BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting (Sulistyo, 2010). Metode pembibitan kelapa sawit dapat dibedakan menjadi single stage (tidak ada pembibitan awal) dan double stage (melalui pembibitan awal). Perbedaan keduannya berdasarkan teknis pembibitan dan aplikasinya di lapangan (Sunarko, 2012). Sasaran pembibitan adalah menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap ditanam di perkebunan. Selain itu, kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang rasional. Kondisi bibit superior, baik secara genetik maupun fonotipe, merupakan satu jaminan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi (Sunarko, 2009). Manfaat dengan adanya pembibitan kelapa sawit akan diperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan penanaman karena benih yang dibutuhkan telah tersedia sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan kwalitas benih yang telah diketahui, sehingga resiko kegagalan dapat di minimalisir. Pertumbuhan bibit kelapa sawit yang baik dapat diketahui dari tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batangnya. Hara yang terkandung juga mendukung pertumbuhan yang baik bagi bibit kelapa sawit. Dengan menerapkan kaidah kultur teknis pembibitan, adapun tindakan yang paling penting dalam kultur teknis tanaman kelapa sawit yaitu pemupukan (Hasan, 2011). 5
Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatnya kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal (Pahan, 2013). Pemupukan dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu pemupukan kimiawi dan pemupukan hayati, adapun pemupukan secara kimiawi yaitu menggunakan NPK. Sedangkan yang tergolong pupuk hayati adalah pupuk mikroba yang bersimbiosi langsung dengan akar tanaman membantu penyerapan unsur hara. Salah satu pupuk mikroba tersebut adalah Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) yang mampu menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerap sesuai dengan kebutuhan (Hasan, 2011). 2.2 Mikoriza Cendawan Mikoriza merupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi dengan akar tanaman melalui spora. Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah Mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997). Tanaman yang bermikoriza terbukti mampu bertahan pada kondisi stres air yang hebat. Hal ini disebabkan karena jaringan hipa eksternal akan memperluas permukaan serapan air dan mampu menyusup ke pori kapiler sehingga serapan air untuk kebutuhan tanaman inang meningkat (Madjid, 2009). 6
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya simbiosis ini adalah: a. miselium fungi meningkatkan area permukaan akuisisi hara tanah oleh tanaman, b. meningkatkan toleransi terhadap kontaminasi logam, kekeringan, serta patogen akar, c. memberikan akses bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan hara yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman. Selanjutnya Sagin Junior dan Da Silva (2006 dalam Novriani dan madjid 2009) mengungkapkan bahwa adanya Mikoriza berpengaruh terhadap: a. adanya peningkatan absorpsi hara, sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai akar lebih cepat, b. meningkatkan toleransi terhadap erosi, pemadatan, keasaman, salinitas, c. melindungi dari herbisida, serta d. memperbaiki agregasi partikel tanah. Penggunaan Mikoriza sebagai pupuk hayati yang banyak mengandung mikroorganisme akan sangat membantu proses reduksi hara-hara yang terjerap di dalam koloid tanah akibat ph rendah atau aktifitas Al dan Fe. Dalam jangka waktu yang lama pemberian Mikoriza memberikan manfaat yang besar bagi kesuburan tanah. Pada tanah-tanah yang kurang subur seperti tanah-tanah PMK pemberian Mikoriza dosis tinggi akan dapat mengefektifkan penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Semakin rendah tingkat kesuburan tanah maka akan semakin besar kebutuhan mikroorganisme tanah (Novriani dan Majid, 2009). 7
Keberadaan spora fungi Mikoriza Arbuskula dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti : 1. Cahaya Adanya naungan yang berlebihan terutama untuk tanaman yang senang cahaya dapat mengurangi infeksi akar dan produksi spora, selain itu respon tanaman terhadap fungi Mikoriza akan berkurang. Hal ini disebabkan adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan internal hifa dalam akar yang berakibat terbatasnya perkembangan eksternal hifa pada rizosfer. 2. Suhu Suhu berpengaruh terhadap infeksi yakni pada perkembangan spora, penetrasi hifa pada sel akar dan perkembangan pada korteks akar, selain itu suhu juga berpengaruh pada ketahanan dan simbiosis. Semakin tinggi suhu semakin besar terbentuk nya kolonisasi dan meningkatkan produksi spora. Suhu terbaik untuk perkembangan arbuskular yakni pada suhu 30 0 C tetapi untuk koloni miselia terbaik berada pada suhu 28-30 0 C, sedangkan perkembangan bagi vesikula pada suhu 35 0 C. 3. Kandungan Air Tanah Kandungan air tanah dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap infeksi dan pertumbuhan fungi Mikoriza. Pengaruh secara langsung tanaman bermikoriza dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air. Sedangkan pengaruh tidak langsung karena adanya miselia eksternal menyebabkan fungi mikoriza efektif mengagregasi butir-butir tanah, kemampuan tanah menyerap air meningkat. Penjenuhan air tanah yang lama berpotensi mengurangi pertumbuhan dan infeksi fungi Mikoriza karena kondisi yang anaerob. 8
4. ph Tanah Fungi Mikoriza pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan ph tanah. Meskipun demikian adaptasi masing-masing fungi Mikoriza terhadap ph tanah berbeda-beda, karena ph tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan, dan peran Mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. 5. Bahan Organik Bahan organik merupakan salah satu komponen dalam tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora Mikoriza berhubungan erat dengan kandungan bahan organik dalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah berbahan organik 1 2% sedangkan pada tanah berbahan organik kurang dari 0,5% kandungan spora sangat rendah. 9