PENYULUHAN HUKUM POLIGAMI DAN NIKAH SIRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

URGENSI PERSETUJUAN ISTRI DALAM IJIN POLIGAMI SUAMI DI KELURAHAN NGIJO GUNUNGPATI SEMARANG

Oleh : TIM DOSEN SPAI

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun demikian, perkawinan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

REVISI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM MENETAPKAN WALI ADHAL DALAM PERKAWINAN BAGI PARA PIHAK DI PENGADILAN AGAMA KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditakdirkan untuk saling berpasangan dan saling membutuhkan 1. Hal

IMPLIKASI PERKAWINAN YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI KANTOR URUSAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 47/Pdt.P/2011/PA. Sgr.

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. islam adalah realisasi dari tujuan utama ibadah dan perinciannya tidak dapat

Abstraks. Solusi, Vol. 9 No. 19, Juni - Agustus 2011

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

Transkripsi:

PENYULUHAN HUKUM POLIGAMI DAN NIKAH SIRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Syarifah Lisa Andriati 1 Tri Murti Lubis 2 1,2 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara syarifah_lisa_andriati@usu.ac.id trimurti@usu.ac.id Abstrak Poligami sering kurang dipahami sehingga mendapatkan tanggapan yang kurang menyenangkan dari khalayak. Meskipun demikian, disepakati bukan ajarannya yang harus disalahkan tapi lebih kepada praktik yang tidak sesuai tapi lebih sering didasarkan untuk pemenuhan nafsu. Padahal di sisi lain, poligami dapat menjadi solusi sosial apabila dilakukan secara benar. Selain itu terdapat juga kriminalisasi dari poligami dan nikah siri.masalah nikah siri juga ramai dibicarakan di berbagai media cetak maupun elektronik. Terdapat berbagai pandangan terhadap nikah siri terutama yang dilakukan tanpa adanya wali si perempuan. Dalam hal ini timbul berbagai pandangan. Penyuluhan hukum Poligami dan nikah siri yang dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hukum poligami dan nikah siri menurut undang-undang perkawinan. Dari hasil evaluasi, kegiatan pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil. Dari pertanyaan yang diajukan peserta tergambar peningkatan pemahaman peserta terhadap hukum tentang poligami dan nikah siri dan diharapkan dapat segera terbentuk kelompok binaan yang dapat membantu masyarakat dalam menjawab berbagai persoalan yang berkaitan dengan poligami dan nikah siri di lingkungan masyarakat tersebut. Kata Kunci: Poligami, nikah siri, hukum perkawinan 1. PENDAHULUAN Kelurahan Gedung Johor yang terdapat di Kecamatan Medan Johor mempunyai luas wilayah 315 Ha dan jumlah kepala keluarga 6.157 dengan jumlah penduduk Laki-laki berjumlah 14.826 orang dan Perempuan berjumlah 14.562 orang. Total Jumlah penduduk 29.388 orang. Kecamatan Medan Sunggal dihuni oleh 112.918 orang penduduk dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Tanjung Rejo yakni sebanyak 31.038 orang. Kecamatan Medan Sunggal berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Helvetia disebelah barat dan Kecamatan Medan Baru dan Medan Petisah di sebelah Timur. Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan mengenai hubungan hukum yang bersangkutan dengan keluarga sedarah dan keluarga karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampuan, keadaan tidak hadir). Satu bagian penting di dalam hukum keluarga adalah hukum perkawinan. Hukum perkawinan tidak lain merupakan inti dari hukum keluarga, sehingga semua orang yang telah memenuhi persyaratan yuridis untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa harus mengikuti norma-norma hukum yang terdapat dalam undang-undang tersebut. Dengan perkataan lain, Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 dapat dikatakan sebagai suatu contoh hukum nasional yang bertujuan untuk melahirkan unifikasi hukum dalam bidang hukum keluarga. Diciptakannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 merupakan suatu upaya yuridis untuk mengadakan perubahan dan pembaharuan terhadap pola-pola perkawinan dalam masyarakat yang banyak menimbulkan dampak negatif. Dari perkawinan yang semula banyak dilakukan dengan bebas dan 120

seenaknya menjadi perkawinan yang dilakukan dengan syarat-syarat formal. Dari perkawinan yang begitu mudah diputuskan dengan perceraian menjadi suatu perkawinan yang benar-benar membawa kebahagiaan yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Fenomena poligami semakin marak akhir-akhir ini, terutama karena dipertontonkan secara vulgar oleh para tokoh panutan di kalangan birokrasi, politisi, seniman, dan bahkan agamawan. Poligami adalah masalah yang sering diperhatikan di Indonesia, salah satu negara yang memperbolehkan poligami dengan syarat tertentu. Poligami memang termasuk ajaran agama Islam, agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Di masyarakat terutama kalangan Ibu-Ibu ketika mendengar kata Poligami muncul berbagai stigma negatif. Hal ini dapat dimaklumi karena bagi laki-laki mungkin ringan bicaranya, akan tetapi bagi wanita hal ini merupakan masalah yang sangat sensitif. Banyak sekali Ibu-ibu yang khawatir sekali dengan Poligami karena khawatir hal itu akan menimpa dirinya. Banyak sekali perempuan yang tidak siap mendengar kata poligami karena langsung berpandangan buruk bahkan mencaci maki orang yang melakukan Poligami. Orang yang tadinya panutan setelah melakukan poligami dianggap tidak pantas lagi menjadi panutan di masyarakat. Poligami sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar, dzalim, sehingga pelakunya sering menjadi cemoohan dan contoh yang buruk. Poligami sering kurang dipahami sehingga mendapatkan tanggapan yang kurang menyenangkan dari khalayak. Meskipun demikian, disepakati bukan ajarannya yang harus disalahkan tapi lebih kepada praktik yang tidak sesuai tapi lebih sering didasarkan untuk pemenuhan nafsu. Padahal di sisi lain, poligami dapat menjadi solusi sosial apabila dilakukan secara benar. Selain itu terdapat juga kriminalisasi dari poligami dan nikah siri. Akibat stigma negatif tersebut para suami yang hendak berpoligami cenderung untuk menyembunyikan perkawinan untuk kedua kalinya apabila tidak ada izin istri pertama sehingga terjadilah Nikah Siri. Persoalan Nikah Siri ini dapat merugikan bagi perempuan dan anak yang dilahirkan karena perkawinan yang tidak tercatat secara administrasi sehingga tidak diakui oleh negara. Berkaitan dengan pencatatan perkawinan, ditemukan fakta adanya ketidakpatuhan yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah yang melakukan pernikahan atau perkawinan dengan tidak melakukan pencatatan sebagaimana telah ditentukan dalam UU No. 1/1974.Hal ini dapat menimbulkan berbagai akibat pada kehidupan perkawinan seseorang yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku atau dapat disebut pula perkawinan yang tidak taat hukum.pernikahan seperti ini biasanya disebut pernikahan siri. Masalah nikah siri juga ramai dibicarakan di berbagai media cetak maupun elektronik. Terdapat berbagai pandangan terhadap nikah siri terutama yang dilakukan tanpa adanya wali si perempuan. Dalam hal ini timbul berbagai pandangan. Realitas perkawinan siri adalah seperti fenomena gunung es, banyak terjadi di masyarakat, tetapi hanya kecil muncul ke permukaan dan umumnya dipublikasikan ketika pelaku pejabat publik atau tokoh masyarakat. Dampak negatif dari perkawinan siri dialami oleh banyak wanita (isteri) dan anak-anak jika suaminya tidak bertanggung jawab. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang memberikan rumusan Perkawinan sebagai berikut : Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perlu mendapat perhatian khusus adalah asas monogami relatif yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 karena persoalan ini banyak terjadi dalam masyarakat dan selalu mendapat kritik dari golongan kaum wanita disebabkan suaminya beristrikan lebih dari 1 (satu) orang alias berpoligami, baik yang 121

dilakukan secara terang-terangan maupun tersembunyi. Menurut Catatan Komnas HAM tahun 2016, salah satu faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan adalah menurut PP No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yang menjadi salah satu dasar kategorisasi Badan Pengadilan Agama khususnya dalam konteks perceraian, yakni: tidak adanya lagi keharmonisan, tidak adanya tanggungjawab, dan faktor ekonomi. Selain itu juga disebabkan oleh gangguan pihak ketiga, krisis ahlak, poligami tidak sehat, cemburu, kawin paksa,kekejaman jasmani, kekejaman mental, kawin dibawah umur, faktor politis, cacat biologis, salah satu pihak dihukum dan lain-lain. Dalam perspektif Komnas Perempuan, kategorisasi di atas seperti kategori poligami tidak sehat, krisis ahlak, belum sejalan dengan prinsip HAM perempuan, misalnya kategori poligami tidak sehat, bila ditelaah dari perspektif korban, pengaduan poligami yang dilaporkan ke Komnas Perempuan adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan. Adapun yang menjadi mitra dalam pengabdian ini adalah kalangan Ibu-Ibu Perwiritan di Kelurahan Gedung Johor dan Kelurahan Medan Sunggal yang sering khawatir apabila mendengar istilah poligami. Hal ini dikarenakan kurang pemahaman hukum terhadap poligami itu sendiri karena dalam undang-undang diberikan suatu batasan tertentu apabila seorang suami ingin menikah lebih dari satu. Dan banyaknya masyarakat yang tidak paham tentang pernikahan siri sehingga banyak yang pihak yang dirugikan dengan adanya pernikahan siri terutama terhadap perempun dan anak. Sebagaimana dijelaskan adapun permasalahan yang akan di bahas antara lain: Bagaimana ketentuan Poligami dan Nikah Siri Menurut Hukum Perkawinan di Indonesia? Dan Bagaimana solusi hukum terhadap persoalan masyarakat yang berkaitan dengan poligami dan nikah siri Perwiritan Kelurahan Gedung Johor dan di Perwiritan Kelurahan Tanjung Rejo? 2. METODE Seperti telah disebutkan pada bab Pendahuluan bahwa poligami dan nikah siri menjadi persoalan yang mengkhawatirkan terutama dikalangan Ibu-Ibu rumah Tangga. Kurangnya pemahaman hukum mengenai persoalan poligami dan nikah siri mengakibatkan keresahan di masyarakat. Dalam Undangundang Perkawinan yaitu UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan peraturan pelaksananya serta Kompilasi Hukum Islam telah mengatur bagaimana perkawinan yang sah menurut ketentuan hukum agama dan hukum negara. Adapun tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilakukan adalah 1) melakukan koordinasi terlebih dahulu pada pemerintahan setempat untuk mensosialisasikan rencana kegiatan penyuluhan hukum. Tujuan sosialisasi ini adalah untuk mengenalkan program kegiatan yang akan dilakukan. 2) Melakukan sosialisasi program kepada Ibu-Ibu perwiritan sekaligus menyebarkan angket. Tujuannya untuk mengukur tingkat pemahaman masyarakat terhadap masalah poligami dan nikah siri. 3) Dalam kegiatan ini akan melibatkan 3 mahasiswa sehingga mahasiswa akan membantu pelaksanaan kegiatan pengabdian untuk masyarakat ini. 4) Menyiapkan materi penyuluhan dan buku saku 5) Melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum di dua keluarahan yaitu kelurahan Gedung Johor dan kelurahan Tanjung Rejo. 6) Melakukan evaluasi dengan menyebarkan angket untuk melihat tingkat pemahaman peserta setelah penyuluhan dilakukan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengabdian pada m asyarakat dengan dana BPPTN USU tahun 2017 dilakukan pada dua perwiritan yakni Perwiritan Nurul Iman yang terletak di Jalan Eka Suka Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor dan Perwiritan Masjid Al-Hikmah yang terletak di Jalan Kiwi Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan 122

Medan Sunggal. Sebelum penyuluhan hukum dilakukan di dua perwiritan tersebut dipersiapkan terlebih dahulu Buku Saku yang akan di bagikan kepada peserta penyuluhan hukum tersebut. Buku saku tersebut berisi ketentuan-ketentuan mengenai hukum perkawinan termasuk di dalamnya ketentuan hukum yang mengatur mengenai poligami dan nikah siri. Untuk memudahkan penyuluhan hukum tersebut dipersiapkan pula bahan berupa power point yang dapat dilihat langsung oleh peserta ketika melakukan penyuluhan hukum. diajukan peserta tim pelatihan berupaya memberikan penjelasan secara tuntas sehingga peserta memahami dan merasa puas atas jawaban dan penjelasan yang diberikan. Pelatihan ini kemudian ditutup dengan pembacaan doa sebagai wujud syukur kepada Allah Swt.atas kelancaran pelaksanaan kegiatan penyuluhan hukum dan diakhiri dengan foto bersama dengan peserta penyuluhan dan terbentuknya kelompok binaan yang diketuai oleh Ketua Perwiritan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim dari Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 13 September 2017 di Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. (Gambar-1. Pemberian Buku Saku kepada Peserta) Tim Pelaksana sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum poligami dan nikah siri menurut undangundang perkawinan melakukan koordinasi terlebih dahulu kepada kedua mitra untuk mensosialisasikan rencana kegiatan penyuluhan hukum. Dengan sosialisasi ini dapat mengenalkan program kegiatan yang akan dilakukan dan sekaligus menentukan tanggal dilaksanakannya penyuluhan hukum tersebut. Kegiatan ini yang diawali dengan pembukaan oleh tim penyuluh. Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh tim penyuluh. Dalam pemaparan materi peserta sangat memperhatikan penyampaian yang disampaikan oleh pemateri. Setelah penyampaian materi dilakukan sesi tanya jawab. Peserta sangat antusias dengan penyuluhan yang dilakukan karena menambah pemahaman peserta mengenai poligami dan nikah siri menurut undangundang Perkawinan. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta. Atas pertanyaan-pertanyaan yang (Gambar-2. Foto Bersama Perwiritan Masjid Al-Hikmah) (Gambar-3. Foto Bersama Perwiritan Masjid Al-Ikhlas) (Gambar-4. Foto Plank Pengabdian) 123

4. KESIMPULAN 5. RE6. REFERENSI Poligami sering kurang dipahami sehingga mendapatkan tanggapan yang kurang menyenangkan dari khalayak. Meskipun demikian, disepakati bukan ajarannya yang harus disalahkan tapi lebih kepada praktik yang tidak sesuai tapi lebih sering didasarkan untuk pemenuhan nafsu. Padahal di sisi lain, poligami dapat menjadi solusi sosial apabila dilakukan secara benar. Nikah siri adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh orangorang Islam, memenuhi baik rukun-rukun maupun syarat-syarat perkawinan, tetapi tidak didaftarkan pada Pejabat Pencatat Nikah. Nikah siri tidak sah menurut hukum negara walaupun sah menurut hukum agama dan kepercayaannya itu. sehingga perkawinan di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan hukum. Melalui penyuluhan ini masyarakat dapat memahami mengenai ketentuan hukum yang mengatur poligami dan nikah siri. Dan apabila terdapat kasus hukum yang berkaitan dengan poligami dan nikah siri dapat diselesaikan menurut aturan hukum yang berlaku. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ini merupakan salah satu hasil dari Program Pengabdian kepada Masyarakat yang Dibiayai oleh BPPTN Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Program Mono Tahun (Dosen Muda) Tahun Anggaran2017Nomor:3224/UN5.2.3.2.1/P PM/2017, Tanggal 24 Juni 2017. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sumatera Utara atas dukungan dana dan fasilitas yang diberikan. Terima kasih juga kepada Mitra pada kegiatan pengabdian ini. Adillah, Siti Ummu, Analisis Hukum Terhadap Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Terjadinya Nikah Siri Dan Dampaknya Terhadap Perempuan (Istri) Dan Anak-Anak, diakses dihttp://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id pada tanggal 15 Mei 2017. Afandi,Ali, Hukum Keluarga Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Yayasan Gadjah Mada, Yogyakarta, tanpa tahun. Hidayah, Khoirul, Dualisme Hukum Perkawinan di Indonesia (Analisis Sosiologi Hukum Terhadap Praktik Nikah Siri), Jurnal Perspektif Hukum Vol. 8 (1) Mei 2008 Universitas Hang Tuah Surabaya. Irfan, M.Nurul, Kriminalisasi Poligami dan Nikah Siri, Jurnal Al- Adalah Vol 10, No 2 (2011): Volume X, No. 2, Juli 2011. Kamello, Tan, Syarifah Lisa Andriati, Hukum Perdata: Hukum Orang dan Keluarga, USU Press, Medan, 2015. Maloko, M.Thahir, Nikah Siri dalam Perspektif Hukum Islam,2014, journal.uin-alauddin.ac.id diakses pada tanggal 15 Mei 2017. Syahrani, Riduan, Perkawinan & Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, Media Sarana Press, Jakarta, 1986. Widiastuti, Beberapa Faktor Penyebab Pasangan Suami Isteri Melakukan Pernikahan di Bawah Tangan, Jurnal Eksplorasi Vol. XX (1) tahun 2008, LPPM Slamet Riyadi, hlm. 78-89. 124