Mengintip Peraturan tentang Perhutanan Sosial, Dimana Peran Penyuluh Kehutanan? oleh : Endang Dwi Hastuti* Perhutanan sosial merupakan kebijakan strategis dalam upaya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pengelolaan/pemanfaatan kawasan hutan dengan menitikberatkan pada manajemen hutan bersama masyarakat. Pemerintah memberikan akses legal kepada masyarakat sekitar hutan berupa pengelolaan Hutan Desa, Izin Usaha Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Kemitraan Kehutanan atau pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumber daya hutan. Perhutanan sosial memposisikan masyarakat sebagai mitra dalam mengelola hutan. Hal ini merupakan langkah strategis dalam pencapaian target perhutanan sosial karena masyarakat di sekitar hutan sejak dulu telah melakukan kegiatan perhutanan sosial dengan kegiatan tanam-menanam dan memelihara hutan dengan berbagai kearifan lokal. Bahkan di berbagai tempat keberhasilan masyarakat dalam mengelola hutan telah terbukti sehingga hutan benar-benar terjaga dan menjadi sumber kehidupan mereka. Pendampingan Penyuluh Kehutanan kepada Masyarakat dalam Pemanfaatan HHBK (Foto : Doc. Mada Rusli) Program Khusus Nawacita Presiden Joko Widodo menjadikan perhutanan sosial sebagai program khusus Nawacita dalam menggerakkan sektor strategis dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun, 2015-1019. Pemerintah mengalokasikan 12,7 juta hektar lahan untuk dikelola masyarakat dalam lima tahun. Hal ini tentu merupakan tantangan
tersendiri. Diperlukan sinergitas dari berbagai pihak untuk pencapaian target tersebut. Pendampingan Penyuluh Kehutanan dalam Pengembangan Kemitraan antara Kelompok Tani Hutan dengan Industri Kayu Berbahan Baku Kayu Rakyat (Foto : Doc. Nurhayadi) Payung Hukum Dalam rangka mendukung program perhutanan sosial dan pencapaian target tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial dan Nomor P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani. Selain itu diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan ( Dirjen PSKL) sebagai berikut : Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.11 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.12 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.13 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IUPHHK-HTR) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.14 Tahun 2016 tentang Pedoman Fasilitasi, Pembentukan dan Tata Cara Kerja Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (POKJA PPS) Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.15 Tahun 2016 tentang Pelayanan Online/Daring Perhutanan Sosial Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.16 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa, Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan dan Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat.
Peraturan Dirjen PSKL Nomor P. 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Permohonan, Penunjukan dan Verifikasi Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS). Peraturan Dirjen PSKL Nomor P. 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemanfaatan Hutan dan Rencana Kerja Tahunan Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial. Penyuluh Kehutanan mendorong terbitnya peraturan desa sebagai upaya pemerintah desa dalam melestarikan hutan Foto : Doc. Desa Karanganyar, Pacitan, Jatim Peran Penyuluh Kehutanan Peran penyuluh kehutanan dalam perhutanan sosial disebutkan dalam Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.16 Tahun 2016. Pasal 4 peraturan tersebut menyebutkan bahwa penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Desa (RPHD), Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (RKU-IUPHKm) dan Rencana Kerja Usaha Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (RKU-IUPHHK-HTR) berdasarkan peta areal kerja yang meliputi kegiatan : penandaan batas; pembagian blok atau zonasi; pengelolaan dan pemanfaatan serta monitoring, pelaporan dan evaluasi. Pada pasal 5 (ayat 1) disebutkan bahwa penandaan batas dilakukan dengan alat ukur kompas, meteran atau GPS dan disepakati dengan pemegang hak/pemegang izin atau pemegang izin sah lainnya yang langsung berbatasan dengan areal kerja dengan tandatanda yang mudah didapat dan dikenali di lapangan. Kesepakatan tersebut dibuat
berita acara kesepakatan (ayat 2). Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (Pokja PPS) atau Penyuluh Kehutanan berperan dalam memfasilitasi penyusunan kesepakatan tersebut (ayat 3). Selanjutnya peran Penyuluh Kehutanan juga disebutkan pada Pasal 8 ayat (2), bahwa dalam hal diperlukan revisi RPHD, RKU- IUPHKm atau RKU-IUPHHK-HTR dapat diajukan kepada Direktur atau Kepala Dinas dan difasilitasi oleh Penyuluh atau Pokja PPS. Pada pasal 9 (ayat 1) disebutkan bahwa berdasarkan RPHD atau RKU-IUPHKm atau RKU-IUPHHK-HTR dibuat Rencana Kerja Tahunan (RKT). Penyuluh Kehutanan melakukan penilaian dan pengesahan RPHD, RKU-IUPHkm dan RKU-IUPHHK-HTR yang berada dalam satu desa ( Pasal 10, ayat 1a). Selanjutnya, Pasal 10 ayat (2) menyebutkan bahwa penilaian RKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilakukan oleh Penyuluh Kehutanan atau oleh Kepala UPT atas nama Direktur Jenderal. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.39/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani pada Pasal 10 ayat (2), Penyuluh Kehutanan mendampingi pemohon dalam mengajukan permohonan IPHPS. Senjutnya peran Penyuluh Kehutanan disebutkan dalam Peraturan Dirjen PSKL Nomor 7 Tahun 2017 pasal 10 ayat (1) bahwa Penyuluh Kehutanan dapat menjadi anggota Tim Verifikasi Teknis permohonan IPHPS yang dibentuk oleh Direktur Jenderal PSKL. Selanjutnya pada pasal 14 ayat (4) Direktur Jenderal PSKL melakukan verifikasi lapangan penunjukan IPHPS dan dapat dilakukan bersama para pihak dengan melibatkan Penyuluh Kehutanan, Perum Perhutani, Pemerintah Desa, LSM pendamping dan Pokja PPS. Selain itu, pada pasal 20 ayat (2), Penyuluh Kehutanan dapat ditunjuk oleh pemohon dan/atau calon penerima dan/ atau pemegang IPHPS untuk menjadi pendamping. Salah satu kegiatan masyarakat dalam memanfatkan lahan bawah tegakan dengan menanam tanaman pangan dan tanaman obat melaui pendampingan penyuluh kehutanan ( Foto : Doc. Nurhayadi dan Wanawiyata Widyakarya Korut Tanggamus)
Peran Penyuluh Kehutanan juga tercantum dalam Peraturan Dirjen PSKL Nomor 8 Tahun 2017, pasal 5 bahwa Penyuluh Kehutanan dapat membantu pemegang ijin IPHPS dalam menyusun Rencana Pemanfaatan Hutan IPHPS dan dapat melakukan monitoring pelaksanaannya (pasal 19). Penyuluh Kehutanan Bisa Berperan Optimal Selain peran yang jelas tertuang dalam pasal-pasal Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.16 Tahun 2016 tersebut di atas, Penyuluh Kehutanan diharapkan dapat menjadi pendamping masyarakat atau pemegang izin setelah penerbitan izin oleh Direktur Jenderal PSKL, khususnya kegiatan perhutanan sosial yang berada di wilayah kerjanya. Untuk mengetahui sejauh mana penyuluh kehutanan dapat berperan dalam kegiatan perhutanan sosial, sebagai ilustrasi kita lihat Peraturan Dirjen PSKL Nomor P.12 Tahun 2016 tentang Pedoman Verifikasi Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm). Lampiran VII peraturan tersebut, yaitu Penerbitan IUPHKm oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. Amar KELIMA, dan KEENAM menyebutkan tentang hak dan kewajiban pemegang izin setelah setelah diberikan IUPHKm. Dalam hal ini Penyuluh Kehutanan dapat berperan dalam mendampingi masyarakat atau pemegang izin yaitu dengan : 1. Melakukan pendampingan untuk mendapat perlindungan dari gangguan perusakan dan pencemaran lingkungan atau pengembilalihan secara sepihak oleh pihak lain; 2. Melakukan pendampingan dalam melaksanakan usaha pemanfaatan pada areal IUPHKm sesuai dengan kearifan lokal; 3. Melakukan pendampingan untuk mendapat manfaat dari sumber daya genetik yang ada di dalam areal IUPHKm; 4. Melakukan pendampingan dalam mengembangkan ekonomi produktif berbasis kehutanan; 5. Melakukan pendampingan dalam pengelolaan HKm serta penyelesaian konflik. 6. Melakukan pendampingan kemitraan dalam pengembangan usaha. 7. Melakukan pendampingan penyusunan rencana pengelolaan hutan kemasyarakatan atau penyusunan rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan. 8. Melakukan pendampingan untuk mendapat perlakuan yang adil atas dasar gender atau bentuk lainnya Penyuluh Kehutanan juga dapat mendampingi pemegang izin dalam melaksanakan kewajibannya, yaitu dengan : 1. Melakukan pendampingan dalam menjaga arealnya dari perusakan dan pencemaran lingkungan;
2. Melakukan pendampingan dalam memberi tanda batas areal kerjanya; 3. Melakukan pendampingan penyusunan Rencana Kerja Usaha dan Rencana Kerja Tahunan 4. Melakukan pendampingan penyusunan laporan pelaksanaan kepada pemberi hak atau izin; 5. Melakukan pendampingan kegiatan penanaman dan pemeliharaan hutan di areal kerjanya 6. Melakukan pendampingan dalam melaksanakan tata usaha hasil hutan 7. Melakukan pendampingan dalam membayar provisi sumber daya hutan 8. Melakukan pendampingan dalam mempertahankan fungsi hutan 9. Melakukan pendampingan pelaksanaan perlindungan hutan Salah Satu Contoh Dampak Keberhasilan Masyarakat dalam Melestarikan Sumber Daya Hutan melalui Pendampingan Penyuluh Kehutanan (Foto: Doc Nurhayadi)
Bagaimana Mengoptimalkan Peran Penyuluh Kehutanan? Jika kita perhatikan hak dan kewajiban pemegang izin HKm tersebut di atas maka peran Penyuluh Kehutanan sangat diperlukan. Bagaimana agar Penyuluh Kehutanan dapat berperan secara optimal? Pertama, diperlukan kebijakan dari Pusat agar Penyuluh Kehutanan dimasukkan sebagai anggota Pokja PPS. Kedua, perlu kebijakan agar kegiatan perhutanan sosial yang berada di wilayah kerja Penyuluh Kehutanan memberdayakan Penyuluh Kehutanan sebagai pendamping. Dalam hal ini bukan berarti bahwa Penyuluh Kehutanan merupakan satu-satunya pendamping, tetapi pendampingan oleh Penyuluh Kehutanan dapat dikolaborasikan dengan LSM atau pendamping lain yang ditetapkan. Perlu diketahui bahwa Penyuluh Kehutanan terdiri dari Penyuluh Kehutanan PNS, Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) dan Penyuluh Kehutanan Swasta (PKS). Sesuai data sampai dengan September 2017, jumlah penyuluh kehutanan PNS sebanyak 3.162 orang, PKSM 4219 orang dan PKS 441 orang. Untuk menetapkan pendamping dari Penyuluh Kehutanan perlu disandingkan data sebaran Penyuluh Kehutanan dengan data lokasi dan kelompok masyarakat pemegang izin kegiatan perhutanan sosial. Ketiga, perlu prakondisi Penyuluh Kehutanan yang akan ditugaskan sebagai pendamping kegiatan perhutanan sosial melalui peningkatan kapasitas berupa pembekalan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perhutanan sosial. Untuk mensukseskan kegiatan perhutanan sosial perlu pendampingan oleh Penyuluh Kehutanan. Ketersediaan Penyuluh Kehutanan dan kompetensinya sebagai pendamping perlu menjadi perhatian untuk suksesnya program ini. * Penyuluh Kehutanan pada Pusat Penyuluhan, BP2SDM **Dirangkum dari berbagai sumber