Mengintip Peraturan tentang Perhutanan Sosial, Dimana Peran Penyuluh Kehutanan? oleh : Endang Dwi Hastuti*

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

: Ketentuan Umum : Pemberian & Permohonan Hak atau Izin & Pelaksanaan Kemitraan Kehutanan Bab III : Pemanfaatan Areal PS Bab IV : Jangka Waktu dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PROSES PENGAJUAN PERHUTANAN SOSIAL

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PANDUAN. Pengajuan Perhutanan Sosial

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERCEPATAN INVESTASI PERTANIAN DAN EVALUASI PERKEMBANGANNYA. Oleh Dr. Agus Justianto

BRIEF Volume 11 No. 04 Tahun 2017

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 23/Menhut-II/2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif.

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

Apakah ikan bisa memanjat?

2017, No Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan wajib menyusun rencana kerja untuk se

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Dana Bergulir. Rehabilitasi. Hutan. Lahan. Penyaluran. Pengembalian. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BRIEF Volume 11 No. 08 Tahun 2017

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

2 Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hi

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

2011, No c. bahwa dalam rangka menjamin kepastian terhadap calon pemegang izin pada areal kerja hutan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Menter

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 3/Menhut-II/2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.88/Menhut-II/2014 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran N

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

2011, No Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.89/Menhut-II/2014 TENTANG HUTAN DESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Wanawiyata. Widyakarya PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

2017, No Kehutanan tentang Kerja sama Pemanfaatan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tent

2015, No Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD, HTHR)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI PERMOHONAN HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD, HTHR)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN LINGKUNGAN HIDUP DAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Nomor : S.678/VI-BPHT/2008. Nomor : S.726/VII-KP/2008. Nomor : 276/P4TRANS/XII/2008. Nomor : 1861/P2MKT/XII/2008.

Skema Gambaran Umum Pengembangan Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa Menurut Peraturan Menteri Beserta Perbandingan Terhadap Perubahan-Perubahannya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DARI HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKM)

Penyuluh Kehutanan Swasta, Potensi Yang Perlu Digali Guna Pemberdayaan Masyarakat

STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (VLK) PADA HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH MASYARAKAT (HTR, HKm, HD, HTHR)

Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Analysis and development a comprehensive database for use by the line authorities and local communities. DIS

Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Conduct a workshop on public consultation on the policy brief on model development of Sustainable Management

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.80/Dik-2/2011. T e n t a n g

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

2017, No Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

RENJA PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Mengintip Peraturan tentang Perhutanan Sosial, Dimana Peran Penyuluh Kehutanan? oleh : Endang Dwi Hastuti* Perhutanan sosial merupakan kebijakan strategis dalam upaya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pengelolaan/pemanfaatan kawasan hutan dengan menitikberatkan pada manajemen hutan bersama masyarakat. Pemerintah memberikan akses legal kepada masyarakat sekitar hutan berupa pengelolaan Hutan Desa, Izin Usaha Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Kemitraan Kehutanan atau pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumber daya hutan. Perhutanan sosial memposisikan masyarakat sebagai mitra dalam mengelola hutan. Hal ini merupakan langkah strategis dalam pencapaian target perhutanan sosial karena masyarakat di sekitar hutan sejak dulu telah melakukan kegiatan perhutanan sosial dengan kegiatan tanam-menanam dan memelihara hutan dengan berbagai kearifan lokal. Bahkan di berbagai tempat keberhasilan masyarakat dalam mengelola hutan telah terbukti sehingga hutan benar-benar terjaga dan menjadi sumber kehidupan mereka. Pendampingan Penyuluh Kehutanan kepada Masyarakat dalam Pemanfaatan HHBK (Foto : Doc. Mada Rusli) Program Khusus Nawacita Presiden Joko Widodo menjadikan perhutanan sosial sebagai program khusus Nawacita dalam menggerakkan sektor strategis dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun, 2015-1019. Pemerintah mengalokasikan 12,7 juta hektar lahan untuk dikelola masyarakat dalam lima tahun. Hal ini tentu merupakan tantangan

tersendiri. Diperlukan sinergitas dari berbagai pihak untuk pencapaian target tersebut. Pendampingan Penyuluh Kehutanan dalam Pengembangan Kemitraan antara Kelompok Tani Hutan dengan Industri Kayu Berbahan Baku Kayu Rakyat (Foto : Doc. Nurhayadi) Payung Hukum Dalam rangka mendukung program perhutanan sosial dan pencapaian target tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial dan Nomor P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani. Selain itu diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan ( Dirjen PSKL) sebagai berikut : Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.11 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.12 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.13 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.14 Tahun 2016 tentang Pedoman Fasilitasi, Pembentukan dan Tata Cara Kerja Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (POKJA PPS) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.15 Tahun 2016 tentang Pelayanan Online/Daring Perhutanan Sosial Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.16 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa, Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan dan Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat.

Peraturan Dirjen PSKL Nomor P. 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Permohonan, Penunjukan dan Verifikasi Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS). Peraturan Dirjen PSKL Nomor P. 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemanfaatan Hutan dan Rencana Kerja Tahunan Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial. Penyuluh Kehutanan mendorong terbitnya peraturan desa sebagai upaya pemerintah desa dalam melestarikan hutan Foto : Doc. Desa Karanganyar, Pacitan, Jatim Peran Penyuluh Kehutanan Peran penyuluh kehutanan dalam perhutanan sosial disebutkan dalam Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.16 Tahun 2016. Pasal 4 peraturan tersebut menyebutkan bahwa penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD), Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (RKU-IUPHKm) dan Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (RKU-IUPHHK-HTR) berdasarkan peta areal kerja yang meliputi kegiatan : penandaan batas; pembagian blok atau zonasi; pengelolaan dan pemanfaatan serta monitoring, pelaporan dan evaluasi. Pada pasal 5 (ayat 1) disebutkan bahwa penandaan batas dilakukan dengan alat ukur kompas, meteran atau GPS dan disepakati dengan pemegang hak/pemegang izin atau pemegang izin sah lainnya yang langsung berbatasan dengan areal kerja dengan tandatanda yang mudah didapat dan dikenali di lapangan. Kesepakatan tersebut dibuat

berita acara kesepakatan (ayat 2). Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (Pokja PPS) atau Penyuluh Kehutanan berperan dalam memfasilitasi penyusunan kesepakatan tersebut (ayat 3). Selanjutnya peran Penyuluh Kehutanan juga disebutkan pada Pasal 8 ayat (2), bahwa dalam hal diperlukan revisi RPHD, RKU- IUPHKm atau RKU-IUPHHK-HTR dapat diajukan kepada Direktur atau Kepala Dinas dan difasilitasi oleh Penyuluh atau Pokja PPS. Pada pasal 9 (ayat 1) disebutkan bahwa berdasarkan RPHD atau RKU-IUPHKm atau RKU-IUPHHK-HTR dibuat Rencana Kerja Tahunan (RKT). Penyuluh Kehutanan melakukan penilaian dan pengesahan RPHD, RKU-IUPHkm dan RKU-IUPHHK-HTR yang berada dalam satu desa ( Pasal 10, ayat 1a). Selanjutnya, Pasal 10 ayat (2) menyebutkan bahwa penilaian RKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan atau oleh Kepala UPT atas nama Direktur Jenderal. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani pada Pasal 10 ayat (2), Penyuluh Kehutanan mendampingi pemohon dalam mengajukan permohonan IPHPS. Senjutnya peran Penyuluh Kehutanan disebutkan dalam Peraturan Dirjen PSKL Nomor 7 Tahun 2017 pasal 10 ayat (1) bahwa Penyuluh Kehutanan dapat menjadi anggota Tim Verifikasi Teknis permohonan IPHPS yang dibentuk oleh Direktur Jenderal PSKL. Selanjutnya pada pasal 14 ayat (4) Direktur Jenderal PSKL melakukan verifikasi lapangan penunjukan IPHPS dan dapat dilakukan bersama para pihak dengan melibatkan Penyuluh Kehutanan, Perum Perhutani, Pemerintah Desa, LSM pendamping dan Pokja PPS. Selain itu, pada pasal 20 ayat (2), Penyuluh Kehutanan dapat ditunjuk oleh pemohon dan/atau calon penerima dan/ atau pemegang IPHPS untuk menjadi pendamping. Salah satu kegiatan masyarakat dalam memanfatkan lahan bawah tegakan dengan menanam tanaman pangan dan tanaman obat melaui pendampingan penyuluh kehutanan ( Foto : Doc. Nurhayadi dan Wanawiyata Widyakarya Korut Tanggamus)

Peran Penyuluh Kehutanan juga tercantum dalam Peraturan Dirjen PSKL Nomor 8 Tahun 2017, pasal 5 bahwa Penyuluh Kehutanan dapat membantu pemegang ijin IPHPS dalam menyusun Rencana Pemanfaatan Hutan IPHPS dan dapat melakukan monitoring pelaksanaannya (pasal 19). Penyuluh Kehutanan Bisa Berperan Optimal Selain peran yang jelas tertuang dalam pasal-pasal Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.16 Tahun 2016 tersebut di atas, Penyuluh Kehutanan diharapkan dapat menjadi pendamping masyarakat atau pemegang izin setelah penerbitan izin oleh Direktur Jenderal PSKL, khususnya kegiatan perhutanan sosial yang berada di wilayah kerjanya. Untuk mengetahui sejauh mana penyuluh kehutanan dapat berperan dalam kegiatan perhutanan sosial, sebagai ilustrasi kita lihat Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.12 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm). Lampiran VII peraturan tersebut, yaitu Penerbitan IUPHKm oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. Amar KELIMA, dan KEENAM menyebutkan tentang hak dan kewajiban pemegang izin setelah setelah diberikan IUPHKm. Dalam hal ini Penyuluh Kehutanan dapat berperan dalam mendampingi masyarakat atau pemegang izin yaitu dengan : 1. Melakukan pendampingan untuk mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan pencemaran lingkungan atau pengembilalihan secara sepihak oleh pihak lain; 2. Melakukan pendampingan dalam melaksanakan usaha pemanfaatan pada areal IUPHKm sesuai dengan kearifan lokal; 3. Melakukan pendampingan untuk mendapat manfaat dari sumber daya genetik yang ada di dalam areal IUPHKm; 4. Melakukan pendampingan dalam mengembangkan ekonomi produktif berbasis kehutanan; 5. Melakukan pendampingan dalam pengelolaan HKm serta penyelesaian konflik. 6. Melakukan pendampingan kemitraan dalam pengembangan usaha. 7. Melakukan pendampingan penyusunan rencana pengelolaan hutan kemasyarakatan atau penyusunan rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan. 8. Melakukan pendampingan untuk mendapat perlakuan yang adil atas dasar gender atau bentuk lainnya Penyuluh Kehutanan juga dapat mendampingi pemegang izin dalam melaksanakan kewajibannya, yaitu dengan : 1. Melakukan pendampingan dalam menjaga arealnya dari perusakan dan pencemaran lingkungan;

2. Melakukan pendampingan dalam memberi tanda batas areal kerjanya; 3. Melakukan pendampingan penyusunan Rencana Kerja Usaha dan Rencana Kerja Tahunan 4. Melakukan pendampingan penyusunan laporan pelaksanaan kepada pemberi hak atau izin; 5. Melakukan pendampingan kegiatan penanaman dan pemeliharaan hutan di areal kerjanya 6. Melakukan pendampingan dalam melaksanakan tata usaha hasil hutan 7. Melakukan pendampingan dalam membayar provisi sumber daya hutan 8. Melakukan pendampingan dalam mempertahankan fungsi hutan 9. Melakukan pendampingan pelaksanaan perlindungan hutan Salah Satu Contoh Dampak Keberhasilan Masyarakat dalam Melestarikan Sumber Daya Hutan melalui Pendampingan Penyuluh Kehutanan (Foto: Doc Nurhayadi)

Bagaimana Mengoptimalkan Peran Penyuluh Kehutanan? Jika kita perhatikan hak dan kewajiban pemegang izin HKm tersebut di atas maka peran Penyuluh Kehutanan sangat diperlukan. Bagaimana agar Penyuluh Kehutanan dapat berperan secara optimal? Pertama, diperlukan kebijakan dari Pusat agar Penyuluh Kehutanan dimasukkan sebagai anggota Pokja PPS. Kedua, perlu kebijakan agar kegiatan perhutanan sosial yang berada di wilayah kerja Penyuluh Kehutanan memberdayakan Penyuluh Kehutanan sebagai pendamping. Dalam hal ini bukan berarti bahwa Penyuluh Kehutanan merupakan satu-satunya pendamping, tetapi pendampingan oleh Penyuluh Kehutanan dapat dikolaborasikan dengan LSM atau pendamping lain yang ditetapkan. Perlu diketahui bahwa Penyuluh Kehutanan terdiri dari Penyuluh Kehutanan PNS, Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) dan Penyuluh Kehutanan Swasta (PKS). Sesuai data sampai dengan September 2017, jumlah penyuluh kehutanan PNS sebanyak 3.162 orang, PKSM 4219 orang dan PKS 441 orang. Untuk menetapkan pendamping dari Penyuluh Kehutanan perlu disandingkan data sebaran Penyuluh Kehutanan dengan data lokasi dan kelompok masyarakat pemegang izin kegiatan perhutanan sosial. Ketiga, perlu prakondisi Penyuluh Kehutanan yang akan ditugaskan sebagai pendamping kegiatan perhutanan sosial melalui peningkatan kapasitas berupa pembekalan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perhutanan sosial. Untuk mensukseskan kegiatan perhutanan sosial perlu pendampingan oleh Penyuluh Kehutanan. Ketersediaan Penyuluh Kehutanan dan kompetensinya sebagai pendamping perlu menjadi perhatian untuk suksesnya program ini. * Penyuluh Kehutanan pada Pusat Penyuluhan, BP2SDM **Dirangkum dari berbagai sumber