BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Pajak dalam hal ini adalah penerimaan cukai menjadi andalan

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLIKASI YURIDIS TERHADAP PARA PIHAK DALAM PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI DENGAN MENGUNAKAN JAMINAN ASURANSI EXISE BOND PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN an di Amerika Serikat, pada saat itu system ini dikenal dengan nama charge-it

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 68/PMK.04/2009 TENTANG

FASILITAS PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI PANARUKAN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. sektor pajak, khususnya penerimaan di sektor cukai hasil tembakau. Yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PMK.04/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. kecuali kematian, meskipun demikian juga tetap mengandung ketidakpastian

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-27/BC/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

Dr. Oyok Abuyamin Bin H. Abas Z, S.H., M.H.,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

*35150 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1997 (5/1997) TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan atau yang sering disamakan dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori atas Penyelesaian BM & PDRI pada Pekerjaan Subkontrak dari Kawasan Berikat ke TLDDP pada KPPBC TMC Kudus.

FASILITAS PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI PANARUKAN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DI BIDANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 29 /BC / 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. country), dimana pada saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA DI BIDANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Indonesia. Pembangunan nasional indonesia bertujuan untuk mewujudkan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan jasa keuangan lainnya. Menurut undang-undang perbankan. ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 64/PUU-XI/2013 Pajak Rokok

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan kendaraan di indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang bersinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk Mewujudkan itu maka perlu di perhatikan keserasian, keselarasan dan berkesinambungan dalam membagun perekonomian negara. Cukai mempunyai perananya yang sangat besar dalam menjalankan roda pemerintahan. Pajak dalam hal ini adalah penerimaan cukai menjadi andalan utama bagi sebuah Negara mempunyai tekad kemandirian dalam pembiyaan pembangunan. Dengan tidak adanya pemasukan pajak, maka Negara tidak dapat berbuat apa-apa, dimana lebih kurang 60% sampai 70 % hasil penerimaan Negara berasal dari pajak dalam membiyai pengeluaran Negara, khususnya untuk pengeluaran rutin. 1 Mengingat begitu besarnya peranan cukai hasil tembakau terhadap penerimaan negara, hal ini lebih difokuskan pada kondisi industri rokok di Indonesia, berkaitan dengan hal ini adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai, Pengertian cukai berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 adalah 1 Anshari Setia Negara, Tunggul, Pengantar hukum pajak, Bayu Media 2006 hal 2 1

sebagai berikut, Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini Maksud dari barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik adalah barang yang : 1. Konsumsinya perlu dikendalikan; 2. Peredarannya perlu diawasi; 3. Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup; atau 4. Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan, dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini. Barang- barang yang mempunyai sifat dan karakteristik tersebut diatas dinamakan Barang Kena Cukai. Sedangkan perusahaan rokok sendiri mengalami kesulitan dalam produktifitasnya karena tujuan cukai sendiri adalah pembatasan atas produk itu dimana hal ini mengakibatkan adanya upaya pemerintah yang terus menaikan tarif cukai yang mengakibatkan banyak perusahaan rokok yang gulung tikar atau bangkrut akibat pembayaran cukai yang terlalu mahal dan tidak sesuai dengan produktifitas perusahaan rokok sendiri hal ini tentu berdampak pada pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan rokok yang tidak seimbang. Cukai rokok merupakan pajak tidak langsung, pajak tidak langsung adalah pajak berdasarkan kewajiban membayar pajak dibebankan kepada pihak ketiga, dimana kewajiban membayar cukai ditunjukan kepada 2

konsumen, sedangkan pabrikan sebatas membeli pita cukai rokok (penanggung jawab pajak dan pedagang rokok yang mengambil rokok dari pabrikan harus sekaligus membayar cukai rokok kepada pabrikan yang terlebih dahulu membeli pita cukai rokok ( penanggung pajak) 2. Dalam kegiatan ber-usaha khusus pada perusahaan yang tiap produksi di awasi oleh pihak bea dan cukai serta produksinya memerlukan cukai pada tiap produknya dalam hal ini adalah perusahaan rokok dan mengingat begitu besarnya penerimaan Negara terhadap cukai akan tetapi disisi lain pembayaran cukai oleh pengusaha menjadi hal yang sangat berat karena pembayaran cukai yang terlampau mahal yang mengakibatkan perusahaan tersebut tidak dapat berproduksi serta tidak mampu membayar cukainya kepada pihak bea dan cukai. Berdasarkan hal itu munculnya alternatif dalam pembayaran cukai yang diberikan oleh pemerintah yaitu dengan cara penundaan pembayaran cukai dengan mengunakan jaminan hal ini didasari dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7A ayat (9) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 yang menyebutkan perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penundaan Pembayaran Cukai, untuk Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai yang Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pelekatan Pita Cukai. 2 R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Pajak, Refika Aditama, Bandung 2005 hal 97 3

Munculah Peraturan menteri keuangan No. 169 tahun 2011 jo to Peraturan Menteri keuangan No. 69 tahun 2009 Tentang penundaan pembayaran cukai dan Peraturan Dirjen bea dan cukai No. 26/BC tahun 2009 Tentang tata cara penundaan pembayaran cukai, dalam hal ini penundaan pembayaran cukai harus disertai dengan jaminan yaitu berupa jaminan Asuransi sebagai pihak surety, berdasarkan ketentuan Umum pasal 1 huruf 3 peraturan dirjen bea dan cukai No. 26/BC tahun 2009 Tentang tata cara penundaan pembayaran cukai, penundaan pembayaran adalah, Penundaan pembayaran cukai yang selanjutnya disebut penundaan adalah kemudahan pembayaran dalam bentuk penangguhan pembayaran cukai tanpa dikenai bunga. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pelaku usaha melakukan pembayaran atas cukai. Dan berikut adalah pihak-pihak yang terkait dalam penundaan pembayaran berdasakan pasal 1 ketentuan Umum peraturan dirjen bea dan cukai No. 26/BC tahun 2009 Tentang Tata Cara Penundaan Pembayaran Cukai adalah : 1. Penjamin atau surety dalam rangka penundaan pembayaran cukai yang selanjutnya disebut surety adalah perusahaan asuransi umum yang memiliki ijin usaha di Indonesia untuk memasarkan Exise Bond dan bertanggung jawab untuk melaksanakan penutupan jaminan. 2. Terjamin atau principal dalam rangka penundaan pembayaran cukai yang selanjutnya disebut principal adalah perusahaan yang mendapat kemudahan penundaan pembayaran cukai yang terkait dengan kewajiban yang timbul dari kemudahan tersebut. 3. Penerima jaminan atau oblige dalam rangka penundaan pembayaran cukai yang selanjutnya disebut oblige adalah Direktorat Jendral Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuk sebagai pihak yang berhak menerima pemenuhan kewajiban dari principal dalam rangka penundaan pembayaran cukai. 4

Dalam hal penundaan pembayaran cukai perlu adanya jaminan dari perusahaan Asuransi yaitu Asuransi Exise Bond yang berdasarkan pasal 1 ketentuan umum peraturan Dirjen Bea dan Cukai No. 26/BC tahun 2009 Tentang Tata Cara Penundaan Pembayaran cukai huruf 6 adalah: Jaminan dari perusahaan Asuransi berupa Exise Bond yang selanjutnya disebut Exise Bond adalah sertifikat jaminan yang di terbitkan oleh surety yang memberikan jaminan pembayaran kewajiban cukai kepada oblige dalam hal principal gagal memenuhi pembayaran cukai kewajiban cukai sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian akan membatu pengusahan rokok dimana pengalihan suatu resiko atas ketidak mampuan pengusaha rokok dalam pembayaran cukai akan teratasi, Dalam menghadapi timbulnya resiko tersebut ada beberapa cara yang dilakuakan manusia untuk menghindari resiko. Mencegah resiko terjadinya resiko dan mengalihkan pada pihak lain. Metode pengalihan resiko dalam bentuk asuransi di anggap sebagai cara paling baik dalam pengelolaan resiko. Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha pereasuransian Perusahaan Asuransi kerugian adalah Perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ke tiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.dengan demikian akan membantu tumbuh kembang suatu perusahaan rokok yang dimana pengalihan suatu resiko atas ketidak mampuan pembayaran cukai akan teratasi apabila terjadi wanprestasi hal ini terjadi karena adanya pergantian ganti rugi atas klaim yang di ajukan oleh pihak oblige 5

Ganti rugi diberikan oleh pihak surety kepada principal, apabila principal menderita kerugian yang dijamin oleh polis, yang bertujuan untuk mengembalikan principal dari kebangkrutan sehinga ia masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian atau pailitnya suatu perusahaan rokok dalam hal pembayaran cukai yang terlampau mahal akan menjadi kendala untuk perkembangan suatu perusahaan. Adapun manfaat asuransi bagi suatu badan usaha adalah sebagai berikut 3 : a. Memberikan rasa aman terjamin atau perlindungan atau jaminan (security) dalam menjalakan usaha karena terdapat kepastian penggatian apabila timbul kerugian dari sebab sebab yang di asuransikan. b. Menaikan efisiensi dan kegiatan perusahaan. pengusaha menjadi lebih leluasa untuk memfokuskan diri pada kegiatan yang lebih menguntungkan dan mengurangi kegiatan yang kurang menguntungkan atau merugikan pemberian kredit, resiko, kegagalan pelaksanaan kontrak dan kegiatan pribadi yang mengadung resiko tinggi. c. Dasar pengaturan anggaran biaya, dan d. Pemberi rasa aman mengetahui resiko yang mungkin terjadi akan di tanggung oleh perusahaan asuransi. Penundaan pembayaran sendiri mempunyai tujuan untuk membatu para pengusaha rokok ingin melaksanakan produktifitasnya tanpa mengalami 3. A. Junaedy. Hukum Asuransi Indonesia Sinar grafika jakarta, 2011 hal 49 6

ketakutan akan pembayaran cukai yang tidak terbayar serta memberikan peluang untuk mengelola usahanya terlebih dahulu. Meskipun untuk memperoleh asuransi Exise Bond cukup mudah, pihak surety perlunya prinsip kehati-hatian dalam memberikan jaminan kepada pihak principal adapun ruang lingkup syarat yang harus di penuhi dalam memperoleh Exise Bond salah satunya adalah aspek keuanagan (capital), yang mana untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan suatu perusahaan rokok kemampuan keuangan ini dapat meliputi : Memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan suatu pekerjaan.uraian beban pendapatan serta tingkat efisiensi. Selain itu kemampuan juga dapat dihubungkan dengan tingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas dari principal yang bersangkutan. Dengan adanya pemenuhan syarat syarat (tahap analisa ini bertujuan agar pihak oblige maupun surety dapat terhindar dari tindakan yang tidak di harapkan misalnya saja pihak principal melakukan wanprestasi. Karena dalam hal ini pihak surety membutuhkan perlindungan hukum dan sikap keterbukaan dari pihak principal dan oblige yang berperilaku jujur. Mengingat begitu besarnya peranan penundaan pembayaran cukai yang menggunakan jaminan asuransi Exise Bond dalam pertumbuhan ekonomi bangsa dan perusahaan maka perlu adanya kepastian hukum terhadap kedudukan para pihak dan dampak hukum apa saja yang ditimbulkan dari penundaan pembayaran tersebut, Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menulis tugas ahir dengan judul : 7

Implikasi Yuridis Terhadap Para Pihak Dalam Penundaan Pembayaran Cukai Dengan Menggunakan Jaminan Asuransi Exise Bond. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perlindungan hukum Terhadap para pihak dalam penundaan pembayaran cukai yang mengunakan jaminan asuransi Exise Bond? 2. Bagaimana implikasi yuridis terhadap para pihak apabila terjadi jatuh tempo (wanprestasi) dalam penundaan pembayaran cukai? 3. Tujuan penelitian Berdasarkan Rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan dilakukan Penelitian adalah :. 1. Untuk mengetahui dan menelaah terhadap perlindungan terhadap para pihak dalan penundaan pembayaran cukai dengan mengunakan jaminan asuransi Exise Bond. 2. Untuk mengetahui tentang implikasi yuridis terhadap para pihak dalam penundaan pembayaran cukai apabila telah jatuh tempo (wanprestasi) pembayaran cukai. 8

D. Manfaat Untuk mendekati kerangka yang lebih sempurna, maka sangat perlu memberikan manfaat kepada khalayak umum. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Secara teoritis di harpakan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi kalangan akademik dalam ruang lingkup hukum bisnis pada umumnya tentang asuransi serta dapat berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum asuransi, yaitu sebagai bahan informasi bagi penelitian yang akan datang. 2. Manfaat praktis: a. Bagi penulis Sebagai sarana pembelajaran dalam mengkaji suatu objek hukum secarta sistematis dan pemenuhan syarat untuk meraih gelar sarjan b. Bagi masyarakat Memberikan informasi yang actual tentang implikasi yuridis terhadap penundaan pembayaran cukai dengan menggunakan jaminan asuransi Exise Bond. c. Bagi institusi Diharapkan dapat menambah bahan kajian yang diperlukan dalam bidang hukum dan dapat digunakan bagi mahasiswa khususnya 9

fakultas hukum Universitas Muhammidiyah Malang sebagai saran mengembangkan pengetahuan terutama pada mata kuliyah yang berhubungan dengan hukum. d. Bagi Subtansi terkait Untuk memberikan informasi bagi perusahaan Rokok, Persahaan Asuransi dan pemerintah dalam hal ini adal Direktorat jendal Bea Dan Cukai tentang Implikasi Hukum terhadap penundaan pembayaran cukai yang menggunakan jaminan Asuransi Exise Bond E. Metode penelitian 1. Metode Pendekatan Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis Normatif adalah metode pendekatan menggunakan yang lebih mengutamakan pembahasan berdasarkan perturan perndang-undangan yang berlaku dan dikaitkan dengan teori-teori hukum yang ada, konsep ini memandang hukum sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat berwewenang dan konsep yang melihat hukum sebagai sistem normatif yang otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan dan mengabaikan norma lain selain norma hukum. 2. Sumber bahan hukum. Dalam penelitian digolongkan dalam dua bahan hukum yaitu : a. Bahan hukum Primer meliputi bahan yang meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai 10

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang perubahan atas UU No. 11 tahun 1995 cukai beserta penjelasanya 3. Peraturan menteri keuangan No. 169 tahun 2011 jo to Peraturan Menteri keuangan No. 69 tahun 2009 Tentang penundaan pembayaran cukai 4. Peraturan dirjen bea dan cukai No. 26 Tahun 2009 Tentang tata cara penundaan pembayaran cukai. 5. Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha pereasuransian 6. Kitab Undang-Undang hukum perdata (KUHPerdata) 7. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) b. Bahan hukum sekunder Data sekunder diperoleh dari dengan cara melakukan study kepustakaan dengan jalan mengumpulpulkan pendapat para ahli dan teori-teori, internet dan dokumen tertulis lainya serta untuk memperkuat dari bahan hukum primer. 3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Data yang di peroleh dengan cara study kepustakaan sumber bahan hukum primer dan sekunder berupa buku-buku, jurnal, internet dan pendapat para ahli kemudian di analisis berdasarkan keterkaitan dengan permasalahan penelitian ini. 4. Analisa Bahan Hukum Dalam penelitian ini menggunakan Content Analysis yaitu analisa yang ditunjukan terhadap isi atau subtansi yang terkandung dalam pasal- 11

pasal dalam suatu perturan perundang-undangan yang kemudian menghubungkan dengan analisa teori-teori ilmu hukum dan nilai etika yang berkaitan dengan judul yang di angkat, melakukan analisis dari data primer terhadap data sekunder, sehingga dapat ditemukan jawaban dari permaslahan yang di angkat 4. F. Sistematika Penulisan Dalam Sistematika penulisan membagi dalam 4 (empat) bab yang disusun sebagai yang mana tiap-tiap bab memiliki uraian yang berbeda satu sama lain sesuai dengan pembahasanya. BAB I Pendahuluan Dalam bab ini terdiri dari 6 (enam) sub bab yakni latar belakang masalah yang menjelaskan tentang pentingnya masalah tersebut di teliti yang terikat dengan permasalahan yang diteliti, rumusan masalah yaitu membuat pertanyaan pertanyaan yang fokus terhadap permasalahan yang akan di teliti, tujuan penelitian yaitu menyebutkan manfaat secara fungsional yaitu baik untuk kepentingan akademis, penulis ataupun masyrakat secara luas, metode penelitian yaitu menguraikan tentang tinjauan yuridis Normatif terhadap kedudukan para pihak dalam penundaan pembayaran cukai dengan mengunakan jaminan, penelitian mulai dari menentukan pendekatan penelitian yang di gunakan hingga analisa data dan sistematika. 4 Soerjono soekamto, Pengatar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta 1999 hal 68 12

BAB II Tinjauan Pustaka Merupakan bab yang meliputi diskriptif atau uraian tentang bahanbahan teori, doktrin atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku yang terkait langsung dan menjadi kerangkan ilmiah permasalahan yang menjadi objek penulisan hukum yaitu tinjauan tentang asuransi, tinjauan tentang cukai dan tinjauan tentang perlindungan hukum BAB III Pembahasan Dalam bab ini di jelaskan hasil penelitian yang merupakan sub-sub atas permasalahan yang di ajukan dan penulis melakukan analisis atas hasil penelitian yang ada di lapangan yang berkenaan dengan pada permasalahan penulis yaitu, yang ada. Yaitu tinjauan yuridis terhadap kedudukan para pihak dalam penundaan pembayaran cukai dengan mengunakan jaminan Exise Bond, kemudian dibagi menjadi dua permasalahan yaitu Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak dalam penundaan pembayaran cukai yang mengunakan jaminan asuransi Exise Bond dan Bagaimana implikasi yuridis terhadap para pihak apabila terjadi jatuh tempo (wanprestasi) dalam penundaan pembayaran cukai. Hal diatas juga dimungkinkan untuk membahas permasalahan yang lebih luas dan spesifik. 13

BAB IV Penutup Bab ini adalah bab terahir yang di didalamnya ada 2 sub bab dalam penutup yakni kesimpulan dan saran. Kesimpulan harus sesuai dengan permasalahan sebab kesimpulan ini dapat di sebut sebagai ringkasan jawaban atas permasalahan yang di rumuskan sebelumnya, kemudian dari kesimpulan kesimpulan tersebut dimungkinkan pula timbul hal-hal yang perlu disarankan, sebagai rekomendasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan 14