TINJAUAN PUSTAKA. Cekaman kekeringan adalah kondisi perubahan lingkungan yang. kekurangan air yang akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau

dokumen-dokumen yang mirip
TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Centrosema pubescens

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

e 0 Tidak Lekat (non sticky)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah murbei adalah Morus spp terdapat kira-kira 68 spesies dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan adalah kondisi perubahan lingkungan yang kekurangan air yang akan menurunkan atau merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan. Cekaman kekeringan mempengaruhi semua aspek pertumbuhan dan metabolisme tanaman termasuk integritas membran, kandungan pigmen, keseimbangan osmotik, aktivitas fotosintesis (Anjum et al., 2011; Bhardwaj dan Yadav, 2012), penurunan potensial air protoplasma (Mundre, 2002), penurunan pertumbuhan (Suhartono et al., 2008), dan penurunan diameter batang (Belitz dan Sams, 2007). Jika kebutuhan air tidak dipenuhi maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, karena air berfungsi melarutkan unsur hara dan membantu proses metabolisme dalam tanaman (Wayah et al., 2014). Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap akar tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pf ( Kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 2008). Cara adaptasi tanaman terhadap kekeringan bervariasi tergantung jenis tumbuhan dan tahap-tahap perkembangan tumbuhan (Anjum et al., 2011). Respon adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat berupa respon jangka panjang, seperti perubahan pertumbuhan, dan perubahan biokimiawi. Perubahan pertumbuhan meliputi penurunan pertumbuhan batang dan daun, sedangkan perubahan biokimia dapat berupa akumulasi senyawa organik kompatibel yang berfungsi menjaga keseimbangan osmolit dalam tubuh tumbuhan

(Arve et al., 2011). Salah satu senyawa organik kompatibel yang sering diamukulasi oleh tanaman ketika berada pada kondisi kekeringan yaitu prolin (Farooq et al., 2009). Peranan prolin adalah sebagai penampung nitrogen dari berbagai senyawa nitrogen yang berasal dari kerusakan protein, sebagai senyawa pelindung untuk mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di sel (Universitas Gajah Mada, 2016). Kapasitas Lapang Kapasitas lapang adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam tanah berimbang, biasanya dicapai 2 atau 3 hari sejak terjadi pembasahan atau hujan, dan setelah proses drainase berhenti. Bila tanah dalam keadaan kering, pemberian air ditujukan untuk membasahi tanah sampai mencapai kapasitas lapangan, khususnya disekitar daerah perakaran tanaman. Kandungan air tanah pada kapasitas lapangan sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya tekstur tanah, kandungan air tanah awal, dan kedalaman permukaan air tanah (Kurnia et al., 2014). Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan air bagi konsumsinya (Kurnia et al., 2014). Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat

menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung dari tekstur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 3 inci (Kurnia et al., 2014). Air merupakan komponen penting dalam tanah yang dapat menguntungkan dan sering pula merugikan. Beberapa peranan yang menguntungkan dari air dalam tanah adalah sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman, sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, sebagai penopang aktivitas mikroba dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman, sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah, sebagai stabilisator temperatur tanah dan mempermudah dalam pengolahan tanah (Hanafiah, 2007). Air di dalam tanah adalah salah satu faktor penting dalam produksi tanaman. Air harus tersedia dalam tanah untuk menggantikan air yang hilang karena evaporasi dari tanah dan transpirasi dari tanaman. Air dalam tanah selalu membawa nutrisi dalam larutannya untuk pertumbuhan tanaman (Thorne, 1979). Selain beberapa peranan yang menguntungkan, air tanah juga menyebabkan beberapa hal yang merugikan, yaitu mempercepat proses pemiskinan hara dalam tanah akibat proses pencucian yang terjadi secara intensif, mempercepat proses perubahan horizon dalam tanah akibat terjadinya eluviasi dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah dan menghambat aliran udara ke dalam tanah apabila dalam kondisi jenuh air yang menjadikan ruang pori secara

keseluruhan terisi air sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar tanaman, serta menyebabkan perubahan reaksi tanah dari reaksi aerob menjadi reaksi anaerob (Yulipriyanto, 2010). Menurut Hardjowigeno (2003), bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Kapasitas lapang adalah jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah. Keadaan ini dapat dicapai jika kita memberi air pada tanah sampai terjadi kelebihan air, setelah itu kelebihan airnya dibuang. Jadi pada keadaan ini semua rongga pori terisi air (Sutanto, 2005). Setelah semua pori terisi udara (terjadi kapasitas penyimpanan air maksimum) pemberian air dihentikan. Karena adanya gaya gravitasi, gerakan air tanah tetap berlangsung. Gerakan ini makin lama makin lambat dan setelah kurang lebih dua sampai tiga hari gerakan tersebut praktis terhenti, pada keadaan ini air dalam tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Jika proses kehilangan air dibiarkan berlangsung terus, pada suatu saat akhirnya kandungan air tanah sedemikian rendahnya sehingga energi potensialnya sangat tinggi dan mengakibatkan tanaman tidak mampu menggunakan air tersebut. Hal ini ditandai dengan layunya tanaman terus menerus, oleh karena itu keadaan air tanah pada keadaan ini disebut titik layu permanen (Sutanto, 2005). Air tanah yang berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen merupakan air yang dapat digunakan oleh tanaman, oleh karena itu disebut air tersedia (available water). Perbedaan tekstur, kadar bahan organik dan

kematangannya merupakan penyebab berbedanya tingginya kadar air pada masing-masing kondisi kapasitas lapang, titik layu permanen dan air tersedia. Hal ini dikarenakan kandungan air pada saat kapasitas lapang dan titik layu permanen berbeda pada setiap tanah yang memiliki tekstur berbeda. Pada tanah pasir nilai titik layu permanen maupun kapasitas lapang berada pada nilai terendah. Nilainilai itu semakin meningkat dengan semakin tingginya kadar debu, liat dan bahan organik tanah (Islami dan Utomo, 2011). Kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi (Hanafiah, 2007). Hijauan Makanan Ternak Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan juga berfungsi sebagai suplai zat gizi seperti protein, energi, vitamin, dan mineral. Penyediaan pakan yag berkesinambungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi seekor ternak (Murtidjo, 2001). Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun, termasuk kedalamnya rumput (gramineae), leguminose dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka. Untuk dapat dijadikan bahan makanan yang sempurna, hijauan harus memenuhi 3 syarat penting, yaitu; mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, mudah dicerna, diberikan dalam jumlah yang cukup (Sumaprastowo, 2000). Leguminosa merupakan tanaman yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesuburan

tanah. Mengikat nitrogen dari udara oleh leguminosa dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara terutama nitrogen bagi tanaman disampingnya (Mansyur et al., 2005). Leguminosa memiliki sifat yang berbeda dengan rumput-rumputan. Leguminosa adalah tanaman dikotiledon (bijinya terdiri dari dua kotiledon atau disebut juga berkeping dua. Leguminosa mempunyai sifat-sifat yang baik sebagai bahan pakan dan mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi (Susetyo et al., 2001). Ditinjau dari bentuknya, tanaman leguminosa dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Leguminosa Pohon; merupakan jenis tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi lebih dari 1,5 meter. 2. Leguminosa Semak; merupakan jenis tanaman leguminosa yang mempunyai tinggi kurang dari 1,5 meter. Sifat tumbuhnya memanjat (twinning) dan merambat (trilling) (Dodymisa, 2015). Stylosanthes guianensis Legum Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salah satu tanaman pakan yang sangat disukai ternak, kaya akan protein dan mineral. Kandungan nutrisi hasil uji lab BPMSP Bekasi Tahun 2015: kadar air 76,63%, abu 10,98%, protein kasar 19,87%, lemak kasar 1,51%, serat kasar 32,27%, Ca 1,82% dan P 0,19%. Stylo ini sangat disukai ternak ruminansia seperti kambing, domba maupun sapi dan kerbau, bahkan dapat digunakan pula sebagai feed suplement untuk ternak ayam, babi dan ikan. Tanaman ini dapat diberikan dalam keadaan segar atau kering yang diproses dalam bentuk tepung daun. Salah satu kelebihan dari legum ini adalah daun dan batang lembut walaupun umur tanaman sudah cukup tua

karena panen/ pemotongan yang terlambat, sehingga pemberiannya kepada ternak masih baik dilakukan karena tidak berpengaruh terhadap palatabilitas ternak (Balai Inseminasi Buatan Lembang, 2016). Sistematika Stylosanthes guianensis adalah Phylum :Spermatophytae, Sub phylum: Angiospermae, Classis: Dicotyledoneae, Ordo: Rosales, Sub Ordo: Rosinae, Famili: Leguminoseae, Sub Famili: Papilionaceae, Genus: Stylosanthes, Species: Stylosanthes guianensis (Reksohadiprodjo, 2005). Legum stylo (Stylosanthes guianensis) termasuk tanaman berumur panjang (menahun) yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 100 150 cm menyerupai semak. Tanaman ini mempunyai batang yang kasar, berbulu serta rimbun menutupi tanah. Tanaman ini setiap tangkai berdaun tiga helai dan berbentuk elips atau pedang yang ujungnya meruncing. Panjang daun 1-6 cm, agak berbulu dengan tangkai daun panjangnya 1-10 mm. Bunganya berbentuk kupu-kupu kecil tersusun dalam tandan dan berwarna kuning, karangan bunga terdiri dari beberapa kumpulan bunga yang setiap karangan bunga mengandung 40 bunga. Stylo (Stylosanthes guianensis) berbuah polong, setiap polongnya mengandung satu biji yang berwarna coklat kekuningan. Panjang tiap polongnya 2-3 mm, lebarnya 1,5-2,5 mm. Sedangkan system perakarannya luas masuk jauh ke dalam tanah, sehingga tahan terhadap kekeringan (Hardjowigeno, 2003). Legume stylo dapat tumbuh di tanah yang luas kisaran kondisinya dengan curah hujan sedang sampai tinggi di daerah tropik dan subtropik, sangat toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah (Reksohadiprodjo, 2005). Legume stylo (Stylosanthes guianensis) dapat tumbuh baik pada tanah-tanah kering maupun basah serta cocok ditanam pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan

minimal 875 mm setahun dengan ketinggian 0 1000 mm di atas permukaan laut. Legume stylo merupakan jenis legume yang memberikan harapan baik untuk sebagian besar daerah di Indonesia (Manetje dan Jones, 2000). Disamping itu tanaman stylo dapat berfungsi dengan baik terhadap penutupan tanah dengan perakaran yang dalam mampu mencegah terjadinya evaporasi yang berlebihan sehingga lebih memungkinkan tersedianya air dalam tanah yang merupakan faktor penting dalam mekanisme penyerapan hara dimana akar lebih banyak mengabsorbsi hara dalam suasana lembab dari pada bila akar tumbuh dalam suasana kering (Sabiham et al., 2007). Umur tanaman berpengaruh pada kandungan nutrisi dan produksi legum stylo. Pemotongan lebih awal akan meningkatkan kandungan protein kasar pada daun dan batang, namun menurun pada produksi biomassa dan menurun pada kandungan dinding sel. Pada pemotongan yang lebih lama produksi tanaman meningkat, namun kualitasnya menurun berhubungan dengan kandungan dinding sel meningkat dan kandungan protein kasar menurun (Boschini, 2002). Legum stylo tidak tahan terhadap pemotongan yang pendek karena harus ada tunas batang untuk pertumbuhan kembali, sehingga pemotongan yang baik dilakukan 20-25 cm di atas permukaan tanah. Berbeda dengan jenis rumputan, umur panen lebih singkat. Panen pertama 3 bulan (90 hari setelah masa tanam) sedangkan penen berikutnya 30-40 hari pada musim penghujan dan 40-50 hari pada musim kemarau dengan tinggi pemotongan 5-10 cm dari permukaan tanah (Reksohadiprodjo, 2005).

Pueraria javanica Genus Pueraria berasal dari Asia bagian Timur dan Kepulauan Pasifik. Legum ini bersifat membelit, merambat, dan dapat membentuk semak yang rimbun dengan perakaran yang berbentuk tuber yang kuat dengan pokok akar yang disebut mahkota (crown). Nama lain Pueraria javanica adalah puero atau kacang ruji (Reksohadiprodjo, 2005). Pueraria javanica digunakan sebagai makanan ternak, sangat palatabel untuk ruminansia (Allen, 1981). Kandungan nutrisi Pueraria javanica terdiri dari protein kasar 20,5 %, serat kasar 37, 9 %, dan lemak kasar 2,0 % (Gohl, 1981), produksi bahan kering dari hijauan Pueraria javanica berkisar antara 5-10 ton/ hektar (Rukmana, 2005). Pueraria javanica memiliki kultur teknis dikembangbiakkan dengan biji. Puero termasuk tanaman jenis legum berumur panjang yang berasal dari daerah subtropis, tetapi bisa hidup didaerah tropik dengan kelembapan yang tinggi. Tanaman ini tumbuh menjalar (membelit), bisa membentuk hamparan dengan ketinggian 60-75 cm (Sutopo, 1985), tanaman ini mempunyai panjang sulur sekitar 1-3 m (Skerman, 1997). Puero berasal dari india Timur, siklus hidupnya perenial. Ciri-cirinya tumbuh merambat, membelit dan memanjat. Sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Soegiri, 1982). Puero mempunyai stolon yang dapat mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya yang bersinggungan dengan tanah. Perakarannya dalam dan bercabangcabang, sehingga puero dapat berfungsi sebagai pencegah erosi, tahan musim kemarau yang tidak terlalu panjang. Puero tahan pula terhadap tanah masam dan

tanah kekurangan kapur dan fospor, tahan permukaan air yang tinggi, dapat hidup ditanah liat maupun berpasir (Reksohadiprodjo, 2005). Jenis legum ini tergolong tanaman pioner dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menekan pertumbuhan gulma (Maulidesta, 2005). Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan merupakan rangkaian proses fisiologis dalam tanaman berupa perubahan bentuk dan ukuran akibat pembelahan, pembesaran dan perbanyakan sel (Anderson et al., 2001). Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman menjadi semakin besar dan menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik akan mempengaruhi proses fisiologi tanaman, sedangkan faktor lingkungan dipengaruhi oleh temperatur, kadar air tanah dan unsur hara (Sitompul dan Guritno, 1995). Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus menerus seumur hidup. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama yaitu faktor eksternal/faktor lingkungan yang terdiri dari iklim (cahaya, suhu, air, panjang hari, angin, gas) edapik atau tanah (tekstur, struktur, bahan organik, kapasitas pertukaran kation, ph, kejenuhan basa dan ketersediaan nutrien tanah). Faktor internal/dari dalam tanaman seperti ketahanan terhadap iklim dan tanah (Gardner et al., 2008). Semua organisme mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan volume dan jumlah sel yang mengakibatkan bertambah besarnya organisme. Pertumbuhan bersifat ireversibel, artinya organisme yang tumbuh tidak akan kembali keukuran semula (Anderson et al., 2001).

Pengukuran hasil proses pertumbuhan dapat diukur melalui pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, produksi segar, produksi bahan kering, dan diameter tanaman. Parameter berat basah atau berat segar kurang dapat digunakan sebagai ukuran pertumbuhan tanaman, hal ini dikarenakan sering terjadi fluktuasi berat yang bergantung pada kelembapan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Tinggi Tanaman Pertumbuhan tanaman didefenisikan sebagai pertambahan ukuran yang dapat diketahui dengan adanya pertambahan panjang, diameter, dan luas bagian tanaman. Tinggi tanaman rnerupakan salah satu kornponen tumbuh pada tanaman, tinggi tanaman juga merupakan indikator yang sering dilihat dalam pertumbuhan tanaman maupun parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan tanaman. Pengukuran dilakukan secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah (Harjadi, 1993). Produksi Bahan Segar Produksi hijauan pakan merupakan produksi kumulatif panen selama satu tahun seluas lahan penanaman. Produksi segar diperoleh dari produk total hijauan saat tanaman dipanen. Bagian tanaman yang dipanen adalah semua bagian areal tanaman yang dipotong pada ketinggian ±10 cm dari tanah kemudian langsung ditimbang. Komponen produksi segar yang paling utama adalah biomassa daun dan batang (Susetyo et al., 2001). Produksi Bahan Kering Bahan kering adalah bahan pakan yang tidak mengandung air. Di dalam bahan kering ini sendiri terdapat mineral dan bahan organik (Kartadisastra, 1997).

Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis) (Immawatitari, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar bahan kering antara lain : jenis tanaman, fase pertumbuhan, waktu pemotongan, air tanah serta kesuburan tanah. Kandungan bahan kering tanaman pada musim penghujan relatif rendah karena pertumbuhan tanaman lebih cepat, air tercukupi dan kondisi lingkungan lembab sehingga transpirasi berkurang (Reksohadiprodjo, 2005). Proses respirasi masih dapat terjadi pada hijauan segar yang telah dipotong, respiprasi akan mengambil O 2 dari lingkungan serta menggunakan cadangan makanan berupa karbohidrat dan bahan lain untuk menghasilkan energi, uap air serta panas. Respirasi adalah salah satu faktor utama kehilangan bahan kering pada proses pengeringan karena proses respiasi menggunakan substrat berupa gula dan asam-asam lainnya. Suhu diidentifikasi sebagai faktor lingkungan utama yang menyebabkan proses respirasi pada produk segar. Reaksi biologisnya meningkat terus dengan bertambahnya suhu lingkungan (naik setiap penambahan suhu 10 0 C) (Ludlow et al., 1980). Biomassa Akar Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman, potensi pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi pertumbuhan bagian atas tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak akar semakin tinggi hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Pertumbuhan akar

yang kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila akar mengalami kerusakan dan kurang berfungsi, maka pertumbuhan pucuk juga akan kurang berfungsi (Gardner et al., 2008). Pengukuran biomassa total tanaman akan merupakan parameter yang paling baik digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman, alasan pokok lain dalam penggunaan biomassa total tanaman adalah bahwa bahan kering tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Karena itu parameter ini dapat digunakan sebagai ukuran global pertumbuhan tanaman dengan segala peristiwa yang dialaminya (Sitompul dan Guritno, 1995). Tanah Latosol Tanah latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen dan metafomorf (proses terjadinya batuan hingga tanah setelah meletusnya gunung berapi). Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu: merupakan jenis tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur lempung, warna coklat, merah hingga kuning, terseba di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000 meter diatas permukaan laut, mudah menyerap air, kandungan bahan organik sedang, memiliki ph 6-7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan Aluminium, kadar humusnya mudah menurun (Purwaningsih, 2013). Tanah ini tersebar di kawasan bukit barisan (Sumatera), jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi. Tanah ini juga bersuhu sedang

karena merupakan bagian dari tanah vulkanis yang bersuhu sedang (Purwaningsih, 2013). Tanah latosol disebut juga sebagai tanah inseptisol. Tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal yaitu dari 130 cm sampai 5 meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9% tapi biasanya sekitar 5% saja. Reaksi tanah bekisar antara ph 4,5 6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur haranya. Semakin merah tanah, kadar unsur haranya semakin sedikit. Pada umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai sedang. Sedikit lebih sukar merembes air, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi (Purwaningsih, 2013). Pada umunya tanah latosol ini kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah, sedangkan produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tanah ini memerlukan input yang memadai. Tanaman yang bisa ditanam didaerah ini adalah padi (persawahan), sayur-sayuran dan buah-buahan, palawija, kemudian kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi dan lada. Secara keseluruhan tanah latosol mempunyai sifat-sifat fisik yang baik akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik (Purwaningsih, 2013).