bidan dalam pelaksanaan SDIDTK di Puskesmas Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Pelaksanaan deteksi dini Tumbuh Kembang Balitan Usia 0-5 Tahun di Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka Tahun 2015 HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel
Kabupaten Majalengka tahun 2015 Tabel 4.1 Distribusi Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas tahun 2015 Deteksi dini tumbuh kembang balita f % Ya 18 58.1 Tidak 13 41.9 Total 31 100.0 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa bidan yang melaksanakan DDST sebanyak 18 orang (58,1%) dan bidan yang tidak melaksanakan DDST sebanyak 13 orang (41,9%). Bidan tidak Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan di Wilayah Kerja UPTD melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita di wilayah kerja UPTD Majalengka Tahun 2015 Majalengka tahun 2015 Pengetahuan f % Baik 17 54.8 Kurang 14 45.2 Total 31 100.0 Berdasarkan table 4.2 didapatkan bidan berpengetahuan baik sebanyak 17 orang (54,8%) dan bidan yang berpengetahuan kurang sebanyak sebanyak 14 orang (45,2%). Hasil tersebut menunjukkan kurang dari setengahnya c. Gambaran Sikap di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2015. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap di (45,2%) bidan berpengetahuan kurang tentang deteksi dini tumbuh kembang balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tahun 2015. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas tahun 2015. Sikap f % Mendukung 16 51.6
Tidak Mendukung 15 48.4 Total 31 100.0 Menurut table 4.3 didapatkan bidan yang bersikap mendukung sebanyak 16 orang (51,6%) dan bidan yang bersikap tidak mendukung sebanyak 15 orang (48,4%). Hasil tersebut menunjukkan kurang dari setengahnya (48,4%) bersikap tidak mendukung di wilayah kerja UPTD Majalengka Tahun 2015. 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Bidan dengan Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas tahun 2015 Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Bidan dengan Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Majalengka tahun 2015 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Total p Pengetahuan ak value % % f % Baik 14 82.4 3 17.6 17 100 Kurang 4 28.6 10 71.4 14 100 0,008 Total 18 58.1 13 41.9 31 100 Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa bidan yang berpengetahuan baik dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita sebesar (82.4%), sedangkan pada bidan yang berpengetahuan kurang dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita sebesar (28.6%). Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi bidan yang berpengetahuan baik dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang berpengetahuan kurang dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita. Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yangbermakna yang terlihat dari uji chi squrae dengan p value = 0,008 (< 0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini tumbuh kembang balita pada di wilayah kerja UPTD
Majalengka tahun 2015. b. Hubungan Sikap dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Tabel 4.5 Hubungan Sikap dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tahun 2015 Sikap Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Total p Ya Tidak value f % f % f % Mendukung 13 81.3 3 18.8 16 100 Tidak 5 33.3 10 66.7 15 100 0,019 Mendukung Jumlah 18 58.1 13 41.9 31 100 Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa bidan yang bersikap mendukung dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita sebesar (81.3%), sedangkan bidan yang bersikap tidak mendukung dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita sebesar (33.3%). Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi bidan yang bersikap mendukung dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita lebih tinggi dibandingkan dengan bidan yang bersikap tidak KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Deteksi Dini Tumbuh mendukung dan melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita. Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna yang terlihat dari uji chi squrae dengan p value = 0,019 (< 0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau ada hubungan antara sikap dengan deteksi dini tumbuh kembang balita pada di wilayah kerja UPTD Majalengka Tahun 2015. Kembang Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tahun 2015 dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut : 1. Kurang dari setengahnya bidan tidak melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2015 (41,9%) 2. Kurang dari setengahnya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2015 berpengetahuan kurang tentang deteksi dini tumbuh kembang balita (45,2%). 3. Kurang dari setengahnya di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kasokandel Kabupaten Majalengka tahun 2015 bersikap kurang baik (48,4%). 4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini tumbuh kembang balita pada di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2015. 5. Ada hubungan antara sikap dengan deteksi dini tumbuh kembang balita pada di wilayah kerja UPTD Majalengka Tahun 2015. Saran Saran diajukan puskesmas agar bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menambah sarana dan prasarana informasi dan mengadakan pelatihan kepada bidan tentang deteksi dini tumbuh kembang balita. Bidan agar mengikuti kegiatan pelatihan SDIDTK untuk meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang balita