BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan teknik dasar awalnya. Karena itu penguasan teknik dasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan baik oleh anak-anak maupun orang tua. Tiap orang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erpan Herdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga permainan bolavoli di masyarakat sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septian Try Ardiansyah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

Abdillah. backhand tenis lapangan pada mahasiswa Penjaskesrek semester VI IKIP-PGRI

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai prestasi dan hasil belajar dalam lingkup ekstrakulikuler yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. SMU/SMA juga sampai tingkat Perguruan Tinggi. Serta turnamen bola basket

BAB I PENDAHULUAN. ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan. Shuttlecock bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aris Risyad Ardi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sempatberhenti sampai sekitar dua tahun awal kemerdekaan. Dengan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. (1990:3) dalam bukunya mengemukakan, permainan bola voly baru dapat di

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

JURNAL SKRIPSI PENGARUH METODE LATIHAN DRILL DAN BERPASANGAN TERHADAP KETEPATAN PUKULAN SMASH PADA PERSATUAN BULUTANGKIS THOKEWOH KLATEN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang populer di masyarakat. Permainan. masyarakat dari berbagai tingkat usia, anak-anak, remaja dan dewasa baik

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

I. PENDAHULUAN. UU RI NO 3 tahun 2005 BAB II pasal 4 sistem keolahragaan nasional

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. maanfaat yang diperoleh langsung dari aktivitas olahraga tersebut baik untuk

OLEH DILLA FARID W. T

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kesehatan yang bersifat aktif. Olahraga merupakan bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang di Indonesia.Permainan bolavoli dikenal di Indonesia sejak

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional dan dimainkan hampir di semua kota di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang permainan yang merupakan olahraga tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga ialah suatu aktifitas jasmani yang banyak dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Sebab olahraga dewasa ini sudah menjadi tren di masyarakat baik orang tua, remaja maupun anak-anak. Karena olahraga ini memiliki manfaat tidak hanya untuk kesehatan, tetapi lebih dari itu ialah sebagai sarana pendidikan bahkan prestasi. Sebagai contoh salah satu cabang olahraga yang memiliki manfaat untuk kesehatan, sarana pendidikan dan prestasi adalah cabang olahraga Bulutangkis. Melalui kegiatan Bulutangkis ini para remaja banyak menuai manfaat, baik dalam pertumbuhan fisik, mental maupun sosial. Olahraga Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak digemari dan populer dikalangan masyarakat indonesia bahkan di dunia dan juga berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Permainan Bulutangkis sangat menarik untuk dijadikan hobi dan relatif mudah untuk dimainkan dan dipelajari, karena alat yang digunakan mudah didapat dan dapat dijadikan olahraga rekreasi, serta memelihara kebugaran jasmani dan kesehatan oleh sebagian besar masyarakat indonesia. Beberapa fakta menunjukan di perkotaan maupun didesa, lapangan Bulutangkis banyak terdapat di lingkungan sekitar atau hampir di setiap rukun warga (RW) dan di pedesaan pun tidak kalah banyaknya dengan di perkotaan, hal ini membuktikan kepopuleran dan perkembangan Bulutangkis di indonesia, pada kenyataan yang ada permainan Bulutangkis dapat dimainkan di luar lapangan (out door) tidak hanya didalam lapangan tertutup (in door), walaupun pada dasarnya permainan Bulutangkis yang benar dilakukan didalam lapangan tertutup (in door).

2 Permainan Bulutangkis bersifat individual dapat dimainkan satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini dapat dimainkan oleh berbagai tingkatan, mulai dari putra, putri, anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua, dapat pula dimainkan oleh pasangan putra dan putri. Untuk dapat memainkan permainan Bulutangkis pukulan itu merupakan teknik yang paling mendasar sehingga permain dapat bermain Bulutangkis dengan baik seorang pemain harus mampu melakukan beberapa teknik pukulan atau keterampilan gerak memukul. Dalam permainan bulutangkis terdapat berbagai macam pukulan yaitu: (1) pukulan servis (2) Pukulan lob atau clear (3) Pukulan Dropshot (4) Pukulan smash (5) Pukulan drive atau mendatar (6) Pengambilan service dan retrun service. Dari berbagai macam pukulan yang ada pukulan lob bertahan atau clear lob lah yang akan dibahas dalam penelitian ini, karena pukulan lob bertahan adalah pukulan dasar dalam permainan Bulutangkis ini. Pemainan Bulutangkis sendiri mengalami perkembangan yang pesat di indonesia, ini terbukti dengan dengan prestasi yang diraih ditingkat dunia maupun ditingkat nasional dan banyaknya klub-klub atau sekolah-sekolah Bulutangkis yang ada sekarang ini. Permainan Bulutangkis juga berkembang disekolahsekolah dan permainan Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang permainan yang masuk dalam olahraga yang wajib diajarkan dan terprogram dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP), keberadaannya secara tidak langsung ikut serta dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia yang berkualitas baik fisik maupun mental. Negara indonesia tidak kalah dengan negara- negara lain, negara indonesia juga memiliki pemain-pemain yang mempunyai prestasi yang baik. Tunas-tunas pebulutangkis pun mulai bermunculan dari sekolah-sekolah dasar lalu mengikuti pelatihan khusus disekolah-sekolah Bulutangkis yang berada didaerah-daerah yang ada di indonesia. Wajah-wajah baru banyak bermunculan di arena kejuaraan tingkat daerah maupun kejuaraan tingkat nasional. Nama-nama baru pebulutangkis indonesia sudah banyak tercantum dalam daftar peserta didalam berbagai kejuaraan internasional sebagai utusan bangsa indonesia. Banyak yang

3 berhasil menjadi juara dan mengibarkan bendera merah putih di negara lain. Oleh karena itu, regenerasi tunas-tunas baru harus terus tumbuh sehingga pada masanya senior-senior mengalami penurunan yang diakibatkan oleh faktor usia maka ada junior-junior yang dapat menggantikan posisi senior untuk meraih prestasi yang diharapkan. Tidak dapat dipungkiri beberapa tahun kebelakang indonesia mengalami penurunan prestasi dalam cabang olahraga Bulutangkis dan itu menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara yang baik. Tidak dapat dipungkiri prestasi yang baik memang menjadi dambaan setiap atlet yang pastinya tidak semudah membalikan telapak tangan untuk mendapatkan prestasi yang diharapkan. Dibutuhkan latihan yang tidak singkat bahkan latihan dimulai saat masih duduk dibangku sekolah dasar dan banyak pengorbanan yang harus dilakukan salah satunya membagi waktu antara sekolah dengan latihan bahkan bermainpun biasanya dilakukan disela-sela istirahat latihan atau hanya disekolah saja. Dibutuhkan juga kualitas dari berbagai aspek latihan dan faktor-faktor pendukung yang turut serta mempengaruhi berjalannya latihan. Aspek latihan yang dimaksud meliputi aspek teknik, aspek fisik dan aspek mental. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Sohaimin dalam Hidayat, J (2011:2) memberikan penjelasan tentang kesiapan fisik dan psikis atlet terhadap rangkaian mencapai prestasi secara maksimal yaitu: Prestasi olahraga itu tidak hanya tergantung kepada keterampilan teknik olahraga dan kesehatan fisik yang dimiliki atlet yang bersangkutan, tetapi juga tergantung pada keadaan-keadaan psikologis dan kesehatan mental. Memang benar mental tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan keterampilan teknik dan fisik karena jika mental atlet tidak baik maka keterampilan teknik dan keterampilan fisik yang dimiliki atlet tidak akan berkembang dengan semestinya terutama saat menghadapi pertandingan yang sesungguhnya.

4 Prestasi dalam olahraga secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan diri siswa, diantaranya kemampuan fisik, kemampuan teknik, mental dan psikis. Sedangkan faktor eksogen berhubungan dengan keadaan diluar diri siswa seperti lingkungan, pelatih atau guru, sarana dan prasarana latihan, situasi dan kondisi pada saat latihan atau saat menghadapi pertandingan. Hal ini seperti dijelaskan oleh Lutan (1988:13) sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi digolongkan menjadi dua kategori yaitu : 1) faktor endogen, dan 2) faktor eksogen. Yang dimaksud faktor endogen ialah atribut atau ciri-ciri yang melekat pada aspek fisik dan psikis seseorang, sementara faktor eksogen diartikan semua faktor diluar diri individu baik yang terdapat dilingkungan tempat berlatih maupun lingkungan yang lebih umum pengertiannya. Seperti yang kita tau dalam pembelajaran terdapat berbagai macam pendekatan diantaranya yaitu pendekatan teknik dan pendekatan taktis. Pendekatan teknik lebih menitik beratkan pembelajaran terhadap teknik dari suatu permainan yang dipelajari (drill-game-drill), sedangkan pendekatan taktis lebih menitik beratkan pada taktik dari suatu permainan yang dipelajari dalam cabang olahraga. Pada proses pembelajaran yang biasa digunakan seperti pembelajaran secara tradisional yang dilakukan oleh guru saat ini belum memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil pembelajaran permainan Bulutangkis yang dipelajari. Dengan menerapkan pendekatan ini, diharapkan adanya peningkatan hasil pembelajaran, motivasi dan minat belajar siswa atau atlet untuk belajar. Metode pendekatan taktis memberikan suatu alternatif yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari keterampilan teknik cabang olahraga dalam situasi bermain. Seperti yang dikemukakan Subroto (2001:4), menjekaskan bahwa:

5 Pendekatan taktis adalah suatu cara untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan. Dan menurut Huedaya dalam Hidayat, J (2011:4), menjelaskan bahwa sasaran dari pengajaran melalui pendekatan taktis adalah: Meningkatkan keterampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis dan penerapan keterampilan teknik dasar kedalam bentuk permainan yang sebenarnya. Pendekatan taktis menekankan pada penempatan belajar keterampilan teknik dalam konteks bermain dan memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat relevansi keterampilan teknik pada situasi bermain yang sebenarnya. Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang mempelajari keterampilan teknik bermain, hal diatas dapat dicapai dalam pembelajaran yang menekan pada kesadaran taktik dalam permainan. Jadi, pendekatan taktis pada hakekatnya adalah suatu pendekatan pembelajaran keterampilan teknik dan sekaligus diterapkan dalam situasi permainan, dalam hal ini pendidik terlebih dahulu memberikan pengalaman-pengalaman yang mengurangi teknik dalam permainan dan disisi lain siswa harus memiliki kesadaran dalam mengontrol suatu objek. Dari penjelasan diatas menggambarkan bahwa prestasi atau keterampilan dapat dicapai dan meningkat lebih baik lagi apabila faktor endogen dan faktor eksogen dapat berperan secara maksimal dalam setiap proses pembelajaran dan dengan tersedianya sarana dan prasarana latihan yang baik dan memenuhi syarat yang baik maka pelaksanaan kegiatan latihan akan berjalan dengan lancar maka prestasi dan keterampilan akan mudah dicapai, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai pula. Hambatan yang terjadi nampaknya lebih banyak timbul pada proses pembelajaran dan pelatihan sejak awal atau pelatihan dasar. Model-model pembelajaran tradisional yang memilah-milah penguasaan teknik dan taktik masih

6 diterapkan dilapangan saat pembelajaran Bulutangkis berlangsung. Dalam metode tradisional ini, seorang pelatih atau guru hanya memberikan latihan dengan memilah-milah teknik dasarnya untuk dikuasai siswa. Selain itu, metode tradisional selalu berpedoman pada urutan materi tertentu dan secara ketat mengontrol gerakan-gerakan pukulan yang dilakukan siswa. Pola fikir metode tradisional yaitu mempelajari suatu teknik dalam beberapa kali pertemuan sampai teknik tersebut dikuasai oleh siswa, setelah itu baru pindah ke teknik yang lain dan teknik dasar yang sebelumnya tidak akan dipelajari kembali dan pada akhir latihan diadakan pertandingan antar siswa untuk menerapkan teknik yang telah dipelajari kesituasi permainan sesungguhnya. Bagi siswa pemula dengan pembelajaran yang seperti ini sangat memungkinkan siswa mengalami kejenuahan jika pengulangan gerakan yang dipelajari monoton dan tidak bervariasi yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Pada metode tradisional pelatih atau guru jarang sekali memberikan taktik permainan pada siswa karena pada metode tradisional pelatih atau guru hanya memfokuskan siswa pada penguasaan teknik dasar dibandingkan dengan penguasaan taktik. Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan adalah salah satu perkumpulan Bulutangkis yang berada di kota Cirebon, atlet-atlet yang berlatih diclub ini adalah siswa-siswa dari SD dan SMP yang berada di kota maupun kabupaten Cirebon. Siswa-siswa yang berlatih disekolah Bulutangkis ini sering mengharumkan nama baik sekolahnya masing-masing dalam pertandingan antar pelajar. Berdasarkan pada karakteristik kesulitan permainan Bulutangkis dan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran permainan Bulutangkis di Wina Tunas Harapan Cirebon, penulis terdorong dan terisfirasi untuk melakukan penelitian tentang penerapan pendekatan taktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar pukulan lob bertahan (clear lob). Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan taktis yang diduga sesuai dengan karakteristik kesulitan dalam bermain Bulutangkis

7 yang dimiliki siswa sebelum masuk kedalam proses pembelajaran. Penulis beranggapan pendekatan taktis adalah pendekatan yang dapat menerapkan pemahaman-pemahaman pola gerak dengan upaya agar siswa dapat mengerti tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah dan situasi pembelajaran permainan Bulutangkis yang sesungguhnya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan penulis terhadap siswa Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon, ada beberapa permasalahan yang muncul pada saat kegiatan pembelajaran permainan Bulutangkis khususnya pada pukulan lob bertahan (clear lob),diantaranya: 1. Siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran dan terlihat jenuh. 2. Hasil pembelajaran keterampilan dasar pukulan lob bertahan (clear lob) masih belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti menjabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah penerapan pendekatan taktis dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar pukulan lob bertahan (clear lob) di Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon?

8 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian tersebut adalah: Untuk mengetahui jawaban dari Apakah ada pengaruh yang signifikan dari penerapan pendekatan taktis terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan (clear lob) di Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta manfaat bagi pihak yang berkepentingan, yaitu penulis, guru atau pelatih di Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon. 1. Secara teoritis a. Dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti bagi dunia pendidikan, khususnya bagi guru penjas dan pelatih agar dapat mendesain materi pembelajaran semenarik mungkin, sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan saat pembelajaran berlangsung. b. Dapat memberi informasi dan masukan bagi sekolah atau lembagalembaga yang menyelenggarakan pelatihan Bulutangkis dalam kaitannya dengan metode pembelajaran Bulutangkis. 2. Secara praktik a. Sebagai bahan masukan bagi Wina Tunas Harapan Cirebon mengenai pelaksanaan proses latihan, sehingga diharapkan terdapat peningkatan dalam kualitas proses latihan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan khususnya pada pukulan lob bertahan (clear lob). b. Sebagai bahan masukan bagi guru penjas atau pelatih dalam memberikan pembelajaran yang lebih kreatif, efektif dan efisien sehingga dapat

9 meningkatkan hasil pembelajaran permainan Bulutangkis khususnya pada pukulan lob bertahan (clear lob). F. Batasan Penelitian Agar penelitian tidak menyimpang atau menghindari terjadinya berbagai penafsiran yang luas, maka perlu adanya ruang lingkup penelitian. Adapun batasan penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian ini berkisar pada penerapan pendekatan taktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar pukulan lob bertahan (clear lob) di Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon. 2. Objek penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon yang berumur 10-12 tahun. 3. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah study eksperimen. 4. Lokasi penelitian bertempat di Sekolah Bulutangkis Wina Tunas Harapan Cirebon.