BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, pembahasan dan temuan yang dihasilkan dalam kasus ruang publik anak di Kota Yogyakarta ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran meliputi ringkasan temuan, kontribusi teoritik, implikasi kebijakan dan saran penelitian lanjutan. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah layak menjadi ruang publik ramah anak sedangkan Lempuyangan masih belum ramah bagi anak. Pengukuran kelayakan ruang publik ini dipengaruhi oleh setting fisik kedua lokasi. Taman Pintar memenuhi semua indikator ruang publik yang layak yakni berada pada lokasi strategis, aman, nyaman, memiliki fasilitas yang lengkap sehingga menciptakan daya tarik anak-anak untuk datang dan bermain. Sedangkan Lempuyangan yang juga ramai dikunjungi anak-anak hanya memenuhi sebagian indikator yakni hanya berada di lokasi strategis, memiliki aksesbilitas yang mudah dicapai dan terdapat kereta api yang menjadi daya tarik bagi anak. Sedangkan faktor lainnya seperti kenyamanan, keamanan, dan kelengkapan fasilitas tidak dimiliki Lempuyangan. Meskipun demikian, dari hasil analisa ditemukan bahwa ruang publik yang tumbuh secara spontan atau tak terencana ini membuktikan bahwa ruang publik yang ada di Kota Yogyakarta masih kurang, meskipun secara kuantitas ruang 152
publik yang dirujuk oleh pemerintah berupa RTH memang memenuhi angka lebih dari 30% dari total luas wilayah namun secara kualitas tidak dapat dimanfaatkan untuk anak-anak karena bentuknya yang didominasi oleh jalur hijau dan taman jalan. Ini artinya masih terbatasnya ruang publik di Kota Yogyakarta yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas bersama, sebagi wadah saling berinteraksi, sekaligus menampung kegiatan bermain anak-anak. Penyediaan ruang publik layak anak dapat mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ruang publik yang ramah bagi anak-anak dipengaruhi oleh sembilan faktor meliputi lokasi yang strategis, fasilitas bermain yang lengkap, keamanan yang terjamin, nyaman, aksesbilitas yang mudah dicapai, adanya daya tarik, variasi kegiatan, rasa tempat yang lebih hidup, dan adanya fleksibilitas ruang. 6.2 Kontribusi Teoritik Ruang publik anak merupakan salah satu prioritas mewujudkan kota layak anak dalam lingkup pembangunan fisik. Ruang publik anak seharusnya menjadikan anak-anak sebagai bahan pertimbangan dalam proses perencanaanya. Perencanaan melibatkan anak-anak, mengedepankan keadilan dalam mengakses pelayanan tanpa ada diskriminasi dalam segala aspek untuk menghadirkan kota yang ramah bagi anak ini merupakan bagian dari perencanaan kota inklusif. Ruang publik anak dapat dibedakan berdasarkan hirarki, dimulai dari skala lokal, kawasan, hingga kota. Ruang publik skala lokal berupa ruang bermain disekitar kampung, berdekatan dengan tempat tinggal anak. Ruang publik skala kawasan berupa ruang bermain yang berada di pusat kecamatan dengan ruang 153
yang lebih luas beserta dengan kelengkapan fasilitas bermain dan penyediaan jalur sepeda yang jelas bagi anak-anak. Terakhir ruang publik anak skala kota dengan menyediakan fasilitas yang didominasi untuk kegiatan bermain anak. Berdasarkan hasil ditemukan bahwa ruang publik yang dapat mewadahi kegiatan anak-anak di Kota Yogyakarta masih kurang sehingga Pemerintah perlu melakukan pengadaan atau penyediaan ruang publik yang lebih akomodatif. Perencanaan ruang publik anak tersebut sebaiknya memperhatikan sembilan faktor berikut meliputi lokasi yang strategis, fasilitas bermain yang lengkap, keamanan yang terjamin, nyaman, aksesbilitas yang mudah, adanya daya tarik, variasi kegiatan, rasa tempat yang lebih hidup dan adanya fleksibilitas ruang. 6.3 Implikasi Kebijakan Penelitian ini memberikan berbagai masukan yang dapat dikembangkan sebagai ide pembangunan perencanaan tingkat nasional hingga daerah. Melihat Yogyakarta sebagai kota layak anak di Indonesia dalam pembangunan perkotaannya, termasuk prestasi yang telah diraih dapat diambil berbagai pelajaran. Yogyakarta yang mengembangkan program kampung ramah anak pada skala lokal sebaiknya dilanjutkan ke lingkungan lebih luas yakni menyediakan ruang publik ramah anak. Pemerintah dapat menciptakan program ruang publik ramah anak. Langkah untuk mewujudkan Yogyakarta benar-benar menjadi Kota Layak Anak adalah menyediakan ruang-ruang publik sejenis dengan karakter lokasi Lempuyangan. Mengingat lokasi inilah yang lebih sering dikunjungi oleh anakanak di Kota Yogyakarta. Penyediaan ruang publik ramah anak dapat mengacu 154
sembilan faktor meliputi faktor lokasi yang strategis, fasilitas bermain, keamanan yang terjamin, nyaman, aksesbilitas yang mudah, daya tarik tempat, variasi kegiatan, rasa tempat yang lebih hidup dan adanya fleksibilitas ruang. Apabila Pemerintah masih sulit menciptakannya, minimal kriteria ruang publik yang bisa digunakan adalah berada di lokasi strategis sehingga mudah untuk dicapai, memiliki daya tarik tempat, fasilitas dengan desain yang minim, sehingga menciptakan fleksibilitas ruang dan rasa tempat yang lebih hidup sekaligus memberikan rasa kesenangan untuk anak-anak. Langkah penyediaan ruang publik layak anak skala kota bisa juga dengan memanfaatkan ruang publik eksisting seperti Alun-Alun Utara, Alun-Alun Selatan, Stadion Mandalakrida, Stadion Kridosono dengan mengalokasikan sebagian areanya untuk fasilitas bermain anak-anak. Dengan melakukan penyediaan ruang publik ramah anak ini maka kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas bermain telah diwadahi dengan baik dan perwujudan Kota Layak Anak di Yogyakarta menjadi lebih nyata. 6.4 Saran Berdasarkan pembahasan serta temuan penelitian yang didapatkan, maka saran yang diajukan untuk menjadi rekomendasi bagi pemerintah dan peneliti selanjutnya adalah A. Bagi Pemerintah 1. Perlu adanya kebijakan dan program yang terintegrasi dalam menyediakan ruang publik pada umumnya dan ruang publik ramah anak pada khususnya di Kota Yogyakarta 155
2. Pemerintah Kota Yogyakarta dan masyarakat harus lebih aktif dan bekerjasama dalam proses penciptaan lingkungan kota yang benarbenar layak bagi anak. B. Bagi Peneliti Penelitian mengenai ruang publik anak merupakan bagian dari ilmu perencanaan inklusif yang dipelajari di Magister Perencanaan Kota dan Daerah sehingga dapat dikembangkan sebagai penelitian lanjutan yang berkaitan dengan perwujudan kota layak anak. Bagi penelitian selanjutnya dapat mengambil tema atau judul yang lebih spesifik dan melakukan analisa yang lebih mendalam, karena dalam penelitian ini masih kurang mengukur tingkat maupun kualitas ruang publik secara kuantitatif, kemudian penelitian mendalam mengenai rasa tempat dan fleksibilitas ruang pada ruang publik keseluruhan maupun spesifik khusus untuk anak yang masih perlu digali keberadaannya. Penelitian ini dapat ditinjau berdasarkan lokusnya di lingkup kampung maupun kota yang lebih luas sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembentukan konsep rasa tempat (sense of place) ruang publik yang belum banyak ditemukan. 156