BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. Pembangunan manusia termasuk menghapus hambatan dari apa yang seharusnya dapat dilakukan manusia dalam kehidupannya. Hambatan tersebut diantaranya buta huruf, kesehatan yang buruk, kurangnya akses terhadap sumber daya dan kurangnya kebebasan sipil dan politik (Fukuda-Parr, 2003). Banyak negara berkembang yang menunjukkan adanya ketimpangan gender yang cukup besar pada beberapa aspek seperti pendidikan, pekerjaan dan pada kesehatan. Misalnya, pada wanita dan anak-anak perempuan di Asia Selatan dan Cina mengalami tingkat kematian yang tinggi ataumissing Woman oleh Amartya Sen dan lainnya ( Sen 2003;Klassen 2001). Ketimpangan gender dalam sektor pendidikan dan tenaga kerja banyak terjadi di negara berkembang, termasuk Asia (dan beberapa negara maju, UNDP). Ketimpangan gender mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kontribusi pembangunan. Ketidaksetaraan gender pada pendidikan dan akses sumber daya dapat menurunkan perkembangan pendidikan utuk generasi penerus. Ketimpangan gender terjadi akibat tidak pengambil kebijakan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Dalam penentuan kebijakan harus 1
disesuaikan dengan data gender yang ada. Apabila kebijakan pembangunan yang ditentukan kurang tepat, hal tersebut dapat menyebabkan pengurangan tingkat percepatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sangatlah penting untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat (Klasen, 1999). Kesetaraan gender dan pembangunan berkelanjutan memang sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Kesetaraan gender, penegakkan hak asasi manusia, penegakkan maratabat dan kapabilitas perempuan merupakan syarat utama dalam kehidupan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Definisi pembangunan berkelanjutan sendiri adalah pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan yang menjamin kesejahteraan manusia, kesatuan ekologi, kesetaraan, dan keadilan sosial generasi saat ini dan dimasa mendatang. (Munasinghe, 1992, Holdren et all, 1995, Campbell,1996) Tahun Tabel 1.1 Kesenjangan Gender di Beberapa Negara di ASEAN Tahun 2012-2016 Jumlah Negara Philippines Singapore Thailand Indonesia Malaysia Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank 2012 135 0,776 8 0,699 55 0,689 65 0,659 97 0,654 100 2013 136 0,783 5 0,700 58 0,693 65 0,661 95 0,652 102 2014 142 0,781 9 0,705 59 0,703 61 0,673 97 0,652 107 2015 145 0,790 7 0,711 54 0,706 60 0,681 92 0,655 111 2016 145 0,786 7 0,712 55 0,699 71 0,682 88 0,666 106 Sumber: Wolrd Economic Forum, 2016 (diolah) Berdasarkan laporan dari Wolrd Economic Forum mengenai kesenjangan gender di Indonesia terhadap negara-negara lain di Asia Tenggara, selama lima tahun terakhir rata-rata masih pada posisi 94 dari rata-rata 140 negara di 2
dunia. Kondisi tersebut seharusnya dapat menjadi perhatian khusus bagi Indonesia. Indonesia masih kalah jauh dengan negara di Asia Tenggara yang lain seperti Filipina, Thailand dan Singapura, namun masih lebih baik jika dibandingkan dengan Malaysia. Tabel 1.2 Pertumbuhan dan per Kapita di beberapa Negara ASEAN tahun 2012-2016 Philippines Singapore Thailand Indonesia Malaysia Tahun / / / / / 2012 6,7 4,9 3,9 1,4 7,2 6,7 6,0 4,7 5,5 3,5 2013 7,1 5,3 5,0 3,3 2,7 2,3 5,6 4,2 4,7 2,8 2014 6,1 4,4 3,6 2,2 0,9 0,5 5,0 3,7 6,0 4,2 2015 6,1 4,4 1,9 0,7 2,9 2,6 4,9 3,6 5,0 3,3 2016 6,9 5,3 2,0 0,7 3,2 2,9 5,0 3,8 4,2 2,7 Sumber: Wolrd Economic Forum, 2016 (diolah) Menurut data pertumbuhan ekonomi diatas, Gross Domestic Product() atau PDB Indonesia masih berada di bawah Filipina, namun sudah lebih baik daripada Singapura, Thailand dan Malaysia. Jika dilihat hubungan antara Index Gender Gap diatas dengan pertumbuhan ekonomi pada masing-masing tidak begitu terlihat pengaruhnya. Namun ada pada beberapa tahun seperti pada tahun 2013 ke tahun 2014 di Filipina terjadi Index Gender Gapdan juga terjadi penurunan penurunan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2015 ke tahun 2016 di Indonesia mengalami kenaikan Index Gender Gapyang juga diikuti dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi. Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan 3
memperhatikan ketimpangan gender. IPG merupakan salah satu ukuran yang digunakan sebagai ukuran perkembangan pembangunan gender di Indonesia. perhitungan IPG mencakup kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam usia harapan hidup, pendidikan, dan jumlah pendapatan. Berikut nilai IPG secara nasional: Tabel 1.3 Kondisi IPG, pertumbuhan PDRB dan PDRB per Kapita menurut Provinsi Tahun 2015 No Provinsi IPG PDRB PDRB Per Kapita 1 Aceh 92,07-0,72-2,61 2 Sumatera Utara 90,96 5,1 3,81 3 Sumatera Barat 94,74 5,41 4,10 4 Riau 87,75 0,22-2,24 5 Jambi 88,44 4,21 2,45 6 Sumatera Selatan 92,22 4,5 3,06 7 Bengkulu 91,38 5,14 3,45 8 Lampung 89,89 5,13 3,95 9 Kep. Bangka Belitung 88,37 4,08 1,89 10 Kep. Riau 93,22 6,02 3,03 11 DKI Jakarta 94,72 5,88 4,81 12 Jawa Barat 89,11 5,03 3,50 13 Jawa Tengah 92,21 5,44 4,66 14 DI Yogyakarta 94,41 4,94 3,74 15 Jawa Timur 91,07 5,44 4,80 16 Banten 91,11 5,37 3,16 17 Bali 92,71 6,04 4,82 18 NTB 90,23 21,24 19,69 19 NTT 92,91 5,02 3,31 20 Kalimantan Barat 85,61 4,81 3,20 21 Kalimantan Tengah 89,25 7,01 4,64 22 Kalimantan Selatan 88,55 3,84 2,09 23 Kalimantan Timur 85,07-1,28-3,45 24 Kalimantan Utara 85,68 3,13-0,68 25 Sulawesi Utara 94,64 6,12 5,00 26 Sulawesi Tengah 92,25 15,56 13,74 27 Sulawesi Selatan 92,92 7,15 6,04 28 Sulawesi Tenggara 90,3 6,88 4,68 29 Gorontalo 85,87 6,23 4,59 4
30 Sulawesi Barat 89,52 7,37 5,35 31 Maluku 92,54 5,44 3,62 32 Maluku Utara 88,86 6,1 3,94 33 Papua Barat 81,99 4,1 1,51 34 Papua 78,52 7,97 5,97 Sumber: BPS Indonesia dan Kemenppa, 2016 Berdasarkan tabel diatas, hubungan nilai IPG dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan PDRB per kapita tidak begitu terlihat. Namun, dari data diatas dapat diketahui provinsi yang mempunyai capaian IPG tiga terendah yaitu Kalimantan Timur, Papua Barat dan Papua. Provinsi yang mempunyai pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan PDRB per kapita terendah yaitu Aceh, Kalimantan Timur dan Riau. Salah satu provinsi yang sedang berusaha untuk mewujudkan pembangunan manusia berbasis gender adalah Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari 10 Kabupaten/Kota diantaranya, Kabupaten Berau; Kabupaten Kutai Barat; Kabupaten Kutai Kartanegara; Kabupaten Kutai Timur; Kaupaten Mahakam Ulu; Kabupaten Paser; Kabupaten Penajam Paser Utara; Kota Balikpapan; dan Kota Samarinda. Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015 yaitu sebesar 3.416.638 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.797.297 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.629.341 jiwa. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai aspek. Salah satunya yaitu dipengaruhi oleh adanya ketidaksetaraan gender pada suatu wilayah tersebut. Ketidaksetaraan gender dapat dilihat pada berbagai indikator, misal pada indikator pendidikan yang salah satunya dapat dilihat 5
Persen dari angka rata-rata lama sekolah antara laki-laki dan perempuan dan tenaga kerja yang salah satunya dilihat dari partisipasi kerja perempuan terhadap laki-laki. 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00-20,00 2011 2012 2013 2014 2015 IPG 61,07 61,86 62,93 84,75 85,07 PDRB 6,97 5,97 5,33 4,85-1,28 PDRB per kapita -3,45 3,63 2,73 7,52-0,72 Sumber: BPS Kaltim, 2016 Grafik 1.1 Kondisi IPG, Pertumbuhan PDRB dan PDRB Per kapita Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011-2015 Capaian IPG Kalimantan Timur tidak pernah meninggalkan urutan empat terbawah dalam IPG secara nasional selama lima tahun terakhir. Berdasarkan grafik diatas capaian IPG Kalimantan Timur tahun 2011-2014 mengalami kenaikan diikuti dengan kenaikan pertumbuhan PDRB per kapita, namun di tahun 2013 pertumbuhan PDRB per kapita mengalami penurunan dan naik kembali di tahun 2014. Pada tahun 2015 IPG Kalimantan Timur mengalami 6
penurunan, diikuti dengan penurunan pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita. 1.2 Rumusan masalah Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Kalimantan Timur berada pada tiga terbawah nasional selama lima tahun terakhir. Kemudian pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur juga mengalami penurunan terus menerus pada lima tahun terkahir. Apakah dengan tingginya ketimpangan gender yang terjadi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengaruh variabel ketimpangan gender pada pendidikan dan tenaga serta variabel makro lain pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011-2015 2. Untuk menganalis pengaruh variabel ketimpangan gender pada pendidikan dan tenaga kerja serta variabel makro lain pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011-2015. 1.4 Manfaat penulisan 1. Memberikan informasi mengenai ketimpangan gender melalui Indeks Pembangunan Gender dan bagaimana dinamikanya pada bidang pendidikan dan tenaga kerja. 7
2. Memperkaya penelitian mengenai ketimpangan gender yang nantinya dapat digunakan sebagai referensi penulisan lain. 8