BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Adapun model dokumen pengadaan dimaksud kami lampirkan dengan surat ini.

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses permohonan Sertifikat Badan Usaha (SBU). Kualifikasi Usaha Jasa

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Kualifikasi Kontraktor Terhadap Mutu

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL. NOMOR : 11 TAHUN 2013 Pasal 12 KONSTRUKSI JAKARTA, 16 DESEMBER 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya satu

BAB V PENERAPAN KEWAJIBAN SERTIFIKASI BAGI TENAGA AHLI KONSTRUKSI DI INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL. NOMOR : 11 TAHUN 2013 Pasal 12 KONSTRUKSI JAKARTA, 16 DESEMBER 2013

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono **

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT RAPERLEM TENTANG REGISTRASI JASA PERENCANA & PENGAWAS Page 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 11 a TAHUN 2008 TENTANG REGISTRASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI. JAKARTA, Januari 2008

KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Nomor : 052/KEP/DP-KI/III/2017. Tentang

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PELELANGAN (AANWIJZING) Nomor. W23.U/003-FSKR/PL.08/V/2013

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Implementasi Sertifikasi Keahlian dalam Bidang Industri Jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 12 a TAHUN 2008 TENTANG REGISTRASI USAHA JASA PERENCANA KONSTRUKSI DAN JASA PENGAWAS KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMOSIR SEKRETARIAT DAERAH UNIT LAYANAN PENGADAAN

BAB II PROFIL PT. LAMPIRI DJAYA ABADI

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam merencanakan harga suatu proyek, perusahaan. transaksi dalam hal ini adalah antara owner dan kontraktor.

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR MENENGAH DAN KONTRAKTOR KECIL DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. karakteristik dan kinerja perusahaan kontraktor kualifikasi kecil di daerah

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 16 TAHUN 2014

ADDENDA PERUBAHAN DOKUMEN PENGADAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. III.1. Program Rencana Penelitian Program rencana penelitian ini disusun seperti tampak pada gambar berikut:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. nama RODEX Tours & Travel merupakan perusahaan jasa yag memberikan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III LANDASAN TEORI. kekurangan informai, dan kebenaran parsial (Akadiri et al. 2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PONOROGO PERATURAN BUPATI PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 2015 TENTANG REGISTRASI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA

PROSES PENENTUAN KONTRAKTOR PADA PROYEK KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA SUKABUMI

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG REGISTRASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Jasa Konstruksi di Indonesia Menurut Hillebrandt (1985), industri jasa konstruksi merupakan industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi, yang terdiri dari tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri. Jasa konstruksi menurut Suraji (2003) adalah jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik, yang meliputi kegiatan studi, penyusunan rencana teknis, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaannya. Jasa konstruksi sangat penting dalam pembangunan nasional karena jasa konstruksi ini merupakan landasan pertumbuhan sektor-sektor dalam pembangunan nasional seperti di sektor pertambangan dan jasa konstruksi berperan dalam penyedia lapangan kerja. Industri konstruksi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Karakteristik dari industri konstruksi menurut Hillebrandt (1985) adalah : a. Sifat dari produknya : produk industri konstruksi relatif berukuran besar dan mahal, sebagian besar persyaratan dari produknya tergantung dari pembeli, dan komponen dari produknya merupakan hasil rakitan (manufaktur) dari industri lainnya. b. Struktur dari industri dan pengorganisasian dari proses konstruksi ditentukan oleh sifat fisik dari produknya sehingga pada saat pelaksanaan melibatkan banyak perusahaan kontraktor, professional 10

11 design dalam merakit berbagai jenis material dan komponennya dalam jumlah besar namun tetap memperhatikan keterbatasan dari sumber daya tersebut c. Faktor penentu dari permintaan atas produk konstruksi, dimana produk konstruksi merupakan produk investasi, sehingga faktor penentu dari masing-masing permintaan tergantung dari penggunaan selanjutnya dari bangunan tersebut. Menurut Bower (2003), industri konstruksi memiliki keunikan dari aktivitas usahanya yaitu : a. Industri konstruksi melibatkan banyak pekerjaan spesialis dan aktivitas perdagangan. b. Banyak dari proyek konstruksi merupakan one-off design dan kurang tersedianya model prototipe. c. Tingkat yang rendah dari aktivitas pengulangan/ repetisi dan standarisasi dari desain dan komponen industri konstruksi. d. Pada umumnya perjanjian/ kesepakatan industri konstruksi memisahkan desain dengan proses konstruksi. e. Industri konstruksi berbasiskan buruh/ pekerja kasar. f. Produk dari industri konstruksi dikerjakan sebagian besar atas dasar pemikiran dari klien dan proses pekerjaannya dipengaruhi oleh kondisi fisik dari lingkungan. Tolak ukur kesuksesan perusahaan jasa konstruksi dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang dihasilkannya (Nainggolan, 2011). Menurut Porter

12 (1992), Kagioglou dalam Nainggolan (2011) dan Kale (2002), indikator kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari: a. Profitability, yaitu kemampuan untuk mendapatkan laba. b. Growth, yaitu kemampuan untuk terus bertumbuh dan berkembang. c. Sustainability, yaitu kemampuan untuk mendapatkan proyek yang berkelanjutan. d. Productivity, kemampuan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada. e. Competitiveness, yaitu kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain, baik dari dalam maupun luar negeri. 2.2 Daya Saing Competitiveness atau daya saing adalah inti dari sukses atau gagalnya perusahaan (Nainggolan, 2011). Kompetisi menentukan layaknya kegiatan dalam perusahaan yang dapat memberikan sumbangan terhadap kinerjanya, seperti inovasi, budaya yang kohesif, dan pelaksanaan yang baik (Porter, 2004). Menurut Momaya dan Selby (1998), daya saing adalah sektor bisnis yang mampu memuaskan kebutuhan pelanggan dari kombinasi karakteristik produk dan pelayanan, mampu memuaskan kebutuhan pekerjanya dan menawarkan ROI (return on investment) yang menarik serta berpotensi untuk berkembang, Menurut Markus (2008), istilah daya saing berasal dari kata daya yang berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu atau memiliki keunggulan tertentu, sehingga daya saing dapat diartikan kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan oleh kelompok

13 atau institusi tertentu. Daya saing perusahaan mengacu pada kemampuan untuk merancang, memproduksi, dan (atau) memasarkan produk unggulan selain yang ditawarkan oleh pesaing, dengan memperhatikan harga dan kualitas (Diraby et al, 2006). Menurut Lindelof dan Lofsten (2004), dalam mengkaji konsep daya saing tidak terlepas dengan konsep strategi, karena strategi mengandung pengertian peningkatan daya saing melalui pengembangan produk, kompetisi harga, pengembangan teknologi, dan menganalisis pelaku pesaing. Strategi bersaing membuat perusahaan mampu bertahan hidup dalam dunia kompetitif (Trout, 2004). Sehingga dapat disimpulkan, daya saing adalah kemampuan suatu perusahaan untuk bertahan hidup di era yang kompetitif dengan cara menghasilkan produk/jasa yang memiliki keistimewaan dibandingkan dengan produk/jasa lainnya dengan memperhatikan keadaan keuangan, sumber daya manusia, peralatan dan material, metode kerja dan manajemen proyek, hubungan antar pihak dan komunikasi dalam proyek, kepemimpinan, dan kepuasan pengguna jasa. Menurut Kadin (2002), kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mencapai industri konstruksi yang kuat dan tangguh, yaitu : 1. Tersedianya tenaga manajemen dan tenaga ahli yang profesional dalam jumlah yang cukup. 2. Bahan baku/ material yang distandardisasi secara nasional dan diproduksi sesuai dengan kebutuhan.

14 3. Peralatan konstruksi harus diperoleh dengan mudah dan kompetitif. 4. Sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan. 5. Pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional. Menurut Pranoto (2005), daya saing industri jasa konstruksi di Indonesia masih tergolong rendah, dikarenakan adanya korupsi, kolusi dan nepotisme, monopoli dan praktek persaingan usaha yang tidak sehat. Sedangkan menurut Sutjipto (1991), daya saing industri jasa konstruksi Indonesia masih tergolong rendah dikarenakan kontraktor nasional belum berpengalaman dan berkemampuan dalam teknologi. Menurut Trisnowardono (2002), kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingannya masih perlu ditumbuhkembangkan. 2.3 Karakteristik Jasa Pelaksana Pekerjaan Konstruksi Menurut Alwi (2001), karakteristik suatu organisasi akan memberikan efek persaingan dalam memenangkan persaingan bisnis yang merupakan jawaban dalam pengembangan bentuk badan usaha. Menurut Surat Keputusan LPJK Nomer 11a Tahun 2008, karakteristik jasa pelaksana pekerjaan konstruksi berkaitan dengan kualifikasi bentuk badan usaha. Menurut Christiawan (2014), kualifikasi merupakan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/ kedalaman/ kompetensi dan kemampuan usaha yang dijalankan dan dapat dihitung dari beberapa aspek yaitu :

15 1. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan kualifikasi usaha berdasarkan potensi dan kemampuan tenaga kerja sebagai keunggulan kompetitif dalam melakukan pengelolaan usaha. Sumber daya manusia yang digunakan harus memiliki kualifikasi dan klasifikasi yang sesuai seperti pendidikan, keterampilan kerja, keahlian kerja serta pengalaman kerja. 2. Kekayaan bersih Kekayaan bersih merupakan kemampuan modal keuangan yang digunakan untuk membiayai pengelolaan perusahaan dan pelaksanaan pekerjaan, serta dapat juga digunakan sebagai penilaian atas kemampuan badan usaha dalam menetapkan kualifikasi perusahaan. 3. Kemampuan Menangani Paket Pekerjaan Kemampuan menangani paket pekerjaan merupakan batasan kompetensi perusahaan berdasarkan pengalaman yang dimiliki dalam menangani paket pekerjaan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (Peraturan Lembaga LPJK No.10, 2014). Pengalaman tersebut dapat juga dilihat dari nilai minimum kumulatif pekerjaan yang diselesaikan dan jumlah paket pekerjaan yang dapat ditangani pada kualifikasi sebelumnya selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. 4. Peralatan Peralatan pada dasarnya merupakan teknologi yang digunakan sebagai sarana pendukung dalam pelaksanaan operasional pekerjaan. Kriteria

16 dalam penggunaan teknologi pada pelaksanaan pekerjaan ditentukan berdasarkan besaran biaya dan volume pekerjaan. a. Badan usaha perseorangan/ kontraktor kecil dapat melaksanakan pekerjaan dengan kriteria teknologi sederhana mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan alat kerja sederhana dan tidak menggunakan tenaga ahli. b. Badan usaha kontraktor menengah dapat melaksanakan pekerjaan dengan kriteria teknologi madya mencakup pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan sedikit peralatan berat dan memerlukan sedikit tenaga ahli. Dalam Peraturan Lembaga LPJK No.11a Tahun 2008 Pasal 14, disebutkan bahwa Badan Usaha dengan kualifikasi Gred 2, Gred 3, dan Gred 4 (kontraktor kualifikasi kecil dan menengah) dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan kriteria resiko kecil, berteknologi sederhana, dan berbiaya kecil. Kriteria resiko kecil adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dan pemanfaatan bangunan konstruksinya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda. Berteknologi sederhana dimaksudkan adalah pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli.

17 2.4 Kualifikasi Jasa Konstruksi Kualifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil menurut Peraturan Lembaga Pembinaan Jasa Konstruksi (LPJK) No. 10 Tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Kualifikasi Kecil I : 1. Kekayaan bersih : lebih dari Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta. 2. Pengalaman : tidak dipersyaratkan. 3. PJK : boleh dirangkap antara PJBU dan PJT. 4. PJT : 1 orang bersertifikat minimal SKT kelas 3. 5. PJBU : boleh dirangkap antara PJK dan PJT. 6. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan : 0 sampai dengan Rp 1 Milyar. 7. Batasan Nilai Satu Pekerjaan : Maksimum Rp 1 Milyar. 8. Jumlah Paket : 5. 9. Maksimum Jumlah Klasifikasi dan Subklasifikasi : Maksimum 4 subklasifikasi dalam 2 klasifikasi berbeda. b. Kualifikasi Kecil II : 1. Kekayaan bersih : Lebih dari Rp 200 juta sampai dengan Rp 500 juta. 2. Pengalaman : Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-

18 kurangnya adalah Rp1 Milyar pada subklasifikasi usaha kecil 1 (K1). 3. PJK : Boleh dirangkap antara PJBU dan PJT. 4. PJT : 1 orang bersertifikat minimal SKT kelas 2. 5. PJBU : Boleh dirangkap antara PJK dan PJT. 6. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan : 0 sampai dengan maksimum Rp. 1.75 Milyar. 7. Batasan Nilai Satu Pekerjaan : Maksimum Rp. 1.75 Milyar. 8. Jumlah Paket : 5. 9. Maksimum Jumlah Subklasifikasi dan Klasifikasi : Maksimum 6 subklasifikasi dalam 2 klasifikasi berbeda. c. Kualifikasi Kecil III : 1. Kekayaan Bersih : Lebih dari Rp 350 juta sampai dengan Rp 500 juta. 2. Pengalaman : Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurangkurangnya adalah Rp 1.75 Milyar pada subklasifikasi usaha kecil 2 (K2). 3. PJK : Boleh dirangkap antara PJBU dan PJT. 4. PJT : 1 orang bersertifikat minimal SKT kelas 1. 5. PJBU : Boleh dirangkap antara PJK dan PJT. 6. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan : 0 sampai dengan Rp 2.5 Milyar.

19 7. Batasan Nilai Satu Pekerjaan : Maksimum Rp 2.5 Milyar. 8. Jumlah Paket : 5 9. Maksimum Jumlah Subklasifikasi dan Klasifikasi : Maksimum 8 subklasifikasi dalam 3 klasifikasi berbeda. Kualifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Menengah menurut Peraturan Lembaga LPJK No. 10 Tahun 2014 adalah sebagai berikut : a. Kualifikasi Menengah I 1. Kekayaan Bersih : Lebih dari Rp 500 juta. 2. Pengalaman : - Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai pengalaman tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sekurangkurangnya adalah Rp 833 juta pada subklasifikasi usaha kecil 3 (K3); atau - Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-kurangnya adalah Rp 2.5 Milyar pada subklasifikasi usaha kecil 3 (K3); atau - Bagi Badan Usaha yang baru berdiri (kurang dari 3 tahun) tanpa pengalaman nilai minimum pengalaman diukur pengalaman PJT/ PJK dengan nilai pengalaman tertinggi Rp 833 juta untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki. 3. PJK : - Memiliki PJK yang terpisah dari PJT dan PJBU.

20 - PJK boleh merangkap untuk paling banyak 2 klasifikasi yang berbeda; dan - PJK minimal memiliki sertifikat setara dengan PJT. 4. PJT : 1 orang bersertifikat minimal SKA tingkat muda. 5. PJBU : Wajib memiliki PJBU yang terpisah dari PJT dan PJK. 6. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan : 0 sampai dengan Rp 10 Milyar. 7. Batasan Nilai Satu Pekerjaan : Maksimum Rp 10 Milyar. 8. Jumlah Paket : 6 atau 1.2 x N 9. Maksimum Jumlah Subklasifikasi dan Klasifikasi : Maksimum 10 subklasifikasi dalam 4 klasifikasi yang berbeda dan tidak boleh memiliki subkualifikasi usaha kecil. b. Kualifikasi Menengah II 1. Kekayaan Bersih : Lebih dari Rp 2 Milyar. 2. Pengalaman : - Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai pengalaman tertinggi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sekurangkurangnya adalah Rp 3.33 Milyar pada pekerjaan subklasifikasi usaha menengah 1 (M1) ; atau - Untuk setiap subklasifikasi yang dimiliki, nilai kumulatif pekerjaan selama kurun waktu 10 tahun sekurang-kurangnya adalah Rp 10 Milyar pada subklasifikasi usaha menengah 1 (M1).

21 3. PJK : - Wajib memiliki PJK yang terpisah dari PJT dan PJBU namun PJK boleh merangkap untuk paling banyak 2 klasifikasi yang berbeda. - PJK minimal memiliki sertifikat setara dengan PJT. 4. PJT : 1 orang bersertifikat minimal SKA tingkat madya. 5. PJBU : Wajib memiliki PJBU yang terpisah dari PJT dan PJK. 6. Kemampuan Melaksanakan Pekerjaan : 0 sampai dengan Rp 50 Milyar. 7. Batasan Nilai Satu Pekerjaan : Maksimum Rp 50 Milyar. 8. Jumlah Paket : 6 atau 1.2 x N 9. Maksimum Jumlah Subklasifikasi dan Klasifikasi : Maksimum 12 subklasifikasi dalam 4 klasifikasi yang berbeda.